MITRA INDONESIA – Besok, Rabu (27/06/2018) ada 171 daerah di Indonesia akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), baik itu gubernur, bupati dan wali kota.
Pdt. Tony Mulya dari Jaringan Doa Nasional (JDN) kepada MITRA INDONESIA mengatakan pentingnya pegelaran Pilkada maka dianjurkan kepada semua umat Kristen untuk tidak henti-hentinya berdoa buat suksesnya Pilkada. “Jaringan Doa Nasional sejak penandatanganan kesepakatan ARAS GEREJA bulan Januari 2018 di Bala Keselamatan untuk terus berdoa buat Pilkada, sudah berkomitmen menggelar doa khusus Pilkada setiap tanggal 18 setiap bulan. Kegiatan doa ini diikuti oleh setiap jaringan yang ada di kota-kota di Indonesia. Bahkan tanggal 1 Juni 2018 lalu kami berdoa di Bekasi yang dihadiri kira-kira hampir 2000 orang,” katanya dan menegaskan doa setiap tanggal 18 setiap bulan itu sudah dimulai sejak bulan Februari 2018. “Kami Jaringan Doa yang ada di Jakarta Utara, setiap tanggal 18 berdoa selama 18 jam, di mulai dari pukul 04.00 sampai 22.00. Jadi setiap bulan itu setiap kota ada doa khusus Pilkada, Pileg dan Pilpres, dan mungkin ini tidak behernti di Pilkada, Rabu (27/06/2018) tetapi sampai tahun 2019 di Pilpres. Juga doa Pilkada dari umat Kristen tidak nanti tanggal 18 tetapi setiap hari kami berdoa,” paparnya.
Pendeta dari Gereja Kristen Bersinar ini berkata, doa-doa yang dinaikkan yaitu supaya terpilih orang yang takut akan Tuhan, yang punya integritas buat bangsa, tidak korupsi, tidak ada politik uang dan tidak terjadi kerusuhan tetapi berjalan dengan baik. “Saya mengimani Pilkada 2018 ini Tuhan akan melahirkan banyak orang benar (Kita tidak bicara khusus agama Kristen) tetapi orang-orang yang punya hati untuk berbuat bagi kota dan bangsa negaranya,” imannya.
Gembala jemaat Gereja Kristen Bersinar El Bethel, Kelapa Gading ini mengungkapkan imannya bahwa Tuhan sedang bekerja di Indonesia. “Biasanya kalau Tuhan lagi bekerja pasti ada tantangan-tantangan. Namanya Kekristenan selalu mengadapi ‘peperangan’ tapi bukan peperangan darah dan daging melainkan secara spiritual. Menurut saya doa kita saat ini (tahun 2018) harus doa peperang melawan kuasa-kuasa kegelapan. Kalau tahun 2014 kita berdoa melawan korupsi, puji Tuhan dijawab Tuhan, banyak yang tertangkap para koruptor sejak tahun 2014,” ungkapnya dan menaruh harap di tahun 2018 bila umat Tuhan berdoa melawan kuasa gelap yang mengikat maka akan terjadi pelepasan.
Memperkuat ungkapannya, Pdt. Tony Mulya memberikan contoh yang terambil dalam kitab Lukas 13:11-13 dimana ada seorang perempuan yang dirasuki oleh roh selama 18 tahun, dan menjadi bungkuk sehingga tidak bisa berdiri dengan tegak. Tetapi ketika Tuhan Yesus melihat perempuan itu, Tuhan Yesus berkata “Hai ibu penyakitmu sembuh,” saat itu bisa tegak kembali. Di katakan di dalam ayat ke 16, perempuan itu keturunan Abraham. “Waktu membaca itu, mengingatkan saya pada kitab Hakim-hakim 3:14, di mana bangsa Israel pernah ditindas oleh suku Moab selama 18 tahun. Lalu muncul pemimpin namanya Ehud dan membebaskan bangsa Israel dari pendindasan suku Moab. Begitu juga kalau melihat di kitab Hakim-hakim 10, ada juga penindasan yang dihadapai oleh bangsa Israel selama 18 tahun dilakukan bangsa Amon. Saat muncul pahlawan namanya Yefta yang memebaskan bangsa Israel dari suku Amon. “Israel kan cucunya Abraham. Jadi Israel di tahun ke 18 selalu dibebaskan. Menurut saya, tahun 2018 ini akan terjadi pembebasan secara spiritual buat Indonesia dari roh-roh jahat yang mungkin mengikat siapapun yang bicaranya dan tindak tanduknya tidak benar,” diyakininya dan menambahkan ayat dari Galatia 3:29 ‘Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah’. “Artinya kita juga keturunan Abraham dan akan mengalami pembebasan di tahun 2018 ini dan tidak lagi bungkuk oleh begitu banyak masalah”.
Kata Pdt. Tony Mulya kalau roh (kuasa gelap) yang mengikat sudah dilepaskan maka Indonesia akan semakin baik. “Bangsa ini milik Tuhan dan dikasihi Tuhan. Saya meyakini tahun ini akan menjadi tahun pembebasan, Indonesia akan bebas dari berbagai ikatan roh yang bukan dari Tuhan,” diyakininya.
Lebih jauh, Pdt. Tony Mulya berkata hasil Pilkada tahun 2018 akan ikut menentukan hasil Pilpres nanti 2019. Kalau Pilkada ini banyak melahirkan (pilihan) yang baik maka akan terpilih presiden yang baik. “Orang sekarang bilang Jokowi pasti akan menang di Pilpres nanti tahun 2019, itu sah-sah saja. Tetapi bagi saya itu belum tentu, bisa saja kalah. Kita harus memahami apapun bisa mungkin, sebab yang menentukan menang kalah adalah Tuhan, kita tidak boleh mendahului Tuhan,” pintanya.
Walau begitu, Pdt. Tony Mulya meyakini kalau umat Tuhan berdoa maka pasti presiden yang akan terpilih yang diinginkan oleh umat Tuhan. “Yang utama kita berdoa, biar Tuhan menentukan tujuan buat bangsa ini. Saya bilang dari tadi, saya tidak berpihak pada siapapun dalam pegelaran politik tetapi saya berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan berikan pemimpin yang benar,” katanya.
Dalam konteks doa politik, Pdt. Tony Mulya menganjurkan supaya umat Tuhan dalam berdoa tidak berpihak. Lebih baik bila berdoa, doakan semua kandidat yang ikut Pilkada di daerah masing-masing. “Kita tidak boleh berdoa dalam konteks pemilihan (politik) untuk menyebut nama seseorang. Jangan dong, nanti kita berat sebela. Kalau memang umat Tuhan berdoa dan mau menyebut nama pasangan calon (Paslon) lebih baik sebut semua paslon di daerahnya. Alkitab juga memerintahkan kita mendoakan musuh, nah setiap Paslon yang ikut Pilkada kan bukan musuh, apa salahnya kalau kita doakan semua,” terangnya.
Diakhir perbincangan Pdt. Tony Mulya berpesan dalam memilih supaya berdoa dan peka dengan suara Tuhan. Sebab Tuhan yang akan menentukan siapa pemenang Pilkada atau Pileg termasuk Pilpres. “Lihatlah Pilkada Jakarta, banyak umat Kristen berkata Ahok yang akan menang, tetapi faktanya bukan, itu tidak lepas dari peran Tuhan,” katanya dan menegaskan setiap orang bisa punya pilihan tetapi Tuhanlah yang akan menentukan. (Suratinoyo)