SULUT – Presiden RI Jokowi berkesempatan hadir menyapa para peserta Konferensi Gereja dan Masyarakat (KGM) PGI pada Minggu (31/3/2019) di Hotel Sutan Raja, Manado. Acara ini masih dalam rangkaian kegiatan KGM PGI yang berlangsung sejak tanggal 28-30 Maret 2019.
Dalam sambutannya, Presiden yang ditemani ibu negara, Iriana Joko Widodo mengatakan umat Tuhan harus bangga dengan Indonesia karena Indonesia adalah bangsa yang besar dengan berbagai keragaman di dalammnya. “Kita bangsa besar dan harus bangga serta optimis mengelolanya karena negara ini memerlukan tahapan besar untuk menjadi negara maju,” kata Jokowi dihadapan 4000 orang yang terdiri dari peserta KGM PGI, para tokoh agama se Sulawesi Selatan dan aparat pemerintah.
Lebih jauh, Presiden Jokowi berkata saat ini dunia berada di revolusi industri 4.0. Hal ini membuat semua warga negara gagap termasuk Indonesia karena ada banyak perubahan di berbagai sektor. “Kita harus siap dan merespon secara cepat karena akan ada perubahan terhadap landskap politik, ekonomi, sosial dan budaya secara global. Kita harus sikapi tanpa kehilangan karakter diri sebagai bangsa Indonesia,” jelasnya.
Katanya lagi, kemajuan teknologi saat ini membuat keterbukaan informasi menjadi sangat luas, tapi sayangnya regulasi belum ada. Jokowi meminta warga gereja untuk tanggap terhadap perubahan ini agar lebih bijak dalam memberikan informasi. “Setiap individu sudah bisa membuat informasi apa saja bahkan tanpa kontrol. Jemaat harus tanggap terhadap perubahan ini. Jangan sampai ikut dalam pusaran politik yang memecah belah bangsa melalui konten tak bertanggung jawab,” pesan Jokowi.
Jokowi juga mengimbau warga gereja untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 17 April 2018.
Sementara itu, dalam laporannya, Ketum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat Lebang mengucapkan terima kasih atas kehadiran Presiden Jokowi beserta ibu negara.
Ia menjelaskan KGM diadakan untuk menggumuli persoalan bangsa dan bangaimana gereja harus bertindak. Ada empat konteks yang pergumulan bangsa yang dibahas, seperti krisis kebangsaan, krisis ekologis, krisis keesaan gereja dan tantangan digital. “Gereja harus mewujudnyatakan kehadirannya di Indonesia sebagai bagian dari bangsa Indonesia dalam merawat keutugan bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD 45. Gereja harus berpihak kepada kelompok rentan dan bersama pemerintah dan lintas iman, gereja harus berkolaborasi secara aktif, kritis dan realistis dan turut dalam menjaga keutuhan alam,” paparnya.
Berkaitan dengan revolusi industri 4.0, Pdt. Henriette mengimbau supaya gereja mempersiapkan diri agar tidak gagap. “Gereja dituntut memberdayakan unat, melakukan pendidikan politik untuk merespin politik identitas,” katanya.
Kedepan, hasil KGM akan dibahas dalam Sidang Raya PGI di Sumba pada bulan November 2019. Pdt. Heriette Lebang berharap Presiden Jokowi berkenan hadir untuk membuka acara lima tahunan PGI tersebut.
Di sisi lain, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengucapakan terima kasih kepada Presiden Jokowi atas perhatiannya ke Sulawesi Utara. Sebab pembangunan infrastruktur dan pengembangan wisata telah memajukan provinsi Sulawesi Utara.
Acara diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM Pdt. DR. Hein Arina. (NW)