Pdt. Dr. Kalis Stevanus,M.Th, saat berada di Gereja Injili Di Tanah Jawa (GITJ) Sumurtowo Dukuhseti, Kab. Pati Gembala sidang Pdt. Prasetyo Adi,S.Th

TAWANGMANGU – Natal bukan sekadar perayaan kelahiran seorang bayi di palungan Betlehem, tetapi momen untuk merenungkan siapa Yesus sebenarnya dan apa maknanya bagi hidup kita. Pertanyaan mendasar ini—Siapa Yesus?—menentukan bagaimana kita memandang kehidupan, keselamatan, dan masa depan kekal kita.

Natal adalah Penggenapan Nubuatan Perjanjian Lama. Saya akan mengutip salah satu saja dari nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenai Mesias yang akan datang. Mikha 5:1. “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”

Ayat ini adalah salah satu nubuat penting dalam Perjanjian Lama yang menunjuk kepada kelahiran Mesias (Kristus) di Betlehem. Betlehem Efrata adalah kota kecil di wilayah Yehuda, yang dianggap tidak signifikan secara geografis atau politis. Meski kecil, kota ini menjadi tempat kelahiran Yesus.

Pdt. Dr. Kalis Stevanus,M.Th, saat berada di sebuah gereja memberitakan Yesus Kristus adalah Allah

Matius 2:1-6 mengutip nubuat Mikha ini untuk menunjukkan bahwa Yesus, yang lahir di Betlehem, adalah Raja yang dijanjikan bagi umat Israel. Namun dipahami Mikha menubuatkan bahwa Sang Mesias akan “memerintah Israel,” tetapi pemerintahan ini bukan dalam arti politis, melainkan teologis-spiritual di mana Yesus Kristus datang untuk membawa Kerajaan Allah di bumi, yang bersifat rohani dan kekal (Lukas 17:20-21, Yohanes 18:36).

Fakta bahwa Mikha telah menubuatkan lokasi kelahiran Mesias 700 tahun sebelum peristiwa itu terjadi merupakan bukti kuat akan kebenaran rencana Allah yang digenapi dalam kelahiran Kristus.

Mikah 5:1 menyatakan bahwa Mesias memiliki asal-usul sejak purbakala, sejak dahulu kala. Kata “purbakala” dan “dahulu kala” dalam bahasa Ibrani (עֹולָם, olam) sering kali digunakan untuk menunjukkan keberadaan kekal atau waktu yang tidak terbatas.

Kekal berarti melampaui waktu, sebelum waktu diciptakan hingga sesudah waktu berakhir. Waktu diciptakan oleh Tuhan, sehingga waktu memunyai permulaan dan akhir menurut kehendak-Nya. Karena Tuhan adalah Pencipta waktu, maka Dia tidak berada di dalam waktu, sebaliknya menguasai waktu. Jadi, Tuhan berada di dalam kekekalan, sebelum waktu dicipta dan sesudah waktu berhenti, yakni setelah sejarah berhenti, Tuhan telah ada dan terus ada, karena Tuhan kekal adanya.

Nubuat Mikha ini menunjukkan bahwa Mesias sudah ada sebelum kelahiran-Nya di dunia, membuktikan sifat-Nya yang kekal.  Diteguhkan di dalam Yohanes 1:1-3: Yesus disebut sebagai Firman yang sudah ada sejak kekal, bersama dengan Allah, dan adalah Allah.

BACA JUGA  Selamat oleh ( Iman ) atau ( Perbuatan ) atau ( Iman + Perbuatan ) ?

Tentang “asal-usul sejak purbakala” tidak dapat diterapkan pada manusia biasa, karena manusia tidak memiliki keberadaan sebelum lahir. Ini menunjukkan sifat kekal Yesus, yang sesuai dengan klaim-Nya sendiri di dalam Yohanes 8:58: “Sebelum Abraham ada, Aku ada.” Pernyataan ini mengacu kepada keberadaan kekal Yesus sebelum dunia dijadikan.

Nubuat di dalam Mikha 5:1 mengenai Mesias ini mengatakan bahwa Dia yang akan bangkit dari Betlehem Efrata ini memunyai permulaan sudah sejak purbakala, dari kekekalan. Jadi, ini berarti Mesias yang dilahirkan sebagai manusia memunyai sifat Ilahi, sebab Dia telah ada sejak kekekalan. Kelahiran-Nya di Betlehem adalah peristiwa inkarnasi, di mana Allah hadir dalam tubuh manusia, menggenapi nubuat Mikha. Fakta bahwa lokasi kelahiran-Nya telah dinubuatkan dan terjadi sesuai dengan nubuat ini (Matius 2:1-6, Lukas 2:4-7).

Ketika Yesus memenuhi nubuat ini melalui kelahiran-Nya, hal ini mengonfirmasi bahwa Dia bukan hanya manusia biasa, tetapi Allah yang menjelma menjadi manusia—datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia.

Natal adalah tentang penyelamatan. Nama “Yesus” sendiri berarti “Tuhan menyelamatkan” (Matius 1:21). Kedatangan-Nya ke dunia menjadi Juruselamat dunia! Yesus adalah Juruselamat sekaligus Allah yang kekal.

Natal mengajarkan kita bahwa Allah tidak tinggal jauh di surga, tetapi datang ke dunia dalam rupa manusia. Dia merendahkan diri-Nya dan tinggal di antara kita, menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia (Yoh.3:16). Kelahiran-Nya adalah bukti kasih Allah yang membawa keselamatan bagi dunia.

Bukti Lain Kekekalan Mesias
Kita akan membandingkan perkataan Yesus dengan perkataan Elohim (Allah), kemudian menyimpulkan secara akal sehat, siapa Yesus sebenarnya?

Pernyataan Elohim (Allah). ​Nabi Yesaya berkata “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” (Yesaya 40:8).

Ayat ini menunjukkan kontras antara kefanaan dunia dan kekekalan firman Allah. Nabi Yesaya mengingatkan bahwa segala sesuatu yang bersifat duniawi – baik itu manusia, kerajaan, atau segala ciptaan adalah bersifat sementara. Namun, firman Allah tetap bertahan tanpa berubah, melintasi waktu, budaya, dan keadaan. Firman Allah bersifat kekal karena berasal dari Pribadi yang kekal, yakni Tuhan sendiri. Ini memberikan keyakinan bahwa nubuatan atau janji-janji Allah tidak pernah gagal. Hal ini juga memberikan penghiburan dan kekuatan bagi orang Kristen dalam menghadapi tantangan hidup.

BACA JUGA  RAKERNAS II PIKI 2024, Prof. Dr. H. Ali Masykur Musa : Setiap Manusia Diperintahkan oleh Agama untuk Saling Tolong Menolong

Pernyataan Yesus​. Yesus berkata bahwa,”Langit dan bumi akan lenyap, tetapi perkataan-Ku tetap selama-lamanya.” (Matius 24:35).

Dalam Alkitab, kekekalan hanya dimiliki oleh Allah. Dengan mengatakan bahwa perkataan-Nya tetap selama-lamanya, Yesus menempatkan diri-Nya sejajar dengan Allah yang kekal. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya seorang nabi atau guru biasa, melainkan memiliki hakikat Ilahi. Kita tahu bahwa langit dan bumi adalah bagian dari ciptaan yang fana. Namun ketika Yesus menyatakan bahwa perkataan-Nya tidak akan lenyap alias tetap selama-lamanya, Dia menegaskan otoritas-Nya atas ciptaan, sebuah atribut yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta.

Jika perkataan Yesus adalah kekal seperti firman Allah dalam Yesaya 40:8, maka ini menunjukkan bahwa perkataan Yesus memiliki otoritas dan sifat yang sama dengan firman Allah. Jika Yesus bukan Allah, maka perkataan-Nya tidak akan memiliki kuasa yang kekal. Dengan menegaskan kekekalan perkataan-Nya, Yesus secara tidak langsung menyatakan bahwa Ia adalah Allah yang kekal.

Kesimpulan
Pikiran yang jernih akan melihat dengan jelas bahwa perkataan Yesus adalah “setara” dengan perkataan Elohim (Allah). Dengan menyatakan bahwa perkataan-Nya kekal, Yesus tidak hanya menegaskan otoritas ilahi-Nya, tetapi juga menyamakan diri-Nya dengan Elohim yang disebutkan dalam kitab Yesaya. Ini merupakan bukti yang kuat bahwa Yesus adalah Allah yang kekal, sesuai dengan firman Allah yang tidak pernah berlalu.

Saat kita merayakan Natal, mari kita bertanya:

  • Apakah kita mengenal Yesus hanya sebagai tokoh sejarah, guru moral, atau sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita?
  • Bagaimana kita merespons kasih Allah yang begitu besar ini?

Penulis : Pdt. Dr. Kalis Stevanus,M.Th adalah Ketua STT Tawangmangu

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini