
JAKARTA – Perkembangan digitalisme di seluruh aspek kehidupan kini cukup pesat. Timbul pertanyaan apakah teknologi ini akan mengambil alih dunia pelayanan? Mungkinkah akan ada gereja online seperti ojek online atau salon online? Bagaimana media digital bisa tepat sasaran dan membangun ministry? Bagaimana mengatasi hoaks? Untuk menjawab itu semua The New Sekolah Tinggi Teologi Bethel The Way (The New STTB The Way) mengadakan Seminar dan Kuliah Umum bertajuk “Digital Era-Digital Generation-Digital Ministry” Kamis (28/3/2019). Acara digelar di GBI Tanjung Duren, Jl Tanjung Duren Barat Blok G No. 1D-1L, Jakarta Barat.
Hadir para pembicara Wicaksono “Ndoro Kakung”, Pdt. Manasye Mahayoni, S.H., M.H., dan Abbas Yahya, S.Pd., M.I.Kom. Sedangkan moderator dipandu oleh Presiden Direktur QPRO, CEO dan Founder GMN TV Timor Leste, juga mahasiswa STTB The Way serta tengah merintis Indonesian Vlogger Association di 34 propinsi di Indonesia, Tony Tanuwijaya.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua I The New STTB The Way, Pdt. Dr. Andreas Eko Nugroho, M.Th berharap seminar ini bisa membuka wawasan para peserta bahwa dunia digital penting dimanfaatkan untuk kehidupan dan pelayanan. “Nah, apakah teknologi digital ini seperti yang dimaksud dalam kitab Wahyu? Semoga para narasumber dapat memberikan inspirasi, dapat merubah paradigma lama kita, memperbaiki kapasitas kita sehingga apa yang sudah dipelajari di STTB The Way dapat kita amalkan pelayanannya lebih luas lagi untuk kemuliaan Allah,” katanya.
Wakil ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Umum, Pdt. Jabes Yafet Marbun, M.Th menjelaskan apa yang dilakukan merupakan cara The New STTB The Way menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kedepan, The New STTB The Way akan lebih sering menggelar seminar yang berhubungan dengan kejadian faktual agar bisa menjawab kebutuhan masyarakat. “Kita percaya dan pahami Tuhan berikan teknologi digital kepada kita sebagai alat untuk menjangkau jiwa lebih luas lagi yang harus kita pakai untuk kemuliaan Tuhan,” ujar penulis buku ‘Manusia Super’ yang telah diluncurkan bulan Maret 2019 oleh Mathana Publishing.
Wicaksono dalam pemaparannya menjelaskan mengenai perkembangan media di era tol langit. Menurutnya, ada 50 unit produk industri yang sekarat oleh milenial industri, diantaranya kaset, kamera analog, CD, surat kabar, yellow pages, majalah, radio dan lain-lain. “Bukan bermaksud politik tetapi salah satu capres mengatakan tahun 2024 akan muncul sekitar 3500 perusahaan baru, rintisan atau start up. Artinya akan ada peluang kerja baru bagi para anak muda berkat kemajuan tekonologi. Untuk menyongsong pekerjaan baru ini tentunya diperlukan keterampilan tertentu. Pertama kreatif, kedua, data analisis, ketiga, social selling, keempat, keterampilan yang berhubungan dengan gadget, kelimat membuat user experience,” ujarnya.
Advisor at large di Maverick PR dan New Media Consultant serta pemimpin redaksi Beritagar.id ini, menambahkan dalam digital timbul hukum “api unggun” yaitu terjadi pola komunikasi dua arah, kedudukan semua orang setara dan masing-masing memiliki otoritas.
Pdt. Manasye Mahayoni dalam pemaparannya membahas digital ministry social media evangelism. “Dalam digital ministry yang harus diperhatikan di sosial media (sosmed) adalah konten negatif lebih banyak mengisi dan manusia sedang dimuridkan oleh sosmed. Tetapi sosmed hanyalah Tools yang isinya tergantung manusia yang menjadi konten provider. Oleh karena itu saya masih percaya contain is king, dimana kita dapat melawan dan membanjiri dengan konten-konten yang baik untuk melawan konten-konten yang buruk,” kata Direktur UNDP PBB di Indonesia.
Pdt. Mahayoni menjelaskan konsep penginjilan. Pertama, membangun jembatan Kasih, kedua, membangun kepercayaan yang tulus bukan jualan produk. Ketiga, melakukan follow up dengan memberikan teladan nyata, melakukan pemuridan atau pembapakan. “Sedangkan konsep pengunaan sosial media dalam penginjilan adalah broadcast yaitu menjangkau banyak audiences sesuai target area dengan membuat konten yang menarik secara umum, berbicara nilai-nillai kebahagiaan hidup yang hakiki. Ketika mendapat input atau respon, buat tim pemuridan untuk melakukan follow up bagi mereka yang tertarik kepada kabar baik,” jelasnya.
Abbas Yahya dalam pemaparannya menjelaskan hoaks sudah ada sejak di Taman Eden. “Hal-hal kecil yang negatif dapat meruntuhkan bangsa ini bila kita tidak belajar menggunakan dan berhati-hati, karena sejak dalam Perjanjian Lama sampai saat ini sudah banyak terbukti bahwa hoax, hidden agenda, berdampak mengerikan di segala aspek kehidupan manusia. Bohong atau dosa bila dibiarkan lama-lama akan menjadi maut,” ujar satu-satunya reporter didunia yang bisa mewawancarai almarhum presiden Libya, Muamar Khadafi.
Lebih jauh, Abbas berkata ciri khas berita hoaks ialah gaya penulisannya sederhana, tidak memiliki kaidah, mempengaruhi seseorang secara emosional yang bertujuan untuk menghancurkan orang lain atau kelompok tertentu. “Sebenarnya penulisan di sosmed pun ada kode etik jurnalistiknya yang mana bila dipatuhi ranah sosial media akan minim berita hoaks. Kita perlu klarifikasi kalau berita yang kita tulis salah tetapi tidak demikian dengan pelaku hoaks,” pungkasnya.
Seminar ini pun mendapatkan respon positif dari para peserta, seperti seorang ibu bernama Merry yang datang datang bersama putirnya, Muira, dan seorang ibu rumah tangga sekaligus mahasiswa semester dua prodi Teologi The New STTB The Way, Soraya. Mereka berkata senang dan diberkati dengan ilmu dari para pembicara. (BRY)