
Jakarta – Peristiwa Kanjuruhan 1 Oktober 2022 menjadi catatan yang akan terus diingat dalam perjalanan persepakbolaan dalam Negeri. Pasalnya pada hari itu, usai dua klub sepak bola papan atas bertanding, terjadi tragedi yang menelan korban kurang lebih 180 jiwa.
Peristiwa pilu ini membuat duka yang mendalam bagi keluarga besar Persekutuan gereja – gereja di Indonesia (PGI), yang diungkapkan oleh Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultim. “Saya menyampaikan duka mendalam, dan tapekur tak berdaya atas tragedi Kanjuruhan, Malang, yang menelan jiwa 180 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Doa saya bagi semua keluarga yang kehilangan ayah, ibu, anak atau saudara dalam tragedi ini,”demikian tulils Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom yang diterima media ini.
Pdt. Gomar Gultom mengatakan, sangat ironis, pertandingan sepak bola yang sejatinya menjunjung tinggi kemanusiaan, kerjasama dan sportifitas harus berakhir tragis begini.
“Sekaitan dengan ini, saya meminta Bapak Kapolri untuk mengusut tuntas sistem pengamanan dan penanganan kerusuhan paska pertandingan yang memicu korban sebanyak itu. Saatnya juga Polri mengevaluasi kembali prosedur standard yang selama ini dipakai dalam pengendalian massa,”pinta Ketum PGI.
Bersamaan dengan itu, Pdt. Gomar Gultom dalam tulisannya mengimbau semua yang terlibat dalam dunia persepakbolaan Indonesia untuk dapat melakukan edukasi kepada supporter agar setiap hasil pertandingan dapat diterima dengan baik.
“Saya juga mengimbau dunia persepakbolaan Indonesia untuk mendidik para supporternya untuk menyikapi setiap pertandingan sebagai ajang pendidikan sportifitas dan kerjasama sekaligus sebagai hiburan, yang harus diakhiri dengan kesukacitaan, apapun hasil pertandingan. Setiap kekalahan tim favorit harus diterima dengan lapang dada seraya menghargai dan memuji kemenangan tim lainnya yang menang,”.
Akhir kata, Pdt. Gomar Gultom, menegaskan peristiwa Kanjuruhan telah menjadi catatan hitam bagi dunia persepakbolaan Indonesia yang harus diusut tuntas dan tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. “Tak satu pun nyawa layak hilang untuk sebuah pertandingan sepak bola,”tegas Pdt. Gomar Gultom.