Ilustrasi saat Ketua UPPK STT INTI Dr. Sukamto dalam Kuliah Umum Towards Phygital Chruch and Ecclesiological Perspective.

Jakarta – Adanya pandemi Covid-19 telah memaksa berbagai kegiatan masyarakat harus dibatasi, termasuk kegiatan pertemuan ibadah. Tetapi dengan adanya aplikasi – aplikasi yang tersedia, berbagai kegiatan masyarakat, diantaranya pertemuan ibadah masih dapat dilangsungkan secara online. 

Berpindahnya kegiatan ibadah yang berlangsung dalam sebuah ruangan ke aplikasi, menarik perhatian UPPK, Sekolah Tinggi Teologia (STT) INTI, untuk melakukan survei dan penelitian “ “Kepuasan Jemaat Terhadap Ibadah Digital di Masa Pandemi Covid-19″.

Survei yang dilakukan UPPK STT INTI ini berlangsung sejak 13 – 27 Januari 2021 dengan total 418 responden di beberapa kota. Adapun responden terdiri dari 45% generasi X, dan 23% generasi millenial, serta 19% generasi Z, juga 13% baby boomers. 

“Bila dilihat dari kesiapan gereja, banyak gereja yang tidak siap menghadapi pandemi ini. Ini berdasarkan hasil penelitian, di mana hanya 36% gereja yang sudah memiliki ibadah live streaming sebelum pandemi, sedangkan 64% gereja belum,” papar Ketua UPPK STT INTI Dr. Sukamto dalam Kuliah Umum Towards Phygital Chruch and Ecclesiological Perspective, Selasa (23/2/2021), yang dilihat media ini. 

Temuan penelitian UPPK STT INTI, menunjukkan leluasanya jemaat Tuhan untuk memilih tempat ibadah yang diingininya. Banyak jemaat “jajan” beribadah selain memang mengikuti ibadah online dari gerejanya bernaung. 

“Sebanyak 51% responden mengaku mengunjungi 1-2 ibadah online lainnya. Ada 33% mengaku tidak mengunjungi ibadah online gereja manapun. Sedangkan ada 13% mengunjungi 3-5 ibadah online gereja lainnya. Ada 3% mengunjungi lebih dari 5 ibadah online di gereja lainnya,” ungkap Dr. Sukamto.

BACA JUGA  PGI Bicara Praktik Mafia Tanah Masih Bergentayangan sampai Kerusakan Lingkungan di Depan Menteri ATR/BPN

Dr. Sukamto menuturkan, temuan penelitian itu mengungkapkan fakta di masa pandemi Covid-19 anggota gereja menjadi cair (anggota gereja yang cair). “Munculnya berbagai gereja online telah memberi ruang bebas bagi anggota gereja untuk ikut tanpa harus takut diketahui majelis atau pendeta di gerejanya,” tuturnya.

Walau kehidupan bergereja online cair, tetapi ditegaskan Dr. Sukamto, persentase jemaat Tuhan yang setia mengikuti ibadah online digerejanya dimana dirinya tercatat masih tinggi, sebesar 80,05%. 

Bila dipilah kota besar dan kecil juga, kata Dr. Sukamto, kesetiaan jemaat Tuhan untuk beribadah online di gerejanya tempatnya tercatati tetap masih tinggi. Untuk responden kota besar yang masih setia ikut ibadah online gerejanya mencapai 83,57 % responden. Sedangkan responden dari kota kecil yang menyatakan masih setia mengikuti ibadah online gerejanya, sebesar 76,56% responden. 

Dalam pemaparan Dr. Sukamto, bila dilihat dari rata – rata jumlah seorang jemaat mengikuti ibadah online dalam satu bulan, sebanyak 81,29% responden mengaku mengikuti ibadah rata-rata 4 kali. Sedangkan 7,67% responden mengaku mengikuti 3 kali. Sebanyak 5,04% responden mengikuti 2 kali. Bagi yang mengikuti 1 kali ibadah online sebanyak 3,84% responden dan tidak pernah beribadah sebanyak 2,16% responden.

“Bila disilangkan dengan usia, ada kencenderungan semakin usianya muda maka semakin jarang beribadah (4 kali dalam satu bulan). Misalnya generasi X dan generasi baby bommers lebih rajin. Baby boomers 90,57%, generasi X 84,21%, millenial 80% dan generasi Z 69,62%,” ungkapnya. 

BACA JUGA  Perupa Perempuan Menginterpretasikan Keberagaman dalam Pameran Seni Rupa ”Bhinneka Tunggal Ika”.

Untuk temuan jemaat Tuhan yang fokus dalam beribadah online, Dr. Sukamto mengatakan ditemukan sebanyak 61% responden cukup fokus. Untuk yang sangat fokus, ada 18% responden dan ada 21% responden kurang fokus. “Bila dibandingkan dari kelompok generasi ada kecenderungan baby boomer lebih fokus (cukup fokus) mengikuti ibadah online yaitu sebanyak 60,38%, kemudian diikuti generasi X (60,32%), generasi Z (64,56%) dan millenial (57,29%),” ungkapnya. 

Temuan yang menarik, jemaat yang mengikuti ibadah online ternyata mampu menumbuhkan iman. Seperti yang ditemukan dalam survei ini, ada 48,92% responden yang mengaku imannya cukup bertumbuh dan  sebanyak 31,57% responden menyatakan bertumbuh. Hanya 19,52%  merasa kurang bertumbuh. 

“Bila dihubungkan pada penelitian banyak gereja yang belum memiliki ibadah online (sebelum pandemi), maka bisa dikatakan selama hampir setahun ini gereja-gereja berusaha keras untuk menjalani (melayani) rohani responden,” katanya. 

Dr. Sukamto juga menjelaskan kedepan responden menginginkan berjalannya gereja online dan onsite sebanyak 49,05%. Sedangkan yang menginginkan gereja onsite 43,27% responden dan yang menginginkan gereja online (digital) hanya 7,69% responden. 

Bila dilihat dari generasi, yang memilih ibadah onsite usai pandemi paling banyak datang dari kalangan generasi Z sebanyak 62,82%. Disusul generasi milenial 47,92%, baby boomers 37,74% dan generasi X 34,39%.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini