SURABAYA – Selasa (22/05/2018) Yayasan Kasih Peduli Masyarakat Indonesia (KPMI) yang berkantor pusat di Jakarta, bekerjasama dengan Yayasan Pondok Kasih yang berkantor pusat di Surabaya, menggelar pertemuan rutin tahunan, buka puasa bersama tokoh lintas agama, Muslim, Kristen, Katolik, Kristen Ortodoks dan Konghuchu. Juga para tokoh yang tergabung dalam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), Surabaya dan Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Jawa Timur dan Majelis Ulama Indonesia kota Surabaya, di Bon Cafe, Gubeng Surabaya.
Sebelum acara, para tokoh lintas agama yang sudah hadir sejak pukul 16.00 WIB, diantaranya, Wakil Pembina YKPMI, Pdt. Paul R Widjaja, Ibu Hanna (dikenal Mama Hanna) dari Yayasan Pondok Kasih dan Pdt. DR. Sudhi Dharma dari BAMAG Jawa Timur serta para Kiyai, Nyai, Romo, satu dengan yang lain saling menyapa dan berbincang ringan dengan begitu akrab (tanpa jarak).
Acara dimulai dengan sambutan dari Pdt. Paul R Widaja yang juga sebagai Sekretaris Umum Sinode Gereja Bethel Indonesia. “Pertemuan ini sudah menjadi yang ditunggu-tunggu oleh kami karena kami sangat rindu untuk bertemu dengan para tokoh lintas agama di Surabaya,” katanya.
Tambahnya, atas nama Ketua Pembina YKPMI, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, menyampaikan keprihatinan yang mendalam untuk musibah yang terjadi di kota Surabaya. “Percayalah Surabaya dikasihi Tuhan. Jadi apapun yang terjadi atas kota ini, pasti Tuhan memiliki rencana karena memang Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Saya percaya melalui semua ini persudaraan kita tidak akan pernah kendor, justru kita makin saling mengasihi satu dengan yang lain. Saya mengajak untuk kita terus mendoakan Surabaya, Jawa Timur dan Indonesia (NKRI),” tuturnya.
Setelah itu ada sambutan dari Mama Hanna. “Kita sangat bersyukur kembali bisa bertemu. Saya percaya apa yang terjadi di Surabaya ini lebih mendorong kita untuk menjadi satu. Kita akan terus berusaha kerukunan di Surabaya, Indonesia akan menjadi contoh bagi dunia,” katanya yang pada keesokan harinya akan berangkat ke Jenewa Swiss mewakili Indonesia.
Dilanjutkan dengan sambutan, Kiyai dari Yayasan Pondok Pesantren Luhur At-Tholibin, K.H. Drs. Abd Mutholib, AM, MM. “Benar ini adalah pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh teman-teman kita dari YKPMI, jadi memang kita bertemu bukan karena ada peristiwa di Surabaya, ini rutin tiap tahun kita lakukan hampir 20 tahun,” katanya.
Tambahnya, kalau Tuhan memberikan ujian di Surabaya (peristiwa bom), itu di luar prediksi para tokoh agama. “Saya sepakat dengan Pdt. Paul R Widjaja dan Mama Hanna peristiwa Surabaya tidak akan membuat jarak persaudaraan kita,” tuturnya dan mengungkapkan pertemuan semacam ini, selain rutin tiap tahun ada buka puasa bersama, juga dilakukan pertemuan tokoh lintas agama setiap bulan yang difasilitasi Yayasan yang dipimpin Mama Hanna.
“Kita ini ketemu dalam tataran menengah ke atas, sekarang sudah saatnya kita berpikir bagaimana aksi kita kepada akar rumput. Kemarin sudah kami mulai dari Surabaya Selatan, mengumpulkan santri dari Pondok Pesantren, santri (pelajar) dari Katolik, santri dari Kristen. Kalau kita pada tataran menengah ke atas, itu nilainya kurang,” tegasnya.
Lebih jauh, K.H Drs. Abd Mutholib, AM, MM, mengatakan para tokoh harus menyampaikan kepada akar rumput bahwa tidak ada ajaran agama manapun yang membenarkan ajaran seperti itu (melakukan bom bunuh diri untuk membunuh orang). “Saya mau katakan, kemarin yang melakukan pengeboman itu bukan orang Islam, memang KTP nya islam. Sebab kalau orang Islam tidak akan melakukan hal itu, kalau orang Islam itu membawa kedamaian. Oleh sebab itu, saya mengajak kita menindaklanjuti pertemuan semacam ini dengan melakukan aksi ke akar rumput,” tandasnya dan meminta semua yang hadir untuk dapat segera membuat kerangka untuk melakukan aksi ke akar rumput.
Usai sambutan-sambutan, ada pernyataan (pembacaan) sikap bersama yang dibacakan bersama-sama para tokoh agama yang hadir, terkait ledakan bom di Surabaya.
Isi pernyataan sikapnya, pertama, para tokoh agama ini mengecam dan mengutuk keras segala tindakan terorisme, apapunmotif dan latarbelakangnya.
Kedua, para tokoh lintas agama ini menyampaikan rasa bela sungkawa yang sangat mendalam kepada keluarga korban atas musibah yang dialami.
Ketiga, para tokoh lintas agama ini mendukung penuh upaya dan langkah-langkah konkrit aparat keamanan untuk mengusut secara cepat dan tuntas motif, pola, serta gerakan yang memicu terjadnya peristiwa tersebut.
Keempat, para tokoh lintas agama ini mengajak seluruh warga Indonesia untuk bersatu padu, menahan diri, tidak terprovokasi serta terus menggalang solidaritas kemanusiaan, sekaligus menolak segala bentuk kekerasan.
Kelima, para tokoh lintas agama ini menghimbau kepada semua pihak untuk menghentikan segala spekulasi yang bisa memperkeruh peristiwa ini.
Usai membacakan, dilanjutkan dengan buka puasa bersama karena sudah waktu berbuka. Setelah sholat maghrib, acara dilanjutkan dengan diskusi ringan sebagai bentuk silahturahmi. (Suratinoyo)