Ev. Harry Mandagi

JAKARTA – Di dalam batin setiap manusia, Allah telah menanamkan satu kesadaran akan adanya Allah. Kesadaran inilah yang menjadikan manusia sebagai satu makhluk yang merindukan Allah. Kesadaran ini juga menjadi salah satu alasan dari banyak agama di dunia, dengan berbagai konsep tentang Allah dan berbagai macam konsep keselamatannya masing-masing. Secara umum agama-agama yang dianut manusia itu menginginkan satu tujuan yaitu ingin hidup yang diberkati dan ketika meninggal selamat masuk surga.

Dibandingkan dengan agama-agama lain di kolong langit ini, agama Kristen adalah agama yang paling unik, bahkan berbeda dengan agama-agama lainnya. Pasalnya, pengikut agama yang menamakan Kristen paling banyak muncul ajaran-ajaran palsu/sesat sepanjang sejarah Gereja hingga hari ini.

Salah satu ajaran yang menyimpang dari ajaran Kristen sejati adalah tentang konsep keselamatan. Iman Kristen sejati percaya bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah hanya melalui Tuhan Yesus Kristus, meskipun ada ajaran seperti kelompok liberal yang menyangkali Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dengan berbagai macam konsep keselamatannya.

Dalam beberapa aliran Gereja, ada yang percaya manusia diselamatkan oleh iman, ada pula yang percaya selamat oleh perbuatan baik, bahkan ada yang menggabungkan keduanya yaitu selamat oleh karena iman dan perbuatan baik.

Mengapa ada perbedaan pemahaman seperti ini? Sebelum jauh, sangat diperlukan mengetahui asal – usul doktrin – doktrin ( pemahaman ) di atas, dengan melihat sejarah Gereja pada abad ke 4 sebelum memasuki masa abad pertengahan (medieval ages).

Pemahaman ini muncul dari bapa-bapa Gereja. Apa yang melatar-belakangi pandangan – pandangan tersebut? Konsep keselamatan yang dipahami bapa – bapa Gereja sangat berkaitan erat (dipengaruhi) oleh pemahaman tentang dampak kejatuhan Adam dalam dosa yang diwariskan kepada keturunan-keturunannya; yang dikenal sebagai dosa asal (original sin).

Pemahaman seberapa besar dampak “kerusakan” yang terjadi pada manusia akibat kejatuhan Adam inilah membuat para bapa Gereja mempunyai pandangan berbeda-beda.

Pelagius:

Bapa gereja Pelagius yang hidup pada abad ke 4-5 mengatakan, kejatuhan Adam dalam dosa tidak berdampak pada rasio (akal budi) manusia. Rasio manusia masih sehat sepenuhnya sehingga manusia mampu berkehendak berdasarkan rasionya. Manusia bisa mencari Allah dengan kesadarannya yang penuh. Pelagius tidak percaya akan dosa asal, dengan demikian konsep keselamatan Pelagianisme adalah usaha manusia 100%.

Agustinus:

Bapa gereja Agustinus yang juga hidup antara abad 4-5 mengatakan, akibat dosa asal yang diwariskan Adam, manusia keturunannya menjadi terpisah total dari Allah secara rohani alias mati rohani atau buta rohani. Manusia menjadi tidak berdaya, artinya tidak mempunyai kemampuan sedikitpun untuk dapat datang kepada Allah yang sejati karena rasio (akal budi), hati nurani, kesadaran akan Allah sudah terdampak oleh dosa. Manusia terbelenggu oleh dosa sehingga manusia “tidak bisa tidak dosa”, itulah natur keberdosaan manusia. Manusia tidak mampu berkehendak benar dan baik untuk bisa datang kepada Allah. Konsep keselamatan Agustinianisme adalah bergantung kepada anugerah Allah 100%.

Yakobus Arminius:

Arminius hidup sekitar abad ke 16-17 dekat dengan masa setelah Reformasi. Dalam pandangannya, dampak kejatuhan Adam dalam dosa kepada keturunannya tidak membuat manusia itu mati rohani sepenuhnya tetapi hanya seperti “orang sakit tapi masih bisa berobat”. Manusia masih bisa berkehendak mencari Allah meski tidak mampu sepenuhnya, artinya manusia masih bisa meresponi anugerah yang Allah berikan. Konsep keselamatan Arminianisme adalah kerjasama Allah dan manusia (peran Allah 50% dan peran manusia 50%).

Dari ketiga pandangan ini, pandangan Arminius ada ditengah-tengah di antara Pelagius dan Agustinus; oleh sebab itu konsep keselamatan Arminianisme sering juga disebut semi-Pelagianisme. Apa kata Alkitab mengenai keselamatan? Dari ketiga pandangan ini, pandangan mana yang sejalan/selaras dengan Alkitab?

Untuk mengetahui keselamatan seperti apa yang diajarkan Alkitab, seperti sudah dikatakan sebelumnya perlu melihat dari seberapa besar dampak dosa Adam terhadap umat manusia keturunannya. Kejatuhan Adam dalam dosa, mengakibatkan Adam terpisah dari Allah sehingga semua keturunan Adam mewarisi natur dosa (Rm 5:12), yang dikenal dengan dosa asal yang diturunkan atau diwariskan oleh Adam kepada semua manusia keturunannya; sebagaimana juga ditegaskan oleh raja Daud di Mzm 51:7 “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”. Dampak dosa itu mengakibatkan kerusakan yang begitu luar biasa sehingga manusia sudah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Dampak dosa ini telah mencemari akal budi maupun hati nurani manusia sehingga manusia tidak mempunyai kesadaran untuk bisa mencari Allah dengan kekuatannya/usahanya sendiri (Rm 3:10-12) sebab dosa itu telah membelenggu manusia sehingga manusia itu berdosa dengan bebas dan tidak dapat lepas dari belenggu itu. Manusia sudah diperbudak oleh dosa sehingga manusia kehilangan kehendaknya mencari Allah (Rm 6:20); ini yang dikatakan di Kej 3:8 setelah berdosa, Adam dan Hawa menjauh dan menyembunyikan diri dari Allah, itulah dampak dari natur dosa.

Apakah dalam natur berdosa, manusia mempunyai free will (kehendak bebas)? Kita sering mendengar orang menyebut istilah free will ini tanpa mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan free will. Istilah free will adalah istilah filsafat yang diadopsi masuk ke dalam gereja pada abad mula-mula. Mirisnya banyak hamba Tuhan zaman now menggunakan istilah ini tanpa mengerti apa arti free will itu sendiri dalam konteks Kristen.

Waktu Adam jatuh dalam dosa, dia dan keturunannya kehilangan free will (kehendak bebas) nya. Apa maksudnya? Dalam natur keberdosaan, manusia tidak mempunyai free will lagi untuk datang dan percaya kepada Allah dengan kekuatannya sendiri. Itu arti free will dalam konteks Kristen, hanya sebatas itu, tidak ada arti lain seperti banyak orang mengartikan free will adalah kehendak bebas manusia yang sebebas-bebasnya tanpa batas dalam menentukan pilihannya—bukan itu maksud free will dalam konteks Kristen.

Satu analogi untuk membantu memahami mengapa free will pada manusia itu hilang dalam natur keberdosaan. Di dalam sebuah peperangan, misalnya bangsa A dan bangsa B bertempur. Bangsa B menaklukkan bangsa A sehingga bangsa A ini ditawan oleh bangsa B dan bangsa A ini menjadi tidak berdaya, tidak mempunyai kebebasan lagi karena kebebasan bangsa A sudah terbelenggu dalam penguasaan bangsa B.

