JAKARTA – Gereja-gereja di Indonesia, biasanya dihari-hari besar seperti Natal, sering ibadah Natalnya dilaksanakan dengan proses atau liturgy perjamuan kudus.
Dalam proses itu sering muncul hal yang menarik, di mana ada yang tidak mengijinkan anak-anak untuk mengkonsumsi “roti” dan “anggur” dengan alasan beraneka ragam.
Juga dalam proses perjamuan kudus itu, materi “roti” dan “anggur” mayoritas Gereja di Indonesia gunakan tapi di gereja-gereja tertentu, materi “roti” dan “anggur” itu tidak menjadi keharusan alias dapat digantikan dengan materi lainnya, semisal “roti” di ganti dengan ketel, pisang dan lain-lain, sedangkan “anggur” diganti dengan semisal air, Fanta (minuman bersoda yang berwarna merah) atau Bajigur.
Melihat itu semua MITRA INDONESIA coba menelusuri lebih dalam tentang perjamuan kudus itu sendiri.
Menurut salah satu pimpinan Jaringan Doa Nasional, Pdt. Tony Mulia, dalam alkitab tidak ada istilah “Perjamuan Kudus”, yang ada istilah “Perjamuan Tuhan” (Mat 26:26-29), “Perjamuan Malam” (Mrk 14:22-25), atau “Perjamuan Makan Paskah” (Luk 22:15-20) serta “Perjamuan Malam Tuhan” (I Kor 11:23-26)
Pdt. Tony Mulia berkata berdasarkan hal itu terminologi Perjamuan Kudus tidak akan dapat ditemui dalam naskah teks Perjanjian Baru. Istilah Perjamuan Kudus baru dikembangkan oleh para teolog beberapa abad setelah para rasul wafat. “Perjamuan Kudus yang kita kenal sekarang ini memang memiliki latar belakang dari Perjamuan Paskah tradisional menurut versi Yahudi. Maksudnya Perjamuan Kudus ini ditetapkan oleh Yesus pada suatu perjamuan yang istimewa menurut perayaan Yahudi. (Baca Yesaya 25:6 TB),”terangnya dan berkata, menurut tradisi Yahudi, hampir di setiap perjamuan makan terdapat, pertama, roti di atas meja makan dan bahkan roti ini berfungsi menjadi makanan utama. Kedua, daging hampir tidak pernah tersedia dalam keluarga-keluarga biasa karena daging terlalu mahal untuk rakyat kebanyakan. Dan karena ikan lebih murah dan mudah untuk diperoleh, maka kesemarakan pesta perjamuan biasanya menyajikan roti dan ikan. Ketiga, selain itu dalam setiap perjamuan selalu tersedia anggur. Yang karena juga sangat mahal, maka tidak jarang anggur dicampur dengan air.
“Melihat alasan ini, maka kita bisa menyimpulkan mengapa Yesus memakai roti dan anggur dalam penetapan Perjamuan Kudus-Nya, Namun apa yang kita lakukan pada hari ini tentang Perjamuan Kudus adalah mengenang kematian Tuhan Yesus dikayu salib dan bagaimana kasihnya kepada setiap orang percaya sehingga manusia diselamatkan dan dikuatkan oleh karena pengorbanan daging dan darah Tuhan Yesus yang harus dipakukan dikayu salib. Sehingga kita juga percaya daging dan darah Tuhan Yesus sebagai materai perjanjian Tuhan dengan umatNya dinyatakan lewat pengorbanan-Nya di bukit Golgota,”urainya.
Perjamuan kudus itu sendiri menurut gembala Gereja Kristen Bersinar EL BETHEL di Kelapa Gading ini, diperuntukan bagi setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang mau mati menggantikan salah dan dosa umat manusia. “Jadi hanya orang yang mengerti penebusan Yesus Kristus dikayu Salib yang boleh menerima Perjamuan Kudus. Sedangkan orang yang tidak atau belum mengerti tentang arti kematian dikayu salib sebaiknya tidak perlu mengambil bagian dalam acara Perjamuan Kudus, karena ini sakral yang artinya tidak main main,”tandasnya dan menambahkan orang yang sembarangan mengambil perjamuan tanpa mengerti arti perjamuan kudus yang sesungguhnya dapat ber-akibat tidak baik, baca dalam kitab I. Korintus 11:27 – 30 TB.
Tambahnya, ada syarat utama bagi orang yang akan menerima perjamuan kudus yaitu orang tersebut harus sudah akil baligh dan mengerti kesalahannya sudah ditebus dan dihapus. Usia akil baligh diperkirakan 13 tahun dan tergantung dari pergaulan sekelilingnya yang mempengaruhi seseorang bisa lambat atau cepat mengalami hal tersebut. ”Anak anak yang belum mengalami akil baligh sebaiknya tidak mengambil bagian dahulu dalam perjamuan kudus karena selain punya akibat yang buruk, kita juga meremehkan dan tidak menghargai kekudusan yang harusnya dijaga oleh para pemimpin gereja dan jemaatnya,”tuturnya.
Bicara soal materi perjamuan kudus, Pdt. Tony Mulia berkata dalam keadaan yang terpaksa disuatu wilayah yang tidak dapat ditemukan roti dan anggur boleh saja digunakan materi lainnya, seperti ketela, ubi atau apapun termasuk air teh atau air putih. Namun jangan dijadikan pengganti yang permanen. (NBS)