
Jakarta – Beberapa hari sebelum pergantian tahun, 2021, Ketua Umum (Ketum) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Pdt. Dr. John Weol, MM. MTh, memberikan sambutan yang dikemas dalam rekaman video dan dilihat media ini di pertemanan – pertemanan media sosial lingkungan GPdI.
Dalam tayangan video sambutan tahun baru 2021, dengan durasi 8,5 menit itu, Ketum GPdI, Pdt. Dr. John Weol, MM. MTh mengungkapkan beberapa hal. Pertama, meminta warga GPdI memasuki tahun 2021 dengan berjaga – jaga dan tetap melaksanakan protokol Kesehatan, diantaranya, dimintanya untuk tetap memakai masker, sering mencuci tangan dan jaga jarak serta jauhi kerumumnan.
Kedua, mengumumkan di tahun 2021, tanggal 29 – 31 Maret, akan menjadi puncak peringatan dan perayaan GPdI berusia 100 tahun atau 1 Abad.
“Di tahun 2021, pada tanggal 29 -31 Maret, GPdI akan merayakan HUT 100 tahun ( 1 Abda), yang akan dipusatkan di Bali, sekalipun dalam jumlah yang terbatas karena Covid-19 ini,”ceriteranya.
Ketiga, menyampaikan di tahun 2022, GPdI akan melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes) sebagai agenda nasional yang diamanatkan konstitusi atau UU, (AD ART GPdI).
“Saya ingin menyampaikan atau menghimbau, menghadapi Mubes dan Musyawarah Daerah (Musda) di tahun 2022 nanti, mari kita ciptakan suasana tenang di GPdI, suasana sejuk di GPdI, kita hindarkan dulu kegiatan – kegiatan yang berpotensi untuk memecah bela warga GPdI, terutama komunitas hamba – hamba Tuhan dengan munculnya, kampanye – kampanye untuk pemilihan pimpinan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah,”
“Kita satukan visi kita, langkah kita, untuk semua misi kerja yang sangat istimewa dan mulia dihadapan Tuhan, meminjam filosofi Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo, ‘Kerja…kerja…kerja…’”
Menurut Jokowi, jika kesehatan masyarakat pulih maka kepercayaan dunia akan meningkat. Sehingga pemulihan ekonomi benar-benar terjadi di tahun 2020.
“Bersama-sama insyaallah kita mampu mengatasi ujian berat ini. Tahun 2021 akan menjadi catatan sejarah sebagai tahun pemulihan kehidupan kita semua. Selamat Tahun Baru 2021. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semuanya,” tuturnya.
Ditegaskan Ketua Umum GPdI, kalau hal itu yang dilakukan maka akan terhindar dari pertikaian di antara warga GPdI. “Kita lakukan ini maka akan terhindar dari pertikaian di antara kita, perselisihan di antara kita, bahkan terhindar dari perpecahan di antara kita sehingga GPdI akan semakin maju, nama Tuhan dibesarkan dan dimuliakan, dan kita semua dberkati Tuhan,” katanya, menutup sambutannya dengan mengucapkan selamat memasuki tahun baru, 2021.
Ketua Majelis Daerah Sumatera Selatan, Pdt. Harry S. Gultom M.Th, melihat sambutan penyambutan tahun 2021 dari Ketua Umum GPdI, secara umum bagus. “Khususnya dalam rangka 2022, Mubes ,Musda – Musda untuk menciptakan suasana sejuk, tenang, jauhi perselisihan – perselisihan dan kita pegang filosofi Presiden Joko Widodo, yaitu, kerja, kerja , kerja,”kata Pdt. Harry S Gultom.
Lebih jauh, Pdt. Harry S Gultom berkata, sambutan ( pidato ) itu sudah mencakup banyak hal. “Cuma, implementasi konkritnya, bagaimana, terutama soal menjelang 2022, tidak ada. Ini yang ditunggu dari seorang pemimpin. Mungkin generasi baru/muda, perlu menjabarkan prinsip – prinsip nilai kebersamaan itu dalam pola dan strategi, bertindak di lapangan pelayanan. Salah seorang dari generasi baru itu adalah Bro Suratinoyo,”paparnya.
Pdt. Harry S Gultom, berbeda pandangan dengan Ketua Umum GPdI dalam hal membicarakan suksesi kepemimpinan. Bagi Ketua MD Sumatera Selatan, suksesi itu perlu dibicarakan, dan tidak perlu kuatir akan terjadi perpecahan, karena itu tidak akan terjadi. “Saya percaya tidak, kecuali yang membicarakannya para ‘pokrol bambu’” tegasnya.
“Justru harus bicara, selama pemimpin harus dipilih (karena ini kesepakatan dalam AD/ART) maka harus dibicarakan dan dipikirkan dengan cara yang elegan. Kalau karena berbicara suksesi timbul friksi maka kita belum cukup dewasa untuk berorganisasi. Padahal kita (GPdI sudah 100 tahun,”.paparnya.
Ketua MD Jogjakarta, Pdt. Samuel Tandiassa, menanggapi sambutan Ketua Umum GPdI dengan beberapa catatan. Pertama, soal dorongan untuk kerja-kerja, itu harus diapresiasi. “Sangat mengapresiasi. Sebagai seorang leader, Ketum MP memang wajib memotivasi bawahan untuk terus bekerja dengan semangat yang tinggi tanpa pamrih,”katanya.
Kedua, mengenai dugaan adanya kampanye. Semua warga GPdI tahu bahwa yang “mencuri” start untuk kampanye itu adalah orang internal, MP. “Saya tidak perlu sebut nama, tapi salah satu yang sudah melakukan kampanye, pengurus MP aktif. Sebagai leader seharusnya Ketum MP tidak perlu segan – segan menegur yang bersangkutan, karena masih pengurus aktif MP yang ada dalam kendali Ketua Umum. Kalau tidak ditegur, itu bisa jadi duri dalam tubuh MP,”tegasnya.
Bagi Ketua MD Jogjakarta ini, deklarasi pencalonan yang telah dilakukan oleh salah satu personil MP aktif, memperlihatkan dalam tim MP sudah mulai ada keretakan, paling tidak itu perilaku tidak etis.
“Mendeklarasikan pencalonan dibelum saatnya, dan terus masih duduk dalam satu tim MP, itu akan menimbulkan disharmoni, saling curiga, dan ketegangan. Konsekuensinya, kinerja MP yang masih 2 tahun berkemungkinan besar akan terganggu,”tegasnya.
Sedangkan dari sisi hamba Tuhan, kata Pdt. Samuel Tandiassa, rasanya memproklamirkan diri sebagai calon Ketum sementara masih dalam satu tim, tampak sekali kurangnya rasa teposliro, dan itu sama dengan melukai kawan sendiri. “Istilahnya, menusuk teman dari belakang,”katanya.
Bagi Pdt. Samuel, dalam pikiran umum, akan lebih sportif, gentleman, dan tampak jiwa leadernya kalau keluar lebih dahulu dari struktur kemudian melakukan kampanye ke mana mana.
“Dulu waktu saya mau mencalonlan diri jadi Ketua MD DIY, saya kulonuwun dulu sama Ketua MD, Bpk. Yos Hartono, dan kulonuwun itu saya sampaikan dalam rapat pleno MD,”urainya sambil mengungkapkan Kulo nuwun yang dilakukan, ”Jika Bapak Ketua tidak keberatan, saya akan maju dan mencalonkan diri jadi Ketua MD. Tetapi kalau Pak Ketua keberatan saya tetap siap membatu Pak Ketua, Untungnya mendapatkan jawaban dari Bapak Ketua legowo,”ceritera Pdt. Samuel.