Jakarta – Tawuran antar warga yang terjadi di Jalan JL Yos Sudarso, Belawan, Medan, Rabu (21/7) dini hari diisukan persoalan SARA. Untuk itu Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) lagsung melakukan penelusuran di lokasi serta menemui pihak Gereja serta pembuat video yang sempat viral di dunia maya.
Setelah itu, GAMKI Sumut dengan gerak cepat menemui Kapolda Sumatera Utara (Sumut) yang diterima langsung oleh Wakapolda Sumut Brigjen Pol Dadang Hartanto, didampingi oleh Dirkrimum, Dirbinmas, dan Wadirintel Polda Sumut.
Dalam pertemuan tersebut rombongan GAMKI dipimpin oleh Sekretaris Umum DPP GAMKI, Sahat Martin Philip Sinurat, didampingi Ketua Caretaker DPD GAMKI Sumut Maruli Silaban, Sekretaris Caretaker DPD GAMKI Sumut Alex Ramandey, Sekretaris DPC GAMKI Kota Medan Fery Sihite dan Wakil Sekretaris DPC GAMKI Kota Medan Marudut Simanjuntak.
Ketua Caretaker DPD GAMKI Sumatera Utara, Maruli Silaban menjelaskan Wakapolda telah menyampaikan bahwa kepolisian telah melakukan proses penyelidikan terkait kasus tawuran di Belawan. Telah ditangkap enam orang yang diduga menjadi pelaku kerusuhan dan kepolisian masih mendalami permasalahan tersebut.
“Karena itu kiranya masyarakat bersabar dan menahan diri untuk tidak terprovokasi dengan isu yang beredar di dunia maya,” kata Maruli dalam siaran pers, Minggu (25/7).
GAMKI menyatakan bahwa kejadian di Belawan tersebut adalah kejadian yang tidak diinginkan oleh semua, setiap kejadian berlangsung yang dirugikan adalah masyarakat biasa. Karena itu GAMKI segera berkoordinasi dengan Kepolisian agar permasalahan tersebut dapat ditangani secara cepat dan mencari dalang atau pelaku penyerangan warga tersebut.
“GAMKI mendapatkan banyak pertanyaan dari berbagai pihak diseluruh tanah air, apa sebenarnya yang terjadi di Belawan tersebut? Karena itulah GAMKI langsung menemui pihak Kepolisian pada hari Jumat, 23 Juli 2021 dan menemui masyarakat terdampak di Belawan pada hari Sabtu, 24 Juli 2021 lalu,” jelas Maruli yang juga merupakan Ketua DPP GAMKI Bidang Advokasi, Hukum, dan HAM.
“Beberapa hal penting untuk diketahui masyarakat umum atas hasil temuan kami terkait kejadian tersebut,”
Pertama, Gereja Pentakosta tidak terbakar namun mendapat lemparan yang diduga sebagai bom molotov yang membakar bagian kecil dari pintu depan Gereja dan beberapa tanaman di halaman Gereja.
Kedua, kata Maruli, bangunan yang terbakar sebagaimana yang terlihat pada video yang beredar dan viral adalah bukan api dari Gereja Pentakosta yang berada di dalam gang, melainkan dari lokasi di pinggir jalan raya.
Ketiga, api yang terlihat pada video yang beredar tersebut adalah api yang diduga dari pembakaran ban di sekitar kerumunan massa yang tawuran.
Keempat, kepolisian sedang bekerja untuk melakukan investigasi lebih lanjut terkait pelaku dari aksi tawuran dan pelaku pelemparan yang diduga sebagai bom molotov ke arah teras Gereja.
Kelima, GAMKI telah berkoordinasi dengan pihak Gereja dan warga setempat untuk tetap mengawal proses investigasi yang sedang berjalan.
Keenam, GAMKI dan pihak Gereja Pentakosta sepakat bahwa persoalan yang terjadi bukan isu SARA dan meminta masyarakat di seluruh Indonesia khususnya jemaat Gereja untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi dengan narasi oknum/kelompok tertentu yang ada di media sosial.
Ketujuh, dengan demikian GAMKI meminta masyarakat untuk tidak lagi menyebarkan video atau berita yang menyatakan bahwa api yang terlihat pada video tersebut adalah api pembakaran Gereja.
“Karena itu, kami menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia, secara khusus warga Gereja untuk menahan diri dan tidak terprovokasi. Mari kita bersama-sama menjaga suasana agar kondusif dan damai,” lanjut Maruli.
“Kita serahkan permasalahan ini kepada pihak yang berwajib, dalam hal ini Polda Sumut. Proses hukum untuk mengungkap motif dan pelaku atas kerusuhan tersebut akan kita kawal bersama,” pungkasnya.