Manado – Melayani Tuhan. Kata yang dengan mudah diucap dan didengar saat berada di lingkungan umat aliran Pentakosta. Mudah didengar dan mudah diucap tidak berarti mudah untuk merealisasikan.
Ada banyak ceritera bagaimana seseorang memutuskan untuk melayani Tuhan tetapi di tengah jalan, malah berhenti melayani Tuhan, bahkan lebih jauh dari itu, meninggalkan Tuhan.
Melayani Tuhan, memang bukan soal didengar atau bicara, ataupun merealisasikannya, sungguh tidak sebatas itu. Melayani Tuhan, adalah soal hubungan dengan Tuhan, yang namanya dipilih dan panggilan.
Seperti kisah dari Jonny Pangalila saat terpilih dan dipanggil Tuhan untuk terjun melayani Tuhan dalam pengembalaan. Asal muasal, Jonny Pangalila, sampai merasa terpilih dan terpanggil untuk melayani Tuhan, karena sembuh dari sakit karena menerima mujizat Tuhan. Dalam hal ini sembuh dari penyakit malaria tropika.
“Saya nyaris meninggal. Terus datang seorang penginjil, menginjili saya. Saat itu saya bernazar kalau sembuh, akan melayani Tuhan. Benar Tuhan sembuhkan, itu 15 Juli 1958, saat mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani di Kakas,” kata Om Jonny
Setelah sembuh, Om Jonny, ternyata tidak langsung menepati nazarnya—hampir 15 tahun kemudian baru dipenuhinya, tepat tahun 1971, barulah ia pergi ke Batu Malang, masuk Sekolah Alkitab Batu, Angkatan 17, tahun 1971, milik Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI).
Selesai mengikuti Pendidikan Sekolah Alkitab, tingkat I, Beji batu malang, Om Jonny, ditempatkan oleh pihak Sekolah, membantu pelayanan di GPdI Bojonegoro, September 1971. “Saya ditempatkan dengan batas waktu 6 bulan. Saya benar – benar merasakan proses dari Tuhan, dimana sampai harus menghadapi tidak makan, karena tidak ada beras dan lain – lain untuk di makan,”ceriteranya.
Walau sering menghadapi pergumulan sampai tidak ada makanan, tetapi Om Jonny mengaku tetap mampu bertahan membantu pelayanan di GPdI Bojonegoro, total sampai 4 tahun. Periode pertama, 2 tahun, karena harus melanjutkan ke tingkat 2 Sekolah Alkitab Beji Batu, Malang
“Saya melanjutkan tingkat 2 Sekolah Alkitab di Batu Angkatan 19, tahun 1973. Setelah itu kembali praktik alias membantu pelayanan di GPdI Bojonegoro, dan membuka pelayanan di Kairagi, 31 Oktober 1979,”ungkapnya.
Kembalinya Om Jonny ke Sulawesi Utara, dan membuka pelayanan di Kairagi, berawal dari permintaan mertuanya. “Saya ke Kairagi karena dipanggil orangtua istri saya. Tepatnya 31 Oktober tahun 1979. Saya di sini sudah lebih dari 42 tahun,”tuturnya.
Mampu Bertahan Dalam Pelayanan
Bisa bertahan dalam dunia pelayanan, dengan berbagai pergumulan dan tantangan, kata Pdt. Jonny Pangalila yang akrab disapa Om Jonny, semuanya karena kemurahan Tuhan. Tantangan yang berat berