Webinar BPP Biro Pria Bethel Indonesia, tampak ada Pdt. Yohannes Nahuway dan Pdt. Markus Sudarji

JAKARTA – Departemen Keluarga BPP Gereja Bethel Indonesia (GBI), lebih khusus Biro Pria Bethel Indonesia, pada 2 September 2024 menggelar Webinar dengan tema “Father’s Legacy” dengan pembicara tunggal Pdt. Yohannes Nahuway, M.Th.

Biro pria Bethel Indonesia yang bertugas dalam webinar Father’s Legacy

Setelah doa pembukaan “dinaikkan” oleh Pdt. Markus Sudarji, moderator, Pdt. Gideon Pamatar Manungkol Simbolon, S.Th, memulai dengan berkata, tema webinar bicara legacy, dengan menguti kitab Amsal 13 : 22. “Saya percaya kita orang – orang tua pasti meninggalkan legacy. Hal – hal ini yang akan kita dengar dari Pdt. Yohannes Nahuway, M. Th,”katanya dan meminta Pdt. Yohannes Nahuway, M. Th, untuk memaparkan sesuai tema yang ada, tapi sebelum itu Pdt. Markus Sudarji memperkenalkan siapa Pdt. Yohannes Nahuway, M. Th.

“Siapa kita?” tanya Pdt. Markus Sudarji dijawab oleh peserta yang hadir “Pria Bethel Indonesia”, pertanyaan lanjutan dari Pdt. Markus Sudarji, “Pria Bethel Indonesia?” dijawab “Gaspol-gaspol-gaspol,” dengan mengepalkan tangan kanan.

“Pembicara kita ini adalah putra dari Pdt. Dr. (Alm) Jacub Nahuway. Dan juga sudah menikah, memiliki 3 orang putra. Pembicara kita ini dipakai Tuhan dengan luar biasa. Latarbelakang Pendidikan, baik S1 dan S2 diselesaikan di Seminary Bethel. Untuk organisasi pada periode lalu di BPP dan sekarang Ketua Pekabaran Injil di BPP GBI. Sekarang juga sebagai Ketua Persekutuan Anak Hamba Tuhan (PAHAT) GBI. Saat ini Pdt. Yohannes Nahuway, M. Th, berusia 44 tahun,” demikian Pdt. Markus Sudarji memperkenalkan pembicara webinar.

Webinar dipandu oleh Pdt. Gideon Pamatar Manungkol Simbolon, S.Th, dan didampingi Biro Pria Bethel Indonesia, Pdt. Markus Sudarji, membuat suasana sepanjang 1 jam 30 menit terasa pendek. Apalagi, narasumber utama, Pdt. Yohannes Nahuway, M. Th, memiliki “gaya” berbicara yang membuat peserta seminar tetap antusias untuk mendengar, dan cendrung tidak mau ketinggalan.

Pdt. Yohannes Nahuway, tampil dengan “kemasan” firman Tuhan yang diceriterakan menggunakan kesaksian perjalanan hidupnya menjadi anak gembala, perjalanan pelayanannya dan perjalanan ketika dirinya dipercayakan menggantikan bapaknya yang memiliki nama “besar” di tengah umat Kristiani Indonesia.

Bicara “Father’s Legacy” Pdt. Yohannes Nahuway, memulai dengan mengungkap soal tanggal lahirnya yang sama dengan tanggal berdirinya GBI.”Ketika berbicara Father’s Legacy, tanggal 6 Oktober itu seharusnya menjadi tanggal berbahagia bagi saya tapi kenyataannya sejak kecil setiap tanggal 6 ayah saya tidak di rumah, setiap kali saya HUT, kenapa? Karena HUT saya bertepatan dengan HUT GBI,”

Pada saat usia remaja ke pemuda, Pdt. Yohannes Nahuway, mengaku baru mengetahui alasan kenapa ayahnya jarang hadiri HUT nya. “Boleh dikata saya bertumbuh tidak dalam Father’s Legacy, sebab kalau mau dikatakan jangan – jangan anak – anak di keluarga lain lebih banyak jumpa dengan ayah saya di bandingkan dengan saya anaknya sendiri. Tetapi setelah saya paham bahwa ayah saya milik semua orang, di situ saya bersyukur karena tidak semua orang berkesempatan seperti saya. Itulah yang membuat saya bisa berdamai dan menerima apa yang dilakukan ayah saya,”

BACA JUGA  Pengembalaan Dapat Bertumbuh Bila Menuruti Keinginan Generasi Muda

Masih dalam webinar, Pdt. Yohannes Nahuway mengaku sebagai putra tunggal dari Pdt. Dr. (Alm) Jacub Nahuway, pernah mengetahui dalam pengembalaan ayahnya, para penatua dan diaken melakukan rapat tanpa sepengetahuan ayahnya. “Persitiwa ini terjadi saya belum menikah, saya menikah tahun 2008, mungkin peristiwanya 2006. Judul rapat dengan tema ‘kalau Pdt. Jacub Nahuway meninggal gereja akan kemana?’

Setelah rapat ceritera Pdt. Yohannes Nahuway, penatua dan diaken mengadap Pdt. Jacub dan mengaku dosa. karena sudah kumpul tanpa sepengetahuan Pdt. Jacub dengan tema “kalau Pdt. Jacub meninggal ini gereja bagaimana?”. Padahal bagi Pdt. Yohannes Nahuway,apa yang dipikirkan dan diantisipasi serta dipertanyakan oleh penatua dan diaken tersebut hal yang wajar apalagi penatua dan diaken adalah donatur – donatur di gereja pengembalaan bapaknya.

Dalam pertemuan Pdt. Jacub Nahuway dengan para penatua dan diaken itu, kata Pdt. Yohannes Nahuway, dengan hikmat Tuhan, Pdt. Jacub berkata “Semua sudah kenal dengan Pdt. Yohannes Nahuway, dan sudah lihat pelayanannya di gereja lokal ataupun di luar, termasuk di luar negeri’.

Lewat pertanyaan sekaligus penejlasan itu, kata Pdt. Yohannes Nahuway, digunakan oleh Pdt. Jacub untuk membuka tata gereja GBI dan bertanya satu persatu kepada penatua dan diaken yang hadir. “Apakah mungkin anak – anak bapak – bapak yang akan meneruskan pengembalaan GBI Mawar Saron? Semuanya jawab tidak. Pdt. Jacub menegaskan tata Gereja GBI memang menuliskan yang meneruskan adalah anak saya,”.

Diakui Pdt. Yohannes Nahuway, dengan penjelasan Pdt. Jacub Nahuway kepada penatua dan diaken tersebut menjadi legacy yang diwariskan kepadanya. “Walaupun begitu, sering Pdt. Jacub tanamkan kepada kami di keluarga (termasuk kepada mama saya) bahwa kami keluarga Nahuway mewariskan Gereja adalah pengembalaannya bukan assetnya karena asset milik jemaat. Puji Tuhan ketika saya ditabiskan Ketua BPD GBI DKI Jakarta, Pdt. Kiky Tjahjadi, semua diaken dan penatua hadir, dan menyatakan komitmen mendukung saya sebagai gembala. Itu legacy yang Pdt. Jacub tinggalkan kepada saya. Walau sudah meninggal tetapi pengaruhnya tetap begitu kuat di Gereja kami,”

Sepeningal Pdt. Jacub Nahuway, pengembalaan GBI Mawar Saron kata Pdt. Yohannes Nahuway, terus mengalami peningkatan dan perkembangan. “Puji Tuhan ada 700 jiwa baru datang. Point penting di sini bukan sekedar kita mewariskan legacy tetapi oknum yang akan menerima legacy itu harus dipersiapkan. Makanya kalau kita pendeta dan anak kita pendeta, saya sangat menyarankan untuk melibatkan anak dalam setiap pelayanan,”

BACA JUGA  Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham Bahas Perbedaan Pemahaman Tanda Baptisan Roh Kudus

Memperkuat apa yang diceriterakan, Pdt. Yohannes Nahuway, mengutip kitab Yohanes 3 : 16. “Saya tidak akan fokus pada ayat ini, melainkan fokus kepada prolog menuju Yohanes 3 : 16. Mari kita lihat bagaimana seorang bernama Nikodemus dimasa tuanya ternyata masih terus mencari legacy. Maka saya pikir dalam webinar ini kita tidak melihat legacy dari orangtua saja melainkan yang pertama harus mengerti legacy dari Tuhan. Kita sebagai pendeta harus mengerti legacy dari Tuhan untuk kita,”

Pdt. Yohannes Nahuway, merangkum yang diceriterakan dengan menegaskan, legacy sebagai pendeta – pendeta GBI apalagi gembala tentu adalah pengembalaan tetapi assetnya biarlah para penatua dan diaken yang atur. “Legacy yang ditinggalkan atau diterima harus terpusat kepada pengembalaan. Anak – anak kita harus dibantu, dituntun supaya mereka berprilaku seperti kita. Ada pepatah, buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya,”

Setelah itu, moderator membuka tanya jawab. Ada begitu banyak pertanyaan yang diajukan, dan semuanya dijawab Pdt. Yohannes Nahuway, di antaranya menjawab menjadi anak pendeta yang dikenal di Indonesia, tidak dapat dihindari adanya beban yang “dipikul” sebagai anak gembala.

“Tantangan terberatnya adalah saya harus menggunakan pakaianya (jubahnya). Uniknya kenapa Tuhan memberikan karunia kepada saya dalam berkhotbah cukup mencolok perbedaannya dengan Pdt. Jacub. Kalau Pdt. Jacub pembawaannya pengajar yang lebih banyak memotivasi, mendorong jemaat dengan berbasiskan firman Tuhan. Kalau saya murni pengajaran. Saya tes karunia rohani, karunia saya pertama Nabi, karunia kedua, Guru. Nabi tukang marah – marah, lalu tamba Guru lagi,” katanya dan “disambar” moderator, “Kalau nabi maka jemaat harus kuat karena akan dididik dengan keras,”

Pdt. Yohannes Nahuway, menambahkan, walau ia berbeda dengan bapaknya tapi ada teknik – teknik bapaknya dalam menyampaikan firman Tuhan yang diadobsinya. Di antaranya ceritera – ceritera ayahnya yang relevan dengan apa yang disampaikannya berhubungan dengan firman Tuhan. “Ini untuk membuat jemaat mengerti bahwa ada hubungannya ayah dan anak, tidak lebih dari itu,”

Webinar ditutup dengan doa oleh Pdt. Markus Sudarji dan doa berkat oleh Pdt. Yohannes Nahuway.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
2
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini