JAKARTA – Satu tuduhan yang sering dilontarkan menyerang kekristenan adalah Yesus manusia biasa tetapi dijadikan Tuhan oleh penganut agama Kristen. Pernyataan ini didasari oleh satu peristiwa yang terjadi pada konsili Nicea tahun 325, dimana salah satu ketetapan yang dibuat berkaitan dengan keTuhanan Yesus Kristus.
Apakah benar Yesus Kristus baru ditetapkan sebagai Tuhan pada konsili Nicea? Apakah tuduhan tersebut mempunyai dasar yang kuat atau hanya sekedar “strawman fallacy”? Bagaimana menjawab tuduhan ini dengan bertanggung jawab? Diperlukan “pengetahuan” atau mempelajari latar belakang mengapa konsili ini diadakan.
Konsili Nicea adalah konsili yang pertama diadakan dalam sejarah gereja dan diprakarsai oleh Kaisar Konstantinus I yang berkuasa pada saat itu. Latar belakang dari diadakannya konsili ini karena pada zaman itu muncul banyak ajaran sesat yang mempengaruhi umat Tuhan, salah satunya adalah perihal keTuhanan Yesus Kristus.
Ada pandangan dari ajaran bapa gereja bernama Arius dari Aleksandria yang mengatakan bahwa Yesus Kristus tidak setara dengan Bapa; sedangkan ajaran bapa gereja Athanasius mengatakan bahwa Yesus Kristus setara dengan Bapa. Yang dimaksud adalah keAllahan Yesus Kristus serupa alias tidak sama atau sedikit lebih rendah daripada ke Allahan Bapa di dalam hakekat-Nya, dalam pandangan Arius. Athanasius mengatakan keAllahan Yesus Kristus sama alias sederajat dengan keAllahan Bapa.
Ajaran dari kedua bapa gereja ini banyak pengikutnya sehingga menimbulkan kekuatiran bagi kaisar Konstatinus Agung yang berkuasa saat itu. Pasalnya kedua ajaran ini saling bertentangan. Itulah sebabnya Kaisar Konstantinus Agung berinsiatif mengadakan konsili yang dinamakan konsili Nicea ini pada tahun 325 di kota Nikea (nama sekarang: Iznik) di Turki, untuk menetapkan ajaran mana yang sesuai dengan Alkitab.
Dua istilah bahasa Yunani yang diperdebatkan adalah “homoiousios” yang berarti “like substance” atau “keserupaan substansi/hakekat”; dan “homoousios” yang berarti “same substance” atau “kesamaan substansi/hakekat”.
Arius mengatakan hakekat Yesus Kristus serupa (baca: sedikit lebih rendah) daripada hakekat Bapa (homoiousios), sedangkan Athanasius mengatakan hakekat Yesus Kristus sama (setara) dengan hakekat Bapa (homoousios).
Konsili yang diselenggarakan sekitar tiga bulan itu dibicarakan oleh banyak orang pada zaman itu karena keunikan dari topik yang dibahas; dimana istilah dalam bahasa Yunani yang diperdebatkan hanya perbedaan satu huruf yaitu huruf “i” pada kata “homoiousios”. Walaupun perbedaan ini sepintas terlihat sepele tetapi sesungguhnya itu adalah perbedaan yang sangat signifikan.
Konsili ini menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah gereja dimana keputusan dari sidang tersebut menetapkan ajaran Arianisme adalah ajaran bidat (heresy). Apa yang menjadi keputusan dalam konsili Nicea ini bukan mengangkat Yesus Kristus menjadi Tuhan, tetapi menyatakan ajaran Arianisme adalah bukan ajaran Alkitab sehingga ajaran ini dikutuk dan dilarang untuk diajarkan.
Konsili ini tidak pernah menetapkan Yesus Kristus sebagai Tuhan tetapi konsili ini hanya mengafirmasi bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan sesuai dengan apa yang dinyatakan di dalam Alkitab. Kenapa perlu mengafirmasi keTuhanan Yesus Kristus karena konteksnya sedang menyidangkan ajaran Arianisme yang menolak Yesus Kristus setara dengan Allah Bapa.
Yesus adalah Allah yang Tidak Perlu Diangkat
Yesus tidak perlu menjadi Allah karena Dia adalah Allah. Mungkinkah yang bukan Allah berubah menjadi Allah? Tidak mungkin! Sebaliknya, mungkinkah Allah berhenti menjadi bukan Allah? Tentu juga tidak! Lalu bagaimana menjelaskan Firman (Yesus Kristus sebelum inkarnasi) itu telah menjadi manusia di dalam Yoh 1:14?
Prinsip menafsir yang bertanggung jawab, jangan menafsir satu ayat tanpa memperhatikan ayat-ayat lain di dalam Alkitab yang berkaitan dengan konteks tersebut. Meskipun kadang ayat-ayat tersebut terlihat bertentangan. Ayat-ayat tersebut tidak boleh ditafsir secara terpisah tetapi harus ditafsir secara bersamaan.
Sebelum inkarnasi, Firman (logos) atau pribadi Anak dengan hakekat Allah. Pada waktu inkarnasi, pribadi Anak “ketambahan” hakekat manusia, sehingga pribadi Anak mempunyai dua hakekat: hakekat Allah dan hakekat manusia. Kedua hakekat ini, Allah dan manusia adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, tetapi tidak bercampur dan membentuk hakekat yang baru; sehingga Kristus disebut sebagai Allah dan manusia.
KeTuhanan Yesus Kristus memang paling sering diserang dalam sejarah gereja hingga hari ini; ini semua berangkat dari kegagalan memahami konsep Allah Tritunggal dan dwi-natur Kristus yang dipercayai oleh orang Kristen sepanjang zaman. Kenapa umat Kristen mempercayai Allah Tritunggal, padahal istilah ini tidak pernah ada di dalam Alkitab? Istilah Trinitas (Tritunggal) pertama kali dicetuskan oleh bapa gereja Tertulianus dan digunakan sampai hari ini oleh orang-orang Kristen sejati penganut Trinitarian.
Keunikan Allah Tritunggal yang disembah oleh orang Kristen inilah yang membedakan dengan “allah-allah” lain. Secara umum, Allah Tritunggal dimengerti sebagai Allah yang mempunyai satu hakekat dengan tiga pribadi yang berbeda. Kembali lagi istilah “hakekat” dan “pribadi” ini tidak ada di dalam Alkitab, tetapi prinsip dari keTritunggalan Allah itu ada di dalam Alkitab.
Istilah “hakekat” dan “pribadi” adalah istilah filsafat yang “dipinjam” untuk membantu menjelaskan keTritunggalan Allah dimana Allah menyatakan diri-Nya di dalam Alkitab, firman-Nya yang tertulis.
Didalam dua surat Paulus yang berbeda di Kis 2:36 dan Rom 14:9, kedua ayat ini seolah-olah mengindikasikan tuduhan bahwa Yesus pernah diangkat menjadi Tuhan itu ada dasar “kebenarannya”.
Kis 2:36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.”. Rom 14:9 Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.
Benarkah ayat-ayat tersebut diartikan bahwa Kristus pernah dijadikan Tuhan? Ayat-ayat ini jika dilepaskan keluar dari ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, terkesan kata “menjadi Tuhan”, mengartikan Yesus Kristus pernah ada dalam keadaan bukan Tuhan. Hal terpenting dalam prinsip dasar menafsir Alkitab adalah jangan menafsirkan ayat keluar dari konteksnya dan jangan menafsirkan ayat bertentangan dengan ayat-ayat lainnya di seluruh Alkitab.
Kis 2:36 Konteks ayat ini berkaitan dengan sejumlah orang yang ditujukan kepada orang Yahudi, dan juga berkaitan dengan kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Ayat ini berkaitan dengan peristiwa turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta dimana setelah peristiwa itu, Petrus berkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi diaspora yang kembali ke Yerusalem merayakan hari raya Pentakosta.
Hari raya Pentakosta adalah salah satu dari hari raya orang Yahudi dimana hari pengucapan syukur atas hasil panen, yang juga bertepatan dengan hari peringatan dimana Allah menurunkan Hukum Taurat (Sepuluh Perintah Allah) kepada Musa dan bangsa Israel di Gunung Sinai.
Pencurahan Roh Kudus yang terjadi di Yerusalem itu bertepatan dengan hari Pentakosta orang Yahudi, sehingga Kristen mengadopsi nama hari Pentakosta ini, tetapi diberi dengan makna yang berbeda.
Konteks dari Kis 2:36 ini terlihat di ayat sebelumnya yaitu di Kis 2:32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Allah Bapa membangkitkan Yesus, mau menyatakan kepada seluruh kaum Israel supaya tahu dengan pasti bahwa Yesus yang telah mereka salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristus; atau dengan kata lain ini membuktikan Yesus adalah Tuhan. Yesus Kristus yang disalibkan itu, sebelumnya tidak dipercayai sebagai Tuhan, tetapi dengan Dia dibangkitkan Allah Bapa (bnd Yoh 2:19, 21 ; Yoh 10:17-18 – Yesus membangkitkan diri-Nya sendiri) dari kematian, ini membuktikan Yesus Kristus adalah Tuhan, dan ketika mereka percaya akan hal itu, artinya mereka menjadikan Dia Tuhan bagi mereka. Tentunya dengan mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, serta percaya dalam hati bahwa Dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati (Rom 10:9-10); inilah esensi dari arti “menjadikan Yesus Tuhan”.
Rom 14:9 kalimat “Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan”, berarti kebangkitan Kristus ini membuktikan Dia Allah dan seluruh orang Israel harus tahu akan hal itu. Melalui peristiwa kebangkitan Yesus yang dikerjakan oleh Allah Bapa, Allah Bapa ingin menyatakan kepada seluruh kaum Israel bahwa sesungguhnya Yesus yang salibkan itu adalah Tuhan dan Kristus bagi semua orang, baik orang hidup maupun orang mati.
Sesungguhnya Yesus itu Tuhan dan Kristus tetapi keTuhanan dan keKristusan-Nya itu tidak diakui oleh begitu banyak orang. Akan tetapi melalui peristiwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati, Allah Bapa memproklamirkan / membuktikan kepada orang banyak bahwa sesungguhnya Yesus adalah Tuhan dan Kristus bagi semua orang tanpa kecuali, baik orang hidup maupun mati.
Yesus adalah Allah, Dia tidak perlu menjadi Allah karena Dia adalah Allah. Salah satu sifat Allah adalah Dia tidak pernah berubah karena Dia tidak bisa menjadi bukan Allah (Ibr 13:8) – ini berbicara mengenai kekekalan Yesus Kristus.
Pra-eksistensi Yesus Kristus
- Firman (logos) ada dalam kekekalan. Ditegaskan Firman (pribadi Anak) itu bersama-sama dengan sang Bapa didalam kekekalan (Yoh 1:1-2).
- Yoh 8:58 “…… sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (LAI TB). Dalam Alkitab bahasa Inggris: “…… before Abraham was, I am” (ESV), yang berarti sebelum Abraham ada (masa lampau), Yesus Kristus ada (terus-menerus), dimana Dia tidak pernah tidak ada – ini menunjukkan pra-eksistensi-Nya karena Dia kekal.
- Gal 4:4 “…. Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat”; artinya pribadi Anak sudah ada sebelum Dia diutus. Ini menunjukkan Dia adalah Allah.
- Flp 2:6 “yang walaupun (ada) dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan”. Dalam bahasa asli Yunani, LAI terlewatkan satu kata “huparchón” atau berarti “ada”. Kata “rupa” dipakai kata “morphē”, sehingga apabila diartikan “ada dalam rupa Allah” adalah satu keberadaan hakekat Allah yang tidak dapat berubah; artinya Allah tidak bisa berhenti menjadi bukan Allah.
Begitu banyak ayat-ayat lain dalam Alkitab, baik secara eksplisit maupun implisit yang menyatakan pra-eksistensi Yesus Kristus, misalnya “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30), “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Ini menunjukkan hakekat Yesus Kristus dan hakekat Bapa adalah sama dan satu, yang berarti setara dan sederajat.
Kata “satu” (Yoh 10:30) dan “melihat Yesus sama dengan telah melihat Bapa” (Yoh 14:9), itu menunjuk kepada kesamaan hakekat Yesus dengan hakekat Bapa, bukan berbicara tentang pribadi-Nya, karena secara hakekat Yesus dan Bapa adalah sama, tetapi secara pribadi, Yesus dan Bapa itu berbeda. Kegagalan melihat persamaan dan perbedaan tentang relasi antara hakekat dan pribadi dalam bagian inilah yang memunculkan bidat Sabelianisme didalam memahami Allah Tritunggal.
Kembali kepada pemahaman Arianisme yang mengatakan Yesus tidak setara dengan Bapa. Apa konsekuensi logis dari pemahaman ini? Apakah ada banyak Allah? Tentunya Allah itu hanya satu, Allah itu esa (Ul 6:4 ; 1 Tim 2:5 ; dll). Jika percaya Bapa itu adalah Allah dan Yesus tidak setara dengan Bapa; kesimpulan logis adalah Yesus bukan Allah. Dengan demikian ajaran Arianisme tidak mengakui Yesus sebagai Allah tetapi Yesus adalah ciptaan, meskipun dikatakan sedikit lebih rendah daripada Allah Bapa.
1 Kor 8:6 namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
- Kalimat “satu Allah saja yaitu Bapa”, apabila ditafsir tanpa melihat konteks akan dimengerti Allah itu hanya satu yaitu Bapa. Memang benar Allah itu hanya satu, tetapi Bapa adalah salah satu pribadi dalam Allah Tritunggal. Kalimat “satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus” menyatakan Yesus Kristus juga setara dengan Bapa didalam hakekat-Nya. Apa yang dimaksud Allah dan Tuhan? Dalam Alkitab Perjanjian Baru, kata Allah dalam bahasa Yunani adalah “theos” yang menunjuk kepada hakekat; sedangkan Tuhan itu “kurios” yang berarti Tuhan atau tuan, tergantung kepada konteks kalimatnya, dan itu menunjuk kepada “jabatan”. “Jabatan” (Tuhan) ini hanya dapat disematkan kepada Allah. Percaya kepada “satu Allah saja yaitu Bapa”, secara konsisten juga harus percaya kepada “satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus”. Apakah Bapa juga Tuhan dan Yesus Kristus juga Allah? Perlu melihat kepada ayat-ayat lain dalam Alkitab.
Bapa adalah Tuhan
- Perkataan Yesus pada Mat 11:25 “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi” adalah pengakuan Yesus bahwa Bapa adalah Tuhan.
- Surat Paulus kepada jemaat Korintus di 2 Kor 6:18 “Dan Aku (Allah Bapa) akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.”. Tulisan Paulus yang di inspirasikan oleh Roh Kudus juga mengatakan bahwa Bapa adalah Tuhan.
- Penulis surat Yakobus juga mengatakan di Yak 3:9 bahwa Tuhan adalah Bapa kita.
Yesus Kristus adalah Allah
- Flp 2:5-6 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, – kalimat “Kristus Yesus dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetraraan dengan Allah ….”, menunjuk kepada Yesus adalah Allah.
