SENTUL – Peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II, Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) yang digelar di Hotel Bonjour Village By Villapedia, Sentul, Bogor, dengan tema “Tegakkanlah Keadilan” (Amos 5 : 15b), AD CARITAS ET VERITAS (dalam kasih dan kebenaran), diberi semangat oleh Ketua Dewan Kehormatan DPP PIKI, Prof. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D.
Di depan peserta Rakernas II PIKI, Prof. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D, memberikan sambutan, bertolak dari Amos 5 : 15, dan sub tema, stabilitas politik hukum ekonomi dan ketahanan nasional menuju Indonesia emas 2045.

Sebetulnya kata Prof. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D, yang sering dipanggil Prof. Yasonna, persoalan keadilan adalah suatu hal yang menjadi perhatian semua. “Tentunya soal – soal kebangsaan yang terjadi harus menjadi perhatian dari PIKI. Seperti yang berkaitan dengan keadilan dalam bidang politik, keadilan dalam bidang ekonomi. Faktor – faktor ini harus dicermati oleh PIKI sebagai intelektual Kristen, untuk memberikan kontribusi berpikir kepada bangsa dan negara, yang tentu tetap menjaga netralisasi, memberikan suara – suara kenabian,”.
Pada kesempatan itu Prof. Yasonna mengungkapkan rasa bangganya kepada PIKI yang terus menjalin hubungan erat dengan intelektual – intelektual lintas agama. Ini menunjukkan PIKI ADALAH satu elemen kebangsaan yang dapat diharapkan untuk terus membangun kebersamaan dalam berkontribusi bagi arak – arakan bangsa ini menuju pembangunan nasional ke depan.
“Kita tidak boleh disekat – sekat oleh agama suku dan RAS. Bung Karno dalam pidato 1 Juni mengatakan satu untuk semua dan semua untuk satu. Itulah esensi persatuan kita, dari kebangsaan kita,”.

Prof. Yasonna, mempertegas soal agama, itu masuk dalam kehidupan private, hubungan seseorang dengan yang maha kuasa. Sedangkan Indonesia sudah ditakdirkan bangsa yang berbhinneka, bersuku – suku yang berbeda satu dengan yang lainnya.
“Agama itu adalah urusan personil dari seseorang dengan kepada yang maha kuasa. Indonesia sudah ditakdirkan dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote bahwa bangsa berbhinneka, bersuku – suku, berbeda satu sama lainnya. Itu sebabnya Bung Karno mengatakan, ‘Indonesia adalah bangsa yang plural maka untuk menjaga itu kita harus menjaga kebinekaan dan ketunggalan Ika an itu sebagai bangsa, merawat itu, itu adalah modal dasar utama,”
“Perbedaan harus kita jadikan sebagai kekuatan, bukan sebagai alat perpecahan. Kalau Tuhan mau orang Indonesia hitam atau putih semuanya, tentu bisa. Tapi Tuhan membuat Indonesia seperti yang ada ini, kita harus mensyukuri keperbagaiannya,”.
Melihat fakta itu, Prof. Yasonna, meminta PIKI untuk hadir dengan peran sebagai perekat kebersamaan, perekat kebangsaan. Juga menjaga dengan ikut memberikan pemikiran dan ikut menjadi bagian dalam menjaga stabilitas politik.
“Kalau bangsa ini tidak kuat stabilitas politiknya maka Indonesia akan mengalami kesulitan. Apalagi dengan tidak terbangun dengan baik keadilan hukum, tidak terjamin, tidak terlaksana dengan baik, hukum hanya tajam ke bawah, ini akan membuat gejolak – gejolak sosial. PIKI harus hadir bersama teman – teman pemikir lintas agama memberikan kontribusi berpikir kepada bangsa ini,”.
Lanjut Prof. Yasonna, PIKI diajarkan oleh ajaran agama untuk memberikan suara – suara kenabian, memberikan kritik – kritik konstruktif kepada bangsa. “Kehadiran PIKI mesti dirasakan dalam sumbangannya. Kita tahu bahwa kita mempunyai bonus demografi, sekitar 60 persen. Hal itu bisa memberikan kontribusi positif buat bangsa dan bisa juga sebaliknya menjadi beban bagi bangsa,”
Walaupun begitu, Prof. Yasonna, percaya pemerintahan ke depan sudah memperhitungkan semuanya. “Untuk itu yang harus dan penting dijaga adalah kebersamaan, apalagi di negara yang plural seperti Indonesia. Saya sebagai Dewan Kehormatan PIKI mengajak PIKI untuk menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu organisasi pemikir di bangsa ini. Memberikan kontribusi kepada bangsa ini, undang pakar yang ahlinya. Dan pemikiran lahir dari rekomendasi PIKI ke pemerintah untuk bangsa ke depan. Itu akan membuat eksistensi PIKI di bawah kendali operasi Ketua Umum DPP PIKI Dr. Badikenita Sitepu, SE., SH., M.Si. dan Sekretaris Jendral Dr. Pdt Audy WMR Wuisang, S.Th., M.Si. akan tercatat dalam perjalanan bangsa ini,”.
Prof. Yasonna menutup dengan mengutip kata dari Bung Karno, yang mengajak semua element bangsa untuk menyatukan kekuatan, bergotong-royong untuk bangsa Indonesia. “Mari PIKI hadir untuk perjalanan buat bangsa dan negara,” ajaknya.
Dr. Badikenita Sitepu. SE. MM, mengatakan Prof. Yasonna bukanlah orang lain di PIKI. Prof Yasonna adalah Ketua Dewan Kehormatan DPP PIKI Periode 2020 – 2025. Untuk rekam jejaknya sendiri, sudah teruji. “Menteri Hukum dan HAM 2 periode, pernah anggota DPR – RI beberapa kali dan sekarang terpilih menjadi Anggota DPR – RI dari Daerah Pemilihan Sumatera Utara I,”
Lebih dari itu, Prof. Yasonna menurut Dr. Badikenita Sitepu. SE. MM, begitu terbuka dan sangat dalam hal melakukan pendidikan kapasitas pada kader – kader Kristiani. Pasalnya Prof. Yasonna adalah kader GAMKI dan sekarang tentunya menjadi senior GAMKI.
Rakernas II PIKI 2024 ini dihadiri pengurus – pengurus Daerah PIKI se Indonesia, tepatnya 34 pengurus Provinsi dari 38 Provinsi yang ada di Indonesia. Setiap provinsi diwakilkan oleh Ketua, Sekretaris dan Bendahara (KSB).
Ketua Umum dan Sekretaris Jendral DPP PIKI juga mengundang pimpinan lembaga – lembaga Intelegensia Keutaman lintas agama. Di antaranya, Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia (ICHI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Keluarga Cendikiawan Buddhis Indonesia (KCBI) dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) serta Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).