Pdt. DR. Samuel Tandiassa

JOGJAKARTA – Sebenarnya membahas baptisan air terus menerus dan sakramen-sakramen lainnya, merupakan sebuah kemunduran, atau minimal menunjukkan kondisi stagnan gereja. Mengapa? Karena ajaran-ajaran tersebut seharusnya sudah jelas, sudah dipahami, dan sudah selesai sebelum seseorang dibaptis.

Akan tetapi faktanya, sampai saat ini, khususnya di lingkup aliran gereja-gereja Pantekosta, perdebatan tentang baptisan dan sakramen-sakramen lainnya, serta penggunaan FORMULA TRINITAS di dalam baptisan air dan ritual-ritual sakramen lainnya justru semakin gencar dan semakin memperlihatkan tanda-tanda sempitnya wawasan dan pemahaman-pemahaman teologis kaum Pantekosta.

Yang lebih memprihatinkan dalam hal ini adalah kenyataan bahwa perdebatan tersebut justru terjadi antar pendeta, antar gembala jemaat, dan bahkan antar guru-guru SA. Perdebatan-perdebatan itu, telah memancing muculnya “apologet- apologet” dadakan di medsos, yang justru membuat pemahaman tentang baptisan air dan sakramen- sakramen lainnya serta penggunaan formula nama Trinitas semakin kacau. Dan sangat menyedihkan, bahwa terdapat sebagian hamba Tuhan Pantekosta yang justru lebih percaya pada apologet-apologet dadakan di medsos tersebut daripada Alkitab atau sesama pendeta.

TRADISI atau AJARAN YESUS?
Sebenarnya kalau kita mau berpikir kritis dan realistis, seharusnya polemik tidak hanya tentang formula nama Ilahi yang digunakan dalam baptisan, tetapi yang lebih penting lagi adalah soal praktik baptisan itu sendiri. Dalam hal ini pertanyaan kritis yang sangat penting, tetapi mungkin dianggap tabu untuk mengungkapkannya, adalah: “Apakah baptisan air itu murni berasal dari ajaran Yesus, ataukah baptisan air adalah sebuah tradisi purba yang diadopsi oleh Yesus menjadi sebuah ajaran?”

Jauh sebelum Yesus datang ke dalam dunia, kaum Yahudi sudah mempraktikkan baptisan air. Kaum Yahudi percaya bahwa kebudayaan mereka berasal dari Tuhan, dan karena itu mereka memiliki misi untuk membumikan atau menyebarkan kebudayaan mereka dengan cara pergi kepada bangsa-bangsa untuk men ‘Yahudikan’ mereka.

Yesus menyaksikan bagaimana tokoh-tokoh agama Yahudi yang sangat aktif untuk menarik bangsa-bangsa lain masuk ke dalam agama Yahudi, atau menjadi penganut kebudayaan Yahudi. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri” (Mat. 23:15 )

Orang-orang dari bangsa-bangsa lain yang memutuskan untuk menjadi penganut kebudayaan atau kepercayaan kaum Yahudi, dibaptis di depan para imam sebagai tanda bahwa mereka telah menjadi pengikut dan penganut agama dan kebudayaan Yahudi. Baptisan ini disebut BAPTISAN PROSELIT.

Kata “proselit” (proselyte) berarti orang yang memeluk agama baru atau mengganti agama, dalam hal ini mengganti agama mereka dengan agama Yahudi. Proselit kemudian menjadi sebutan untuk orang yang berpindah dari agama-agama suku ke dalam agama Yahudi.

Yohanes Pembaptis, yang mendahului kedatangan Yesus, menyatakan bahwa ia diutus untuk melakukan Baptisan air (Yoh. 3:33), dan baptisan air itu bertujuan mempersiapkan jalan bagi kedatangan sang Mesias dan Kerajaan Allah (Mat. 3:1- 6).Yesus sendiri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat.3:13-17). Setelah membaptis Yesus, Yohanes Pembaptis masih melanjutkan misinya yaitu membaptis di tempat-tempat lain, dan semakin banyak orang yang dibaptis (Yoh. 3:23). Penjaralah yang akhirnya menghentikan kegiatan misi Yohanes untuk membaptis. Pada saat yang sama, murid-murid Yesus juga melakukan pembaptisan air di tempat lain (Yoh. 3:22, 4:2).

Dari penelusuran historis tersebut di atas, terlihat fakta-fakta yang menunjukkan bahwa RITUAL RELIGIUS TENTANG BAPTISAN AIR sudah dilakukan oleh kaum Yahudi jauh sebelum Yesus datang ke dalam dunia, atau sebelum Yesus memberi Amanat Agung. Yesus baru memberi amanat atau perintah tentang baptisan SETELAH Ia bangkit dan menjelang kenaikkan ke Surga.

AMANAT AGUNG
Sebelum kembali ke Surga, Yesus memberi Amanat Agung atau perintah kepada murid-murid-Nya untuk mewartakan Good News ke seluruh dunia. Inti Amanat Agung adalah: “pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil, menjadikan semua bangsa murid Yesus, membaptis mereka dalam “Nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus”, kemudian mengajar mereka melakukan perintah Tuhan”.

BACA JUGA  Ketika Nasib Konstitusi GPdI Tidak Menentu

Tepat pada hari Pentakosta, murid-murid Yesus mulai memberitakan Injil, dan hasilnya, kurang lebih 3000 jiwa percaya, lalu mereka dibaptis dalam nama “Yesus Kristus” (Kis.2:38). Dari Yerusalem, para rasul bergerak ke Samaria memberitakan Injil dan sejumlah orang dari kalangan non Yahudi percaya kepada Yesus kemudian dibaptis dalam nama “Yesus Kristus” (Kis. 10:47-48). Selanjutnya, dari Samaria pemberitaan Injil menyeberang ke Asia Kecil, tepatnya di kota Efesus. Di sana rasul Paulus mentobatkan sejumlah penganut agama dan kebudayaan Yahudi yang sudah dibaptis dengan baptisan Yohanes. Mereka percaya kepada Injil lalu dibaptis kembali dalam nama “Tuhan Yesus” (Kis.19:1-5)

Timbul pertanyaan: “apakah RITUAL BAPTISAN AIR itu murni berasal dari AJARAN Yesus, sebagaimana yang disebutkan di dalam Amanat Agung, atau merupakan TRADISI Yahudi?” Penelusuran historis Biblikal, seperti yang telah diuraikan di atas, memberi fakta-fakta yang menunjukkan bahwa BAPTISAN AIR merupakan TRADISI yang sudah lama dipraktikkan kaum Yahudi sebagai RITUAL RELIGIUS. Bahkan Yesus sendiri juga dibaptis dalam konteks tradisi Yahudi sebagaimana Yesus diserahkan di Bait Allah dan disunat pada hari ke delapan adalah Tradisi religius Yahudi.

FORMULA NAMA ILAHI UNTUK BAPTISAN
Yesus mengamanatkan Formula nama Allah yang akan digunakan oleh para rasul pada saat membaptis orang yang percaya pada Injil. “Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama “Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”(Mat. 28:18-20).

Salah satu alasan Yesus mengamanatkan formula “Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” untuk digunakan pada saat membaptis orang yang percaya Injil adalah untuk membedakan baptisan “PROSELIT” dari baptisan orang yang percaya kepada Injil. Jika baptisan PROSELIT adalah tanda  “menjadi penganut kebudayaan Yahudi”,  maka baptisan untuk orang-orang  yang percaya kepada Injil adalah tanda menjadi pengikut Yesus. Oleh karena itu Yesus mengamanatkan supaya mereka yang percaya kepada Injil, harus dibaptis di dalam Nama “Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

FORMULA BERUBAH
Hari Pentakosta menandai babak baru dalam sejarah keselamatan dan pelayanan pewartaan para rasul. Hasil pertama dari pewartaan injil para rasul berjumlah 3000 jiwa lebih. Sesuai Amanat Agung, orang-orang yang percaya Injil harus dibaptis dalam nama “Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Akan tetapi ketika para rasul membaptis petobat-petobat baru pada hari Pentakosta, formula nama Allah untuk baptisan yang diamanatkan oleh Yesus, ternyata berubah.

Maksudnya, rasul Petrus dkk, TIDAK menggunakan formula nama TRINITAS sesuai dengan Amanat Agung. Para rasul mengubah Amanat Agung “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” menjadi di dalam “Nama Yesus Kristus”, seperti yang ditulis oleh Lukas di dalam (Kis.2:28). Selanjutnya, ketika Petrus membaptis orang-orang beriman non Yahudi di Samaria, Petrus menggunakan formula yang sama di dalam “Nama Yesus Kristus” (Kis. 10:48)

Selanjutnya, ketika pewartaan Injil menyeberang ke Asia Kecil tepatnya di kota Efesus, Paulus berhasil memenangkan 12 penganut agama dan kebudayaan Yahudi yang sudah dibaptis dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Mereka tentunya adalah kelompok Proselit. Paulus menyadarkan mereka untuk dibaptis kembali, karena dahulu mereka dibaptis belum menggunakan Nama Yesus. Lalu Paulus membaptis mereka dengan formula nama yang berbeda dari rasul Petrus, juga berbeda dari Amanat Agung. Paulus menggunakan formula dalam “Nama Tuhan Yesus” (Kis. 19:5).

TIGA FORMULA DALAM BAPTISAN
Data historis biblikal memberikan fakta yang menunjukkan adanya tiga formula nama Ilahi yang digunakan untuk sakramen baptisan air sebagai berikut:

1.⁠ ⁠Formula Amanat Agung yang diberikan oleh Yesus: “dalam nama Bapa dan Anak, dan Roh Kudus” (Mat.28:18)

2.⁠ ⁠Formula para rasul: Petrus dkk menggunakan formula “dalam nama Yesus Kristus” (Kis. 2:28,10:48)

3.⁠ ⁠Formula Rasul Paulus: “dalam nama Tuhan Yesus”. (Kis. 19:5).

BACA JUGA  Pdt. Yoseph Sumakul : MUSDA Lanjutan Akan Diikuti 5 Calon. Pendeta YS, Tidak Bisa Ikut.

Berdasarkan data biblikal ini, harus diterima fakta bahwa sekalipun formulanya berbeda satu dari yang lain, semuanya SAH di mata Allah.

ESENSI BAPTISAN
Diperlukan keterbukaan, sikap sportif, dan relistis terhadap pemahaman tentang apa sesungguhnya ESENSI baptisan air itu. Selama tidak ada keterbukaan, sportifitas, dan sikap realistis, sakramen baptisan air akan terus menjadi polemik, bahkan bisa jadi pada tingkat tertentu nanti dapat mengakibatkan perpecahan gereja.

Di dalam baptisan proselit, pada saat orang-orang non Yahudi dibaptis, itu adalah suatu tanda seseorang membuat suatu keputusan dan komitmen untuk menjadi penganut kebudayaan dan kepercayaan Yahudi. Maka ESENSI baptisan proselit adalah tanda keputusan dan komitmen seseorang non Yahudi menjadi penganut agama Yahudi.

Sama seperti baptisan proselit, ESENSI baptisan orang percaya kepada Yesus adalah TANDA dan KOMITMEN untuk menjadi pengikut atau murid Yesus. Hal ini sesuai teks Amanat Agung: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19). Bangsa atau orang yang telah menjadi murid Yesus ditandai oleh atau dengan baptisan.

Dengan demikian maka prinsipnya adalah: 1). Apakah seseorang dibaptis dalam “Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, atau dibaptis dalam “Nama Yesus Kristus”, atau dibaptis dalam “Nama Tuhan Yesus”, secara BIBLIKAL tidak ada perbedaannya, atau SAMA SAJA, karena ESENSI baptisan itu adalah suatu TANDA dari seseorang yang membuat KOMITMEN secara terbuka untuk MENJADI murid atau pengikut Yesus. 2). Bahwa yang paling prinsip dalam hal ini bukanlah soal bagaimana menyebut STRUKTUR nama Allah saat dibaptis atau membaptis, melainkan soal DI DALAM NAMA SIAPA seseorang dibaptis atau membaptis. Tiga formula nama Allah yang digunakan dalam baptisan, semuanya menyebut nama Yesus atau Anak Allah.

ANTARA DOKTRINAL DAN BIBLIKAL
Sebagai akhir dari tulisan ini, perlu dijelaskan secara singkat tentang perbedaan konsep doktrinal gereja dengan konsep biblikal. Persoalan atau konflik sering timbul ketika para pendeta tidak bisa memilah antara konsep biblikal dengan konsep doktrinal gereja tentang baptisan dan formula nama Allah yang digunakan untuk membaptis. Masalahnya akan menjadi lebih rumit ketika para pendeta tidak bisa membedakan antara yang ESENSIAL dengam TANDA atau SIMBOLIS.

Konsep doktrinal gereja adalah hasil penelusuran Alkitab, dalam konteks ini tentang baptisan air, lalu DITAFSIRKAN sesuai dengan prinsip-prinsip kepercayaan yang dianut oleh gereja atau denominasi yang bersangkutan. Akibatnya, muncullah perbedaan bahkan pertentangan doktrin antar satu denominasi dengan denominasi lainnya. Singkatnya, konsep doktrinal merupakan hasil penafsiran dari setiap denominasi terhadap teks-teks Alkitab.

Konsep biblikal adalah hasil penelusuran teks-teks Alkitab yang disusun secara sistematis, lalu dicari hubungan antar teks, kemudian dihamoniskan, atau disinkronkan tanpa menafsirkan teks-teks tersebut. Lalu dirumuskan menjadi sebuah konsep biblikal atau menjadi teologi Biblikal. Gagasan- gagasan, atau poin-poin di dalam konsep biblikal itu diangkat (bukan ditafsirkan) dari teks-teks Alkitab. Dengan konsep biblikal gereja akan terhindar dari kesalahan- kesalahan atau penyimpangan- penyimpangan, bahkan akan terhindari dari kesesatan akibat penafsiran-penafsiran yang kebanyakan bersifat SPEKULATIF.

AKHIRNYA, semoga tulisan ini dapat memberikan informasi tentang baptisan air,  dan memberikan pencerahan sehingga soal baptisan dan formula Nama Allah di dalambaptisan tidak lagi menjadi polemik.

Penulis : Pdt. Samuel Tandiassa, adalah seorang pendeta dan gembala di salah satu Gereja yang ada di Jogjakarta, juga sebagai pemerhati yang memiliki panggilan pelayanan untuk umat Kristiani di Indonesia lintas Sinode Gereja.

MITRA INDONESIA : Bagi Lembaga Gereja, Gereja Lokal, Persekutuan Doa, yang ingin kegiatannya diberitakan di media ini, dapat menghubungi lewat pesan WA : 081717178455. (Ini hanya melalui Pesan, tidak telepon)

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini