SEMARANG – Gereja JKI Injil Kerajaan dan Pdt. Tina Agung Purnomo, menggelar acara 7 tahun kepergian ke rumah Bapa di Surga, Pdt. Petrus Agung Purnomo, pada Minggu – Senin (11 – 12 maret 2023) di Holy Stadium, dengan tema besar “The Journey of PAP”. Sepintas acara ini mirip dengan Haul Pdt. Petrus Agung Purnomo (PAP).
Haul sudah sangat familiar buat masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Umumnya, haul adalah tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kematian seorang tokoh (kiai atau ulama). Haul biasanya diselenggarakan oleh ahli waris dari orang yang hari kematiannya diperingati tersebut.
Tradisi peringatan kematian seseorang dengan tujuan di antaranya mengenang keteladanan semasa hidup dari tokoh yang diperingati tersebut, seperti kali ini Gereja JKI Injil Kerajaan dan Pdt. Tina Agung Purnomo kepada Pdt. (alm) Petrus Agung Purnomo.
Pada peringatan 7 tahun meninggalnya PAP ini, Gereja JKI Injil Kerajaan dan Pdt. Tina Agung Purnomo membagi acara menjadi dua bagian, yaitu Mezbah Penyembahan yang diadakan di ruang ibadah Holy Stadium (HS) dan adanya galeri memorial yang berisi perjalanan hidup seorang PAP mulai dari seorang anak dari keluarga sederhana sampai dipercayakan Tuhan membangun Holy Stadium.
“Acara mezbah penyembahan diadakan di ruang ibadah HS setiap dua jam agar sumur “Heart of Worship” tergali lebih dalam di manusia batiniah kita dan dilanjutkan dengan mendengarkan video kotbah hambaNya, Pdt. Petrus Agung yang direkam semasa beliau masih hidup. Firman Tuhan tetap Firman-Nya meski yang menyampaikan sudah tiada,”.
Lanjut Pdt. Tina Agung Purnomo, selagi buah anggur itu diperas dan mengeluarkan air yang manis—minum dan nikmatilah! Terlihat “Sumur Iman” di perjalanan PAP sehingga favor of God and man mengikuti perjalanannya dan membangun HS dalam waktu singkat dan tanpa hutang dengan bank.
Ternyata urai Pdt. Tina Agung Purnomo, masih banyak “sumur-sumur” lain yang pernah digali di HS. Di antaranya sumur “Heart of Sacrifice” , Sumur “Haus dan Lapar akan Tuhan”, sumur “Cinta jiwa – jiwa yang terhilang” -Win the Lost at Any Cost, masih banyak sumur lagi. “Mari tangkap apinya ‘Catch the Fire’ agar sumur hidupmu dapat berbual – bual lebih lagi dan hidupmu berdampak,” ajak Pdt. Tina Agung Purnomo.
Acara ini ditegaskan oleh Pdt. Tina Agung Purnomo bukanlah untuk mengkultuskan PAP, ingat quote dari Presiden pertama RI, Ir. Soekarno “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawan” dan amsal 10:7 berkata “ Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat.”
“Bila ada orang yang menanggapi dengan berkata kita sedang mengkultuskan seseorang , oh tidak ada itu. Lihat saja, jasnya PAP di pajang di galeri ini tidak ada yang pegang – pegang untuk supaya transfer pengurapan, tidak ada. Seperti saya mempelajari perjalanan hidup hamba Tuhan bernama Watchman Nee, itu bukan berarti saya mengkultuskannya tapi mengambil sisi ketaatannya dengan Tuhan yang membuat hidupnya berdampak.
Dengan kerendahan hati kita dapat belajar hal-hal positif dari hamba Tuhan yang lain. Seperti juga makan ikan bandeng, makan dagingnya tapi jangan telan durinya, sehat hidup kita,”tergasnya.
Dalam pantauan media ini, selain adanya mezbah penyembahan di ruang ibadah HS, di lorong dan lobby HS terpampang foto – foto setiap kisah dari masa kecil PAP sampai menjadi seorang pendeta yang dikenal kalayak ramai, di tempel dan dekor dalam papan yang membentang sepanjang lorong HS, dari pintu samping kiri – tengah dan kanan.
Dari setiap papan itu, tidak hanya foto yang “berbicara” perjalanan PAP tapi juga dilengkapi dengan QR Code yang dapat di scan melalui telepon genggam. Hasil scan itu akan mengantar pemilik telepon genggam ke chanel youtube dan mendengar audio dari kisah yang ada di masing – masing papan.
Lewat foto – foto itu, nampak pihak Gereja JKI Injil Kerajaan dan Pdt. Tina Agung Purnomo, berharap setiap pengunjung dapat menyaksikan dan mengetahui cerita perjalanan iman dari PAP.
Lebih dari itu, pengunjung juga dapat terbangun hidup rohaninya lewat kesaksian PAP yang dari keluarga sederhana tapi dapat berdampak bagi dunia. Juga dapat belajar bagaimana PAP melayani jiwa – jiwa yang terhilang.
“Gereja bukan gereja kalau tidak punya hati buat jiwa – jiwa. Kalau gereja memiliki hati untuk jiwa – jiwa pasti pergi melakukan misi Amanat Agung. Itu yang saya mau jemaat mengerti, ayo bermisi karena itu perintah Tuhan, itu amanat Agung Tuhan Yesus Kristus buat kita,”.
Kisah Hadirnya The Journey of PAP
Pada Minggu – Senin (11 – 12 maret 2023), berawal dari sebuah pernyataan Tuhan.
Pada tahun 2021 Pdt. Tina Agung Purnomo (baca : TAP) memperingati usianya ke 59. “Tuhan apa yang akan Tuhan kerjakan ke depan?” tanya TAP dalam doa. “Tahun depan kamu (TAP) berusia 60 tahun. Bulan Maret 2023, PAP 7 tahun telah kembali ke surga. Lihat nanti Aku mau kerjakan sesuatu buat gereja JKI IK ,”kata TAP mendengar jawaban dari Tuhan.
Ditegaskan TAP, jawaban Tuhan bukan serta merta tentang acara The Journey of PAP. Tapi ada sesuatu secara rohani yang Tuhan akan munculkan. “Saya mulai mengerti, ada sumur – sumur yang tertutup yang harus dibuka supaya berbual – bual keluar. Heart of Worship, heart of Sacrifice, hati yang cinta jiwa – jiwa,”tegasnya.
Muncul pertama kata TAP adalah Heart of Worship yang dimulai dari Indonesia Menyembah 1, pada 25 Agustus 2022. Di acara “Indonesia Menyembah” para hamba Tuhan yang terlibat banyak menyampaikan pesan Tuhan untuk HS.
“Tanpa saya sadari ternyata acara Indonesia Menyembah menjadi titik poin penting untuk saya. Awalnya saya hanya berpikir senang bila tempat kami HS dipakai untuk penyembahan. Tidak punya pikiran lain – lain,” tuturnya.
Setelah itu hamba – hamba Tuhan yang ikut Indonesia Menyembah, kata TAP berkumpul lewat zoom, di situlah beberapa hamba Tuhan bicara. “Apa yang dikerjakan Pdt. Petrus Agung Purnomo dahulu, sekarang ini belum selesai. Lanjut lagi ada yang bicara : Aku melihat sumur di Holy Stadium. Tapi belum berbual – bual, Tuhan mau supaya berbual – bual seperti dahulu,” kata TAP menirukan hamba Tuhan yang mengatakan tersebut.
“Saya mau seperti itu, saya mau sumur berbual – bual. Tapi bagaimana caranya? Dari situlah kita mulai berdoa dan muncul ide tahun ke 7 kita adakan acara ini. Kita ingat bagaimana PAP ketika dalam menghadapi berbagai pergumulan termasuk saat tidak punya duit untuk memulai tiang pancang HS ini. Pada waktu itu memang ada duit Rp. 400 juta tapi tidak cukup untuk tiang pancang,”
“Uang Rp. 400 juta akhirnya ditabur PAP untuk disumbangkan sesuai keinginan hati Tuhan. Justru di situlah karena taat dengan perintah-Nya, akhirnya PAP dengan seluruh jemaat mempersembahkan ‘Unusual Gift’ sehingga HS dapat dibangun tanpa hutang dengan bank. PAP memang sudah tidak ada, tapi kita bisa belajar pengalaman hidupnya bersama dengan Tuhan,”
Bersama dengan itu, TAP mengingatkan bahwa cara Tuhan bekerja dalam hidup setiap orang bisa berbeda dengan yang PAP alami, sebab Roh Kudus tidak pernah bergerak dengan cara yang sama. Seperti pengalaman PAP sewaktu mengalami titik BREAKTHROUGH yang mengubah hidupnya dan gereja .
TAP menyitir apa yang PAP tulis dalam buku yang berjudul “Diremukkan sebelum dimuliakan” bahwa Roh Kudus itu pribadi yang memiliki keinginan, kehendak dan selera sendiri. Termasuk kalau seseorang sedang menyanyikan lagu yang sesuai dengan keinginan, kehendak dan selera Roh Kudus maka kehadiran Tuhan akan terasa, itulah yang tertulis dalam buku “Hadirat Tuhan”.
“Kita berdoa meminta kepada Tuhan supaya bisa mempunyai hati yang cinta Tuhan Yesus dan jiwa – jiwa yang terhilang. Kesimpulannya, acara ini diadakan agar sumur di dalam hidup kita juga berbual – bual. Maka dari diri kita akan mengalir aliran – aliran air kehidupan yang mengubahkan, mengalir ke gereja – gereja, juga kepada hamba – hamba Tuhan sehingga memiliki hati yang menyembah dan rela berkorban,”tutup TAP dengan mengungkapkan dalam acara “The Journey of PAP” diterbitkan 3 buku baru, pertama, Uang memungkinkan segalanya. Kedua, Biografi PAP dan ketiga, coretan tangan PAP ( berisi riil tulisan tangan beliau dalam mempersiapkan kotbah) Dan juga kotbah-kotbah lawas yang pengupasan khas dari PAP.