Inilah yang dikatakan Alkitab bahwa ketika manusia Adam jatuh dalam dosa dan semua manusia keturunannya mewarisi dosa asal, manusia itu sudah ditawan oleh dosa, dosa itu membelenggu mereka sehingga tidak mempunyai kehendak (free will) lagi untuk bisa datang dan percaya kepada Allah. Kehendak mereka menjadi kehendak yang terbelenggu/diperbudak oleh dosa, itulah yang dikatakan oleh Paulus di Rm 6:20. “sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran”; hal serupa juga dikatakan oleh bapa Reformator Martin Luther dalam bukunya “On the Bondage of the Will” [Kehendak yang terbelenggu/diperbudak (oleh dosa)].

Semua manusia sudah menyeleweng dan tidak berguna, tidak berakal budi sehingga tidak seorangpun yang mencari Allah (Rm 3:9-12); inilah yang disebut manusia tidak mempunyai (kehilangan) free will (kehendak bebas) lagi untuk bisa datang mencari Allah setelah ada dalam natur berdosa. Sekali lagi, dalam konteks Kristen, yang dimaksud free will adalah hanya terbatas kepada aspek keinginan atau kehendak manusia berdosa untuk datang mencari dan percaya kepada Tuhan Yesus dengan usaha dan kekuatannya sendiri, dan itu sudah tidak dapat dilakukan lagi. Pemahaman umum banyak hamba Tuhan dalam gereja maupun pengajaran-pengajaran yang beredar di sosmed sekarang ini mengajarkan pemahaman free will yang sudah sangat salah kaprah dan jauh dari kebenaran Alkitab.

Dari pemahaman yang kembali kepada Alkitab, pandangan Pelagianisme tentang keselamatan itu bertentangan dengan Alkitab karena manusia berdosa tidak akan pernah bisa punya keinginan/kehendak untuk datang kepada Kristus karena keinginan/kehendak nya sudah terbelenggu oleh dosa.

BACA JUGA  Apakah Doa Puasa Dapat Mengubah Keputusan Allah?

Bagaimana dengan pandangan Arminianisme yang mengatakan keselamatan adalah kerjasama antara Allah dan manusia? Kalau Allah memberikan anugerah yang sama rata kepada setiap manusia berdosa, menurut pemahaman Arminianisame, manusia berdosa ini masih mempunyai kemampuan (walaupun tidak sepenuhnya) untuk datang kepada Kristus. Mengapa Injil yang di beritakan ada yang menerima dan ada yang menolak? Kalau kesadaran yang diberikan adalah sama rata kepada setiap manusia, seharusnya dengan kesadaran dan kemampuan yang sama, semuanya akan menerima atau semuanya akan menolak. Faktanya ada yang menerima, dan tidak sedikit yang menolak anugerah itu.

Penolakan itu terjadi karena sesungguhnya belum dilahir barukan dari keberadaan mati rohani (buta rohani). Sedangkan yang menerima karena sesungguhnya sudah mengalami kelahiran baru sebelumnya. Kalau belum lahir baru ( mati rohani ), seberapa sering mereka mendengar Injil yang diberitakan, pasti tidak akan menerima, karena merasa diri cukup baik, dan tidak perlu bahkan tidak pernah terpikirkan yang namanya Juruselamat.

Orang yang mati rohani seumpama orang buta yang dibawa kepada suatu pemandangan alam yang indah atau orang tuli diberikan musik yang indah tetapi tidak bisa dinikmatinya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mati rohani?

Satu ilustrasi untuk membantu menjelaskan tentang mati rohani. Misalnya ada seorang yang meninggal, dan jasadnya dibaringkan. Apabila orang yang meninggal itu ditawarkan makanan kesukaannya, apakah orang mati ini akan meresponinya? Tentu tidak, karena sudah mati. Begitu pula dengan orang yang mati rohani, seberapa sering Injil diberitakan kepadanya, orang itu tidak akan meresponi atau menerimanya karena memang statusnya dalam keadaan mati rohani.

Orang yang mati rohani tidak dapat meresponi kepada pemberitaan Injil kecuali rohnya dihidupkan alias dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, itulah yang disebut kelahiran baru. Ingat percakapan Nikodemus dengan Tuhan Yesus? Tuhan Yesus mengatakan kepada Nikodemus “jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (Yoh 3:3). Perhatikan kata “dilahirkan kembali” dipakai kata dalam bentuk pasif. Mengapa dalam bentuk pasif? Karena proses kelahiran baru adalah pekerjaan Allah, bukan manusia. Kenapa Tuhan Yesus menggunakan kata “dilahirkan kembali”? Seorang bayi tidak bisa melahirkan dirinya sendiri, ia dilahirkan harus dengan pertolongan orang lain.

Itulah sebabnya apabila seseorang dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, mata rohani orang itu baru bisa tercelik (terbuka) dan melihat bahwa dirinya adalah seorang yang berdosa dan perlu Juruselamat. Tidak mungkin orang yang mati rohani bisa mempunyai keinginan untuk mencari dan datang kepada Allah yang sejati, kecuali Roh Kudus sudah melahir barukan orang itu terlebih dahulu (Tit 3:5). Keselamatan adalah pekerjaan Allah 100% seperti yang dikatakan Agustinus, tidak ada andil atau usaha manusia sedikitpun didalamnya. Itulah anugerah keselamatan yang Allah berikan kepada seseorang, selaras dengan yang dikatakan oleh Paulus “oleh kasih karunia (anugerah) telah dibenarkan dengan cuma-cuma ….” (Rm 3:24) sehingga “tidak ada dasar manusia untuk bermegah sebab tidak ada unsur perbuatan manusia sedikitpun didalam keselamatan” (Rm 3:27-28). Paulus juga mengatakan dalam suratnya “sebab karena kasih karunia (anugerah) kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef 2:8-9). Jelas dikatakan manusia diselamatkan oleh anugerah melalui iman dan iman pun adalah pemberian Allah, bukan keluar dari diri manusia.

Jelas dan tegas, keselamatan adalah murni pekerjaan Allah 100% tanpa ada usaha manusia sedikitpun, oleh karena itu jangan ada orang yang memegahkan diri. Allah tidak perlu bekerjasama dengan manusia dalam menyelamatkan manusia, itu mutlak karya Allah sepenuhnya.

Apa arti anugerah (kasih karunia)? Anugerah adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang dengan cuma-cuma yang sebenarnya orang itu tidak layak menerimanya. Pemberian cuma-cuma (gratis) bukan berarti murahan dan tidak berharga tetapi justru sesuatu yang begitu mahal yang tidak ternilai harganya sehingga manusia tidak sanggup membayarnya, tetapi Allah berikan dengan cuma-cuma. Apabila ada sedikit saja unsur usaha/andil manusia didalamnya, itu sudah bukan anugerah lagi tapi itu adalah upah.

Keselamatan adalah anugerah Allah tanpa usaha manusia. Bagaimana dengan Yakobus yang mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati? Apakah perkataan Paulus bahwa keselamatan hanya oleh anugerah melalui iman itu kontradiksi (bertentangan) dengan perkataan Yakobus yang mengatakan iman tanpa perbuatan adalah mati? Mungkinkah ayat dalam Alkitab ada yang saling kontradiksi? Kristen sejati percaya Alkitab adalah firman Allah yang tidak ada kesalahan dan sempurna (inerrancy dan infallability), tidak mungkin Alkitab bisa kontradiksi dengan dirinya sendiri. Lalu mengapa perkataan Paulus dan Yakobus seperti bertentangan satu sama lain?

Menafsirkan Alkitab memang tidak mudah karena Alkitab Perjanjian Baru itu ditulis sekitar 2000 tahun lalu, dengan latar belakang budaya yang sangat berbeda termasuk apa yang melatar belakangi suatu perkataan atau suatu peristiwa yang terjadi, itu semua tidak boleh diabaikan. Tidak boleh menafsirkan Alkitab dengan menggunakan cara berpikir abad ke 21 ini, tanpa mempelajari latar belakang suatu peristiwa seperti perkataan Yakobus ini. Mengapa Yakobus mengatakan dalam suratnya “tunjukkan imanmu, aku tunjukkan perbuatanku” (Yak 2:18)? Apa yang melatarbelakangi perkataan Yakobus dalam suratnya mengenai hal ini? Kitab Yakobus ini tidak berisi doktrin (pengajaran) tetapi banyak berbicara hal-hal yang bersifat praktik serta banyak teguran akan perilaku hidup yang tidak baik dalam jemaat; salah satunya adalah mengenai banyak perbuatan yang tidak baik.

Apakah perkataan Yakobus ini mengindikasikan perbuatan lebih penting daripada iman? Yakobus tidak mengatakan jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu menjadi mati. Kalau iman menjadi mati artinya iman itu sudah pernah ada sebelumnya, kemudian iman itu menjadi mati. Yakobus tidak mengatakan demikian tetapi Yakobus mengatakan pada Yak 2:17: “…. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”. Apa maksud dari kalimat ini?

Maksud Yakobus adalah orang yang mengklaim diri orang beriman tetapi dalam kenyataannya perilaku atau perbuatannya itu tidak mencerminkan sebagai orang beriman. Dengan demikian klaim sebagai orang beriman adalah klaim palsu, kata lainnya mereka itu bukan orang-orang beriman.

Iman adalah anugerah dari Allah sehingga tidak mungkin iman yang Allah berikan bisa berubah menjadi bukan iman lagi. Mereka boleh mengklaim diri sebagai orang beriman tetapi sesungguhnya mereka bukan orang yang beriman alias iman itu tidak pernah ada pada mereka; mereka bukan orang percaya sejati.

Apa yang dikatakan Yakobus ini, dalam konteks relasi hubungan horisontal antara sesama manusia. Sedangkan Paulus berbicara dalam hal dibenarkan oleh iman dalam konteks hubungan vertikal antara Allah dengan manusia. Alkitab konsisten mengajarkan doktrin keselamatan bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan” (Rm 3:28) dan Abraham pun dibenarkan bukan karena perbuatannya sehingga tidak ada dasar untuk bermegah (Rm 4:2). Iman Abraham lah yang diperhitungkan sebagai kebenaran (Rm 4:9). Konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama tidak berbeda dengan Perjanjian Baru.

Keselamatan adalah karya Allah sepenuhnya tanpa ada andil perbuatan manusia sedikitpun, artinya perbuatan baik bukan syarat keselamatan tetapi perbuatan baik adalah buah dari keselamatan. Itu yang dikatakan Yakobus bahwa iman kalau tidak disertai perbuatan (buah pertobatan), pada hakekatnya iman itu adalah mati alias bukan iman atau iman palsu. Dengan kata lain sesungguhnya orang itu belum dilahirkan kembali. Iman yang tidak kelihatan ditunjukkan oleh perbuatan yang kelihatan. Itulah yang dikatakan dalam Injil Matius pohon dikenal dari buahnya (Mat 7:16-20). Iman menghasilkan perbuatan baik, jangan dibalik, perbuatan baik tidak menghasilkan iman.

Perkataan Paulus dan perkataan Yakobus tidak bertentangan, justru berjalan dengan harmonis yaitu perbuatan baik mengikuti iman. Ini dalam bahasa teologi disebut dengan paradoks, bukan kontradiksi.

BACA JUGA  PGI Ucapkan Selamat Dua Periode Untuk Jokowi-Ma'ruf Amin

Pertanyaan berikutnya, akankah seorang yang sudah diselamatkan pasti mengerjakan keselamatan? Bagaimana kalau tidak taat mengerjakannya, apakah dia tidak akan selamat? Pandangan tersebut didasarkan pada Flp 2:12 dimana ada banyak orang yang berpandangan ayat ini adalah ayat “ancaman” bagi anak-anak Tuhan kalau tidak taat mengerjakan keselamatan akan berakibat fatal. Mengapa mereka punya pandangan demikian? Ini disebabkan ayat tersebut tidak ditafsirkan secara utuh, satu ayat itu dilepas keluar dari ayat-ayat lain dan ditafsirkan secara terpisah dengan tidak bertanggung jawab.

Flp 2:12-13. (Ay 12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (Ay 13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Kunci dari ayat ini justru terletak pada ayat 13. Perhatikan ayat 13 dimulai dengan kata penghubung “karena”, yang menerangkan alasan penyebab adanya kalimat sebelumnya. Dengan kata lain, ayat 12 itu ada karena ada ayat 13, yang adalah penyebabnya dan ayat 12 itu adalah akibatnya yang dihasilkan oleh ayat 13. Secara kronologis (urutan) keberadaan ayat 13 ada sebelum ayat 12, artinya ayat 13 mendahului ayat 12.

Sebuah contoh kata penghubung “karena”: “Anak itu lulus ujian karena dia rajin belajar”. Kalimat setelah kata penghubung “karena” ini menunjukkan suatu peristiwa yang terjadi terlebih dahulu yaitu anak itu rajin belajar, kemudian mengakibatkan/menghasilkan anak itu lulus ujian. Artinya, Flp 2:12-13, ini berbicara suatu kesimpulan dari adanya sebab dan akibat.

Dalam Alkitab bahasa asli (Yunani) dan Alkitab bahasa Inggris ada kata yang menarik dari kata “kerjakanlah” (ayat 12) dan kata “mengerjakan” (ayat 13). Kata perintah kepada manusia pada ayat 12, untuk “mengerjakan” itu dipakai kata “work out” sedangkan kata “mengerjakan” yang dilakukan Allah itu dipakai kata “work in”. Dengan memparafrasekan dua ayat ini: “karena Allah telah mengerjakan terlebih dahulu didalam diri orang itu, maka orang itu dapat mengerjakannya (keluar)”. Dengan demikian tanpa Allah bekerja terlebih dahulu dalam diri orang percaya, orang itu tidak akan mampu mengerjakan keselamatan. Itu yang disebut dengan anugerah, pemberian Allah, manusia tidak akan mampu melakukan tanpa Allah beranugerah sehingga orang percaya akan selalu bergantung kepada Allah didalam hidupnya.

Ayat 12 ini tidak mengatakan “kerjakanlah untuk mendapat keselamatanmu” (work for your salvation) tetapi dikatakan “kerjakanlah keselamatanmu (sebagaimana engkau telah diselamatkan)” – work out your salvation. Bagaimana seseorang bisa mengerjakan keselamatan kalau orang itu sendiri belum diselamatkan? Buah (perbuatan) adalah hasil dari pertobatan, ini selaras dengan apa yang dikatakan Paulus di Gal 5:22-23, orang yang sudah diselamatkan akan ada buah roh dalam hidupnya.

Semua agama-agama di dunia pada umumnya mengajarkan keselamatan dapat diperoleh dengan perbuatan baik tetapi tidak demikian dengan ajaran Kristen yang sejati. Keselamatan adalah anugerah atau pemberian Allah, bukan hasil perbuatan (baik) manusia. Setelah dianugerahkan keselamatan oleh Allah, orang itu akan melakukan perbuatan baik (Ef 2:10); jangan dibalik karena perbuatan baik tidak menyelamatkan, artinya perbuatan baik bukan syarat keselamatan. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, sehingga perbuatan baik mengikuti keselamatan itu.

Semua ayat yang menerangkan konsep keselamatan yang diajarkan dalam Alkitab berjalan selaras secara harmonis, tidak ada yang saling berkontradiksi. Allah yang memilih manusia bukan manusia yang memilih Allah (Yoh 15:16 ; Luk 19:10), kalau bukan Allah yang berinisiatif, semua manusia tidak akan ada yang selamat didalam kebutaan (status mati) rohaninya.

