YOGYAKARTA – Sejak Covid-19 masuk Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang juga dikenal dengan kota budaya dan Kota wisata ini, selama 8 bulan dari mulai hotel, transportasi dan objek wisata semuanya sepi pengunjung. Baik pengunjung dalam negeri maupun luar negeri.
Akibat dari itu berpengaruh pada pendapatan ekonomi masyarakat yang bergantung dalam bidang pariwisata, termasuk guide mengalami sepi yang luar biasa. Apalagi beberapa Negara Eropa masih memberlakukan lockdown.
“Kita hampir tidak bisa apa-apa. Luar biasa pengaruh Covid-19 ini yang meluluh lantakkan perekonomian pariwisata di DIY. Hampir semua hotel sepi, walaupun sudah ada long week end tetap belum bisa bergeliat Kembali. Bahkan ada hotel yang terpaksa dijual karena minus untuk biaya operationalnya,” kata Agus Susanto, Anggota DPC HPI Yogyakarta.
Melihat geliat pariwisata yang “hancur” pemerintah DIY tidak tinggal diam. Berbagai cara dan usaha dilakukan untuk kembali menggerakkan pariwisata DIY.
Salah satunya pada 20 November 2020 lalu Pemerintah DIY mengadakan program “New Normal Dolan Kampung Wisata” yang didukung oleh beberapa Asosiasi pariwisata yang ada di DIY, diantaranya PHRI, ASITA, HPI dan Komunitas Dimas Diajeng yaitu dengan mengunjungi kampung wisata yang ada di Kota Yogjakarta.
Ada sekitar 17 kampung wisata yang ada di Yogjakarta yang kembali digerakkan untuk menarik pengunjung. Seperti desa-desa yang erat kaitannya dengan kerajaan, seperti Tamansari, Dipowinatan, Pakualaman, Warungboto. Juga desa-desa yang memiliki kekhasan, misalnya kesenian, senam dan aerobik.
Digerakkannya 17 kampung wisata dengan 17 ragam yang ada menjadi bentuk nyata pemerintah DIY serius untuk kembali membangkitkan lini pariwisata yang juga merupakan harapan pendapatan kas daerah. (AS)