BPD Bekasi dalam Sidang MD Khusus

BEKASI – Badan Pengurus Daerah – Badan Pengurus Daerah (BPD) Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Tahun 2023 ini akan menyelenggarakan Sidang Majelis Daerah (MD), di antaranya BPD GBI Bekasi, yang sesuai rencana di gelar bulan April.

Informasi yang tabloidmitra.com (MITRA INDONESIA) peroleh, salah satu yang akan maju sebagai Calon Ketua BPD Bekasi adalah Ketua BPD Bekasi saat ini atau incumbent (petahana), Pdt. Sahala Nainggolan. 

Bicara menjadi seorang ketua, tentu tidak asal dan mudah tapi diperlukan yang dapat menjawab tantangan serta pergumulan dari anggota – anggotanya ( di GBI disebut pejabat dan gembala).

Seorang hamba Tuhan (pendeta) senior di lingkungan GBI Bekasi, Pdt. MS Tamba, yang sejak Bekasi masih tergabung dalam BPD GBI Jawa Barat, sudah menjadi Anggota Majelis Pekerja Lengkap (MPL) sampai sekarang dan juga saat ini duduk sebagai penasehat BPD Bekasi, mengatakan pergumulan atau tantangan pejabat – pejabat GBI di BPD Bekasi, datangnya dari dalam dan dari luar.

“Tantangan dari luar itu lebih terasa. Seperti sulitnya mendapatkan izin  membangun (mendirikan) Gereja. Kami pejabat dan gembala yang ada di Perwil 3, Bekasi Utara, khususnya di Pondok Unggu, sementara ini kesulitan mendapatkan izin membangun (mendirikan) Gereja,”katanya, dan beriman ke depan dengan terus berdoa maka tidak ada yang mustahil buat Tuhan, bagi Tuhan semuanya mungkin, termasuk mendapatkan izin membangun (mendirikan) Gereja. 

“Tantangan dari dalam adalah sulitnya adanya persatuan (unity). Ini menjadi pergumulan, tetapi saya percaya satu waktu akan ada kedewasaan iman maka pejabat BPD GBI Bekasi, akan unity. Apalagi kalau kita sudah mengerti dan memahami firman Tuhan tidak sebatas teori tetapi benar – benar mau mempraktikkan. Saya percaya lewat Firman Tuhan kita menjadi dewasa, dan tentunya semua tantangan yang kita hadapi di lapangan dapat kita atasi,”tuturnya.

Kesulitan dalam membangun unity, diakui Pdt. MS Tamba ke depan bisa diselesaikan karena Ketua BPD Bekasi, Pdt. Sahala Nainggolan, telah membentuk Perwil – Perwil di setiap Kecamatan yang ada di Kota ataupun di Kabupaten Bekasi. 

“Dalam kepemimpinan sebelum Pdt. Sahala Nainggolan, Perwil itu hanya ada 2, satu di Kota dan 1 lagi di Kabupaten. Jadi setiap pertemuan (fellowship) bulanan yang hadir hanya 40 – 50 pejabat dan gembala yang hadir. Tapi dengan adanya Perwil di setiap Kecamatan, walau memang ada yang belum terbentuk, tapi setiap fellowship di Perwil, di Perwil 3 saja yang hadir 30 pejabat dan gembala, dari kurang lebih 60 pejabat dan gembala,”terangnya dan berkata lewat pertemuan di Perwil – Perwil yang direspon positif oleh gembala dan pejabat, maka otomatis unity dapat terjadi. 

Pendeta yang menjadi Ketua Perwil pertama sejak BPD Bekasi dibentuk ini berpendapat,  dalam rangka suksesi kepemimpinan BPD GBI Bekasi, periode 2023 – 2027, Ketua terpilih harus mengerti keadaan Bekasi. Di antaranya harus seorang yang memiliki gaya kepemimpinan merakyat karena di Bekasi ini Gereja tidak banyak yang besar,”katanya dan menegaskan salah satu calon yang terbukti merakyat adalah Ketua BPD 2019 – 2023, Pdt. Sahala Nainggolan.

Pdt. MS Tamba menambahkan, sedangkan kebutuhan pejabat dan gembala GBI di Bekasi, untuk pemimpin BPD Bekasi 2023 – 2027, adalah seorang Ketua yang kemampuannya tidak terbatas pada management tetapi juga memimpin. “Ketua harus bisa mengayomi Gereja – gereja kecil dan bisa juga mengayomi Gereja – gereja yang jumlah jemaatnya besar. Lebih penting lagi, dapat menjadi jembatan yang baik antara pejabat dan gembala yang masih memiliki jumlah jemaat sedikit dengan pejabat dan gembala yang memiliki jumlah jemaat banyak,” kata pendeta yang saat ini duduk sebagai penasehat BPD GBI Bekasi.

Berhubungan dengan itu, pendeta yang memiliki gelar S1 bahasa asing (Inggris) ini sepakat bila para gembala di Bekasi, kembali memberikan kepercayaan kepada incumbent (petahana) Pdt. Sahala Nainggolan untuk periode 2023 – 2027. Alasannya, selama periode pertama Pdt. Sahala Nainggolan, waktunya tidak maksimal, karena adanya pandemi selama 2 tahun. 

“Selama pandemi otomatis BPD GBI Bekasi tidak bisa berbuat banyak, semuanya terkosentrasi dalam mengatasi Covid-19. Walaupun begitu, BPD Bekasi masih bisa membangun hubungan yang baik dengan pejabat dan gembala. Bahkan, bisa membeli Ruko untuk dijadikan Kantor BPD GBI Bekasi dan membeli kendaraan roda empat dan roda dua untuk operasional,”

“Pdt. Sahala Nainggolan dengan waktu yang tidak maksimal tetapi hasil kerja sangat maksimal. Walau begitu, hidup manusia itu harus kita pahami pasti ada yang tidak puas. Untuk itu saya katakan pilihlah sesuai hati nurani dengan melihat hasil – hasil kerja serta prestasi yang ada, baik dalam pengembalaan dan dalam memimpin organisasi. Hal – hal itu harus jadi pertimbangan dalam memilih agar objektif, bersamaan dengan itu libatkan Tuhan agar terpilih Ketua yang dapat mengayomi seluruh pejabat dan gembala,” pintanya.

Lebih jauh, kata Pdt. MS Tamba, Ketua terpilih nanti harus meneruskan program – program yang sangat dibutuhkan pejabat dan gembala di Bekasi, bukan sebaliknya meniadakan, seperti yang telah dibuat oleh Pdt. Sahala Nainggolan.

BACA JUGA  Penguatan Kepemimpinan, Diperlukan Inovasi Sosial Berbasis Kearifan Lokal

Pertama, pejabat yang merintis di sebuah perumahan belum ada GBI akan diberikan dana sebut saja modal sebesar Rp. 5.000.000,-.  Kedua, umur 65 tahun ke atas dibebaskan dari biaya pendaftaran untuk mengikuti Sidang MD.  Ketiga, janda dan duda dibebaskan dari biaya pendaftaran untuk mengikuti kegiatan – kegiatan MD.  

“Saya berharap, GBI Bekasi akan lebih baik, termasuk unity akan semakin mengikat pejabat dan gembala GBI di Bekasi. Untuk itu, Ketua yang terpilih nanti, seperti harapan banyak pejabat adalah dapat mengunjungi mereka di pengembalaan masing – masing. Sebenarnya untuk ini mulai dilakukan oleh Pdt. Sahala Nainggolan, walau masih sebatas mendatangi Perwil – Perwil,”

Maksud dari Pdt. MS. Tamba, dengan pemimpin mendatangi pejabat atau gembala ke tempat masing – masing, itu sebagai bentuk perhatian dan dari situ dapat mengerti serta melihat langsung tantangan yang dihadapi oleh pejabat dan gembala di lapangan. 

“Lewat kunjungan langsung itu, Ketua mengerti apa yang harus disejahterakan pada anggota – anggotanya. Termasuk memutuskan untuk memberikan bantuan kepada pejabat atau gembala yang berduka, dalam hal ini kepada suami atau istri,” 

Akhir kata, Pdt. MS Tamba meminta pejabat dan gembala membantu BPD GBI Bekasi dalam rangka membangun unity untuk bergerak bersama memajukan GBI di Bekasi. Juga mengajak semua pejabat dan gembala untuk sukseskan MD 2023, dengan mendaftarkan diri dan ikutilah Sidang MD BPD GBI Bekasi. 

Keberhasilan yang Dicapai Pdt. Sahala Nainggolan di BPD Bekasi, Tidak Lepas Pro dan Kontra

Bicara sukses BPD Bekasi, tentu tidak afdal kalau tidak bicara dengan salah satu penggagas hadirnya BPD GBI Bekasi, Pdt. Eko Itnawanto yang saat ini sebagai Ketua Perwil Periode 2019 – 2023.

Ketika BPD Bekasi terbentuk dan berjalan, kata Pdt. Eko, rada terseok – seok (terasa berat) tetapi itu bukan karena kesalahan Ketua pertama (Pdt. Samuel Harnardi) tetapi memang banyak faktor. 

Setelah diperiode kedua BPD GBI Bekasi, dipimpin oleh Pdt. Sahala Nainggolan. Kepemimpinan periode 2019 – 2023 ini, Pdt. Eko mengatakan mendekati apa yang diharapkan ketika penggagasan lahirnya BPD GBI Bekasi. “Ya, memang semua perjuangan dan harapan itu tidak 100 persen langsung dinikmati,”

Harapan yang mendekati, dimaksud oleh Pdt. EKo, Pertama management. “Ini boleh dikatakan, penataan dan lain sebagainya 90 persen mendekati pengharapan. Begitupun penataan database, jauh lebih tertib dan jauh lebih mudah untuk di control dan diakses,”. 

Kedua, keuangan makin tertib. “Lihat saja, BPD GBI Bekasi baru periode kedua, dan dalam situasi Covid selama 3 tahun, tapi bisa punya kantor BPD sendiri, dan tidak meninggalkan hutang,”.

Walau begitu, Pdt. Eko memahami yang namanya perjuangan pasti ada pengorbanan, setiap pembaharuan pasti ada yang disingkirkan. Pihak – pihak yang merasa tidak puas pasti ada, apalagi kalau merasa disingkirkan. “Itu faktor – faktor yang tidak dapat kita sangkali, bahwa ini hidup selalu ada pro dan kontra, dan manusia tidak ada yang sempurna. Tapi saat kontra maka harus objektif, bukan subjektif. Di mana hasil pengorbanan itu nyata dan ada, bahkan bisa “dinikmati” terangnya. 

Pdt. Eko menuturkan mau ada pro dan kontra atau suka dan tidak, faktanya harus diakui bahwa Pdt. Sahala memiliki prestasi dalam memimpin BPD GBI Bekasi. “Lihat saja prestasi – prestasinya dalam memimpin dan yang paling terasa adalah management pengelolaan para pejabat, itu terkelolah dengan baik,”. 

Untuk itu, Pdt. Eko sebagai penggagas lahirnya BPD Bekasi, mengingatkan kepada para pemegang suara, jangan salah pilih karena tren perkembangan BPD GBI Bekasi sekarang sedang menuju cita – cita para penggagas. 

“Saya ingatkan, jangan salah memilih Ketua periode 2023 – 2027. Kesalahan memilih akan membuat BPD GBI Bekasi makin jauh dari cita – cita penggagas yaitu BPD GBI Bekasi mandiri dan maju. Saat ini jalannya sudah menuju kepada cita – cita, sudah mencapai 60 persen. Nah jangan sampai karena salah pilih dan mengakibatkan periode berikutnya BPD GBI Bekasi jadi mundur, jangan sampai program – program yang menuju cita – cita diobrak – abrik,”tegasnya.

Pdt. Eko berharap Ketua BPD GBI Bekasi periode 2023 – 2027, siapapun yang terpilih harus dapat menyelesaikan yang  40 persennya. Di antaranya, pertama, memenuhi perumahan – perumahan dengan pengembalaan GBI. 

Kedua, beban financial supaya dikurangi karena sudah banyak yang terpenuhi di periode Pdt. Sahala Nainggolan, termasuk fasilitas – fasilitasnya sudah. “Periode di depan ini bagaimana membantu para perintis agar bisa melayani dengan fokus. Juga bagaimana membantu Gereja – gereja yang sudah tidak merintis tetapi masih membutuhkan bantuan financialnya, seperti untuk kontrak Gereja atau lainnya,” tegasnya seraya mengingatkan bahwa Ketua periode 2023 – 2027, sudah bukan membangun management tetapi bagaimana menyempurnakan, juga bukan lagi untuk membebani karena semua sudah tercapai, maka yang harus adalah membantu. Dan yang paling penting adalah meningkatkan SDM. 

BACA JUGA  Refleksi Akhir Tahun GAMKI: Indonesia Darurat Pancasila

Kepemimpinan Pdt. Sahala Nainggolan Kinerjanya Jelas dan Pengelolaan Keuangan Transparan

“Tantangan Ketua BPD Bekasi Periode 2023 – 2027 adalah mencairkan blok – blok yang ada. Sebab kit aini hamba Tuhan, bukan Partai politik. Mestinya kalau kandidat yang kita dukung kalah dalam proses demokrasi, ya sudah, ya terima, jangan membentuk kelompok oposisi dan melakukan kritik hantam kromo. Oposisi sehat jika melakukan kritik sehata dan membangun, bukan mencari kesalahan,”kata Pdt. Rudi Susanto yang menjabat Ketua Perwil 7 BPD GBI Bekasi. 

Pdt. Rudi Susanto, melihat persoalan yang ada di tengah – tengah pelayanan pejabat dan gembala GBI Bekasi. Pertama, membangun persatuan (unity). Kedua, berhubungan dengan keuangan, seperti pembayaran iuran pejabat dan pembayaran perpuluhan. “Kita bukan mata duitan, ya. Tapi bagaimana organisasi bisa berjalan kalau tidak ada dana?” tanyanya.

Pendeta yang tercatat sebagai pendeta di GBI Lippo Cikarang ini mempertanyakan integritas seorang yang menyandang pejabat GBI dan Gembala Gereja, yang lalai memenuhi kewajiban seperti iuran pejabat ataupun perpuluhan. “Mestinya kita harus menjadi contoh, tidak perlu ditagih – tagih. Kalau di Perwil saya, harus saya akui pemasukan dari iuran dan perpuluhan tidak terlalu bagus. Ini karena ada oknum – oknum yang lalai, tidak peduli dan ada juga yang sengaja menumpuk. Jadi sebenarnya mereka semua itu bisa bayar,”terangnya.

Kepada yang lalai atau sengaja lalai, kata Pdt. Rudi Susanto, bisa senaknya di periode 2019 – 2023. Tapi untuk periode 2023 – 2027, dingatkannya untuk tidak coba – coba karena Badan Pengurus Pusat (BPP) telah menyempurnakan AD/ART, yang mengatur sanksi. “Periode berikutnya kita akan gunakan sanksi organisasi, dari teguran, surat peringatan dan tentu mohon maaf karena akan mengambil keputusan yang kami juga dari lubuk hati tidak mau yaitu pemecatan,”paparnya. 

Tantangan lainnya, kata Pdt. Rudi Susanto, adalah menyukseskan penanaman Gereja baru. Ini tidak mudah, karena faktor di luar yang menjadi “tantangan” yaitu, lingkungan dan perijinan serta “tantangan “ yang datang dari lintas Sinode, juga antar sesama Sinode. 

Semua tantangan di atas, Pdt. Rudi Susanto, meyakini bila Pdt. Sahala Nainggolan diberikan kepercayaan untuk Kembali memimpin di periode 2023 – 2027 maka bisa dihadapi dan diselesaikan.  “Pdt. Sahala Nainggolan sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengelolah organisasi. Sebenarnya tantangan – tantangan yang saya sebutkan itu bisa diselesaikan tetapi tidak terselesaikan karena satu periode kepemimpinannya, praktis yang dapat dipakai untuk bekerja hanya 2 tahun, sisanya pandemi. Untuk itu kalau ada waktu lagi buat Pdt. Sahala Nainggolan, tantangan – tantangan yang saya katakan pasti bisa dikerjakan dan diselesaikan,” yakinnya.

Pdt. Rudi Susanto menerangkan keinginan Pdt. Sahala Nainggolan untuk maju bukanlah katena ambisi tetapi karena merasa beberapa pekerjaannya belum terselesaikan karena terhambat dengan pandemi.

“Saya memahami Pdt. Sahala masih mau maju karena merasa pekerjaannya di BPD GBI Bekasi belum maksimal karena terpotong dengan masa pandemi. Walau waktu yang pendek tapi Pdt. Sahala telah membuktikan kerjanya ada hasilnya. Seperti sekarang BPD Bekasi ada asset, Kantor, Mobil, motor dan segala macam. Untuk ketua periode berikutnya sudah tidak akan dipusungkan atau direpotkan dengan berpikir mencari dana menyediakan kantor,”katanya dan menegaskan apa yang disampaikan sesuai fakta, bukan karena saat ini masih menjabat sebagai Ketua PERWIL di bawah kepemimpinan Pdt. Sahala Nainggolan. 

“Saya katakan ini karena proses untuk menyediakan asset buat BPD GBI Bekasi, saya di dalamnya. Tetapi kalau ada yang mau menyatakan berbeda, ya itulah yang saya katakan ada oposisi, semoga oposisi membangun (sehat),”

Terobosan yang paling dapat dirasakan oleh Pdt. Sahala kata Pdt. Rudi Susanto yaitu program untuk duda dan janda dibebaskan membayar biaya Sidang MD. “Padahal pemasukan BPD tidak banyak, ini bagaikan buah simalakama. Keputusan membebaskan itu, otomatis Pdt. Sahala Nainggolan, harus bekerja keras dari mana mencari dana talangan. Tapi itulah seorang pemimpin, harus berani mengambil kebijakan yang membantu anggota,” ungkapnya dengan rasa bangga berada dalam kepemimpinan Pdt. Sahala Nainggolan yang kinerjanya jelas dan pengelolaan keuangan transparan. 

Terobosan lain yang dilakukan oleh Pdt. Sahala Nainggolan, menurut Pdt. Rudi Susanto, yaitu Perwil tidak diijinkan untuk menerima pembayaran langsung dari anggota, semuanya melalui satu pintu yaitu rekening organisasi BPD Bekasi. “Kalau dulu anggota bisa bayar langsung dan penerima kasih kwitansi tetapi tidak tercatat secara organisasi. Saya katakan ini karena pada saat saya Ketua Perwil, ada yang datang bawa kwitansi sebagai bukti sudah bayar iuran dan perpuluhan tetapi tidak tercatat dipembukuan,” tutupnya.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini