Logo PGI. (Foto: IST)

JAKARTA – Minggu ini, umat Kristiani di seluruh dunia termasuk Indonesia akan merayakan Paskah. Namun, Kementrian Agama (Kemenag) mengimbau agar tidak ada perayaan Paskah di gereja pada tahun ini.

Lantas bagaimana cara merayakan Paskah di masa pandemi Covid-19 ini? Bagaimana dengan sakramen perjamuan kudus, apakah boleh dilakukan secara online?

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom mengimbau kepada gereja untuk bijak dalam mengambil sikap yang disesuaikan dengan kebijakan masing-masing gereja dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara teologis.

Namun, lanjut Pdt. Gomar, setiap sikap yang diambil juga harus sesuai dengan anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah demi memutus rantai penyebaran Covid-19.

PGI memberikan tiga alternatif pilihan yang bisa dilakukan gereja untuk merayakan Paskah tahun ini. Pertama, menunda Perjamuan Kudus hingga masalah pandemi Covid-19 selesai. Kedua, melaksanakan Perjamuan Kudus di rumah masing-masing. Ketiga, Perjamuan Kudus secara Spiritual (Spiritual Communion). “Apa pun yang menjadi pilihan yang diambil oleh gereja, hal itu tidak mengurangi kehadiran Kristus, yang sudah bangkit, dalam persekutuan keluarga-keluarga sebagai Umat Kebangkitan dan Umat Berpengharapan,” kata Pdt. Gomar dalam Pesan Paskah 2020 dan Tuntunan Merayakan Sakramen Perjamuan Kudus di Masa Pandemi Covid-19, yang dikutip dari laman PGI, Senin (6/4/2020).

Dalam Pesan Paskah 2020 itu juga terdapat lampiran Pesan Paskah MPH-PGI yang disusun oleh Komisi Teologi dan Liturgi PGI. Dalam lampiran tersebut dijelaskan bahwa alternatif pelaksanaan Perjamuan Kudus di masa pandemi Covid-19 ini dibuat sesuai dengan tinjauan teologis dan disajikan dengan menghargai kemajemukan tradisi di masing-masing gereja anggota PGI.

Pertama, penundaan pelaksanaan sakramen Perjamuan Kudus tidak melanggar prinsip-prinsip teologi Kristen atau ajaran Alkitab. PGI menjelaskan, pada awal gereja, Perjamuan Kudus biasanya dilaksanakan seminggu sekali, tetapi seiring perkembangan waktu, gereja-gereja menjadi lebih terbiasa melaksanakannya sebulan sekali atau tiga bulan sekali.

BACA JUGA  Organisasi Perlu Visi Misi atau Gizi?

Lebih jauh, gereja-gereja yang melaksanakan Perjamuan Kudus sebulan sekali juga sangat lazim menunda pelaksanaan Perjamuan Kudus di gereja-gereja cabang mereka yang belum memiliki pendeta, dan tidak jarang Perjamuan Kudus di gereja cabang dilaksanakan tiga bulan sekali. Demikian pula dengan Perjamuan Kudus yang biasanya dilaksanakan pada hari Jumat Agung atau hari Paskah dapat ditiadakan pada tahun ini.

Kedua, pelaksanaan Perjamuan Kudus di rumah masing-masing mengacu pada Jemaat Kristen mula-mula bersekutu di rumah-rumah untuk berdoa dan memecahkan roti (Kisah Para Rasul 2: 42 dan 46).

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus dalam ibadah di rumah, seperti, A. sebagai ganti Perjamuan Kudus, keluarga dapat melaksanakan perjamuan kasih di rumah untuk mensyukuri pengorbanan Kristus. Seperti tubuh Kristus yang dibagi-bagi untuk dunia, momen perjamuan kasih ini dapat dijadikan kesempatan untuk berbagi dengan mendukung pelayanan kasih (diakonia). B. Beberapa gereja telah mempraktikkan sakramen Baptisan Kudus darurat oleh penatua atau warga sidi berdasarkan pemahaman bahwa semua orang percaya adalah imam di hadapan Allah (1 Petrus 2:9), sehingga dalam kondisi darurat dapat melaksanakan pelayanan yang lazimnya dilakukan oleh pendeta atau pelayan tahbisan. Berdasarkan tradisi ini, dapat pula dipertimbangkan model Perjamuan Kudus yang dilayankan oleh warga non-tahbisan yang sudah naik sidi dengan kewenangan yang diberikan oleh gereja. Dalam hal ini, sinode masing-masing menyiapkan liturgi khusus untuk model ini.

C. Alternatif lainnya adalah melaksanakan perjamuan kasih di rumah, yang dilayani oleh kepala keluarga atau warga sidi yang ditunjuk atas nama keluarga. Roti dan anggur Perjamuan Kudus yang disediakan gereja dan dilayankan oleh pendeta atau pelayan tahbisan dibagikan kepada keluarga-keluarga yang melaksanakan ibadah sesuai dengan liturgi yang disediakan oleh sinode masing-masing. D. Di era digital atau online, pilihan lainnya adalah kehadiran pemimpin ibadah secara virtual membacakan formula konsekrasi bagi jemaat yang bersekutu bersama-sama di ruang virtual yang sama, menyiapkan roti dan anggurnya di rumah, dan menikmati Perjamuan Kudus bersama. Perjamuan Kudus dilakukan dengan cara jemaat (bersama keluarga inti/serumah) menyiapkan secara mandiri roti dan anggur/minuman warna merah lambang darah Yesus di rumah masing yang akan dipimpin oleh pendeta secara live streaming atau online. Jika jemaat  kesulitan untuk memperoleh anggur dan roti karena keadaan darurat ini dapat digantikan air tehdan roti/kue sebagai lambang darah dan tubuh Tuhan Yesus.

BACA JUGA  Parkir Basement Masjid Istiqlal Pusat Vaksinasi Tokoh Agama

Ketiga, Perjamuan Kudus secara Spiritual adalah keinginan kuat untuk menerima Kristus dalam Perjamuan Kudus dan sebuah cinta yang merangkul kita seolah kita sendiri telah menerima-Nya (Thomas Aquinas). Dalam praktik ini, kasih Allah memenuhi kerinduan yang sangat besar akan Perjamuan Kudus melampaui syarat kehadiran ragawi. Momen ini dapat disiapkan dalam liturgi, seperti yang ditegaskan oleh Bapa Gereja Augustinus, “Percayalah, dan engkau sudah menerimanya.” Pilihan ini bisa mengisi kerinduan umat sampai Perjamuan Kudus secara ragawi sudah dimungkinkan kembali. (NW)

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
2
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini