SULUT – Dalam rangkaian acara Konferensi Gereja dan Masyarakat (KGM) yang digelar atas kerjasama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dengan Sinode Am Gereja-Gereja di Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo (Suluteng), pada 28-30 Maret 2019 di Manado, dilangsungkan Talk Show “Pemilu Rukun Damai dan Berintegritas.”
Talk Show digelar pada Jumat (29/3/2019), melibatkan Sekretaris Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom dan Ketua Umum BPMS GMIM, Pdt. Dr. Hein Arina. Juga ada dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Utara, Ketua, Pdt. Lucky Rumopa (Kristen Protestan), Wakil, KH Rizaly M Noor (Islam), Wakil, Honny Lionardy (Budha), Wakil, Pon Riano Baggy (Khong Hu Chu), Sekretaris, Pdt. Haezar Sumual (Kristen Pantekosta), Wakil, Pnt. Drs Tenny Assa (KGPM) dan Bendahara Dra Emmy Senewe, serta Pengarah, Wasekum PGI Pdt Dr Etje Gosal. Jalannya Talk Show ini dimoderatori oleh Direktur Yakoma PGI, Irma Simanjuntak.
Dari Talk Show itu, pimpinan agama di Sulawesi Utara sepakat untuk tetap menjaga kerukunan antar umat beragama menjelang Pemilu 2019.
Bersamaan dengan itu mereka sepakat mendorong dan mengimbau tanpa rasa kenal lelah supaya warga masyarakat Sulawesi Utara menjauhi ujaran kebencian, hoaks dan kampanye hitam.
Lebih jauh, para tokoh lintas agama itu meminta kepada warga Sulawesi Utara tanpa melihat latar belakang agama untuk menjalankan hak konstitusionalnya dengan mendatangi TPS dan menentukan hak pilihnya pada tanggal 17 April 2019. Selain itu partisipasi warga dalam melakukan pengawasan perhitungan suara juga sangat dibutuhkan.
Pada kesempatan itu, Sekum PGI Pdt. Gomar Gultom menjelaskan pemilu merupakan upaya untuk meletakkan harapan kepada pemimpin yang akan dipilih. Bila masyarakat tidak menggunakan hak pilih maka hilang sudah harapan untuk membangun bangsa ini. “Selain itu, ada kemungkinan kertas suara yang seharusnya kita pakai, kemungkinan dapat disalahgunakan,” tegasnya.
Ketua Umum BPMS GMIM, Pdt. Dr. Hein Arina, mengatakan dalam upaya melakukan pendidikan politik kepada rakyat, GMIM sudah melakukannya melalui berbagai imbauan agar masyarakat berpartisipasi dalam Pemilu baik sebagai pemilih maupun mengawasi perhitungan suara.
Sedangkan Ketua FKUB Pdt Lucky Rumopa MTh, menjelaskan peran pimpinan agama-agama sangat strategis untuk mengimbau agar umat tetap rukun, damai dan berintegritas dalan pesta demokrasi. “Upaya untuk mengajak golput berpartisipasi maka tokoh-tokoh agama dapat melakukan pendekatan dan penjelasan terutama secara teologis,” tuturnya.
Sedangkan KH Rizaly M Noor menjelaskan ujaran kebencian yang berbalut agama sesungguhnya bukan wajah agama tertentu. Sebab agama itu mengajarkan kasih, damai dan kerukunan. “Petunjuk Allah, kita bertolong-tolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Jangan kalian justru berbuat dosa dan bermusuh-musuhan. Mencoblos ini kewajiban,” paparnya.
Seirama dengan rekan-rekannya, Pon Riano Baggy mengatakan dalam agamanya memiliki pandangan Pemilu harus dilaksanakan, kata lain umat Konghucu harus ikut (terlibat) berpartisipasi untuk suksesnya pemilu. “Suara Rakyat Suara Tuhan, kami meyakini itu. Pemilu suatu hal yang harus dilakukan. Pemimpin yang terpilih itu membawa suara Tuhan,” terangnya. (NBS)