- Rom 9:5 “….. Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya” – Mesias (Yesus Kristus) adalah Allah.
- 1 Kor 8:6 adalah dalam konteks tentang makanan bekas persembahan berhala, yang tercermin pada ayat yang pertama. Pada zaman dahulu banyak para penyembah berhala membawa makanan untuk dipersembahan kepada dewa-dewa mereka di kuil-kuil berhala. Kemudian makanan-makanan bekas persembahan itu dijual ke pasar-pasar. Hal inilah yang menimbulkan polemik diantara orang Kristen pads zaman itu, apakah boleh memakan makanan bekas persembahan berhala atau tidak? Ini adalah inti permasalahan yang timbul sehingga muncullah kalimat “satu Allah saja yaitu Bapa” dan “satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus”.
Pada ayat ke 4: Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa”; kalimat ini untuk membantah adanya berhala atau allah lain, dimana Paulus katakan tidak ada Allah lain selain Allah yang esa.
Dalam ayat 5, perkataan Paulus “ada banyak ‘allah’ dan ‘tuhan’” itu tidak bertentangan dengan ayat 4 yang dia katakan sebelumnya “tidak ada Allah lain selain Allah yang esa”. Dalam ayat 4, kalimat “tidak ada Allah lain” yang Paulus maksudkan adalah tidak ada secara eksistensi; artinya sosok yang dia maksudkan sebagai “Allah” demikian itu sebenarnya tidak pernah ada. Dengan kata lain “makhluk” yang disebut sebagai “Allah” itu tidak pernah ada karena Allah itu hanya Satu. Dengan demikian, yang dimaksud pada ayat 5: “memang benar ada banyak ‘allah’” adalah keberadaan ‘allah’ dalam kepercayaan orang kafir. Analogi: seseorang percaya kepada sebuah gunung bahwa itu dewanya. Apakah sesungguhnya ada pribadi yang namanya “dewa gunung”? Tentu tidak ada. Tidak ada yang namanya “dewa gunung”, tetapi “dewa gunung” itu ada dalam kepercayaan orang itu didalam pikirannya. Sehingga perlu dibedakan, keberadaan secara eksistensial dan keberadaan dalam iman (kepercayaan).
Ayat 6 tidak boleh dilepaskan dari ayat 5, sehingga kalimat pada ayat 6: “hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa” dan “satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus” tidak bertentangan sama sekali dengan ayat 5. Dari penjelasan ini, dapat diambil kesimpulan bahwa baik Bapa maupun Yesus adalah Tuhan dan Allah. Tomas pun pernah berkata kepada Tuhan Yesus di Yoh 20:28 “Ya Tuhanku dan Allahku”.
Kesetaraan Yesus dengan Bapa
Ada begitu banyak ayat-ayat didalam Alkitab yang menyatakan keIlahian Kristus seperti perintah untuk memberitakan Injil dan membaptiskan mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Pribadi Anak (Yesus) disejajarkan dengan pribadi Bapa dan Roh Kudus (Mat 28:19), yang berarti Kristus adalah Allah.
Yoh 10:28 Siapakah pribadi yang dapat memberikan hidup yang kekal dan menjamin keselamatan seseorang, kalau Dia itu bukan Allah? Kol 1:16 Siapakah Dia yang telah menciptakan segala sesuatu, baik yang ada di surga maupun yang ada di bumi, kalau Dia itu bukan Allah?
Flp 2:10-11 Siapakah Dia yang didalam nama-Nya, segala yang ada di langit dan yang ada di bumi bertekuk lutut kepada-Nya? Siapakah Dia bahwa segala lidah akan mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan”, kalau Dia bukan Allah?
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, karena itu beritakan kabar baik ini kepada setiap orang. Soli Deo Gloria.
Penulis : Harry Mandagi, adalah seorang pemerhati yang memiliki panggilan pelayanan untuk umat Kristiani di Indonesia lintas Sinode Gereja.