Bagaimana seseorang dapat mengaku dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya? Apakah keputusan yang diambil orang itu murni berdasarkan kemampuannya? Tentu tidak. Seseorang yang pernah mendengar berita Injil baik melalui KKR, ibadah gereja/persekutuan doa maupun mendengar firman Tuhan dari manapun juga, itu disebut panggilan eksternal (dari luar). Panggilan eksternal tersebut tidak akan mempunyai dampak apa-apa kalau orang tersebut belum dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Mengapa? Karena kondisi orang itu masih mati rohani. Akan tetapi kalau Roh Kudus sudah melahirbarukan orang itu, artinya rohnya sudah dihidupkan, dan diberi iman kepadanya, itu yang disebut panggilan internal (dari dalam), maka panggilan eksternal itu akan direponinya. Sehingga terjadilah apa yang disebut dengan panggilan efektif.

Tanpa kelahiran baru (panggilan internal), panggilan eksternal tidak akan berdampak apa-apa. Panggilan internal adalah pekerjaan Allah, bukan pekerjaan manusia. Kelahiran baru adalah unsur terpenting dalam keselamatan. Tanpa kelahiran baru, manusia buta atau mati rohani sehingga tidak akan pernah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kelahiran baru dikerjakan oleh Allah bukan oleh manusia.

Alkitab secara konsisten mengajarkan prinsip keselamatan yaitu selamat oleh anugerah melalui iman, bukan karena perbuatan; baik di dalam Perjanjian Lama (Rm 4:9, 2) maupun di dalam Perjanjian Baru (Rm 3:27-28 ; Ef 2:8-9). Konsep keselamatan dalam Perjanjian Baru dan konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama itu tidak berbeda, yaitu selamat oleh anugerah melalui iman, bukan karena perbuatan. Perjanjian lama tidak mengajarkan selamat oleh karena taat pada hukum Taurat, sebab tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat tapi beriman pada Kristus (Gal 2:16). Dalam Perjanjian Baru, diselamatkan oleh karena percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Perjanjian Lama juga mencatat diselamatkan oleh karena percaya kepada Mesias yang akan datang yaitu yang dikenal sebagai Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru. Orang-orang yang hidup setelah Tuhan Yesus mati dan naik ke surga, itu diselamatkan karena percaya kepada Mesias yang sudah datang, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Keselamatan tidak boleh didasarkan kepada pandangan manusia; bukan pula didasarkan kepada hati nurani, akal budi, perasaan manusia karena semua itu sudah tercemar oleh dosa sejak kejatuhan Adam. Sehingga pedoman/tolok ukur satu-satunya pemahaman tentang keselamatan adalah Alkitab sebagai otoritas tertinggi karena Alkitab adalah firman Allah itu sendiri.

Mengapa banyak kesalahan masa lalu dalam hal pengajaran terulang kembali hingga saat ini? Salah satu alasan adalah keengganan belajar sejarah tentang ajaran-ajaran yang sudah ditolak dalam sejarah gereja. Alasan lainnya adalah banyak gereja yang lebih mementingkan khotbah yang bersifat praktis, menyenangkan telinga ketimbang doktrin, sehingga ketika ada ajaran “baru” diperkenalkan di era sosmed ini, banyak jemaat Tuhan kebingungan, tidak lagi bisa membedakan mana ajaran yang benar (kembali kepada Alkitab) dan mana yang sesat.

Sesungguhnya semua ajaran sesat yang muncul bukan ajaran yang baru tetapi yang sudah pernah ada dalam sejarah gereja, hanya hasil “daur ulang” sehingga terlihat baru dan diberi nama baru pula. Firman Tuhan berkata “tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari ini”; dalam Alkitab Terjemahan Lama dikatakan “tidak ada sesuatu yang baru dibawah langit ini” (Pkh 1:9)

Ajaran sesat sudah ada sejak gereja mula-mula berdiri hingga hari ini, dan akan terus ada sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali sebab itu sudah dinubuatkan dalam Alkitab. Waspadalah dan belajarlah Firman Tuhan dengan benar serta bertanggung jawab sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran sesat. Soli Deo Gloria.

Penulis : Harry Mandagi, adalah seorang pemerhati yang memiliki panggilan pelayanan untuk umat Kristiani di Indonesia lintas Sinode Gereja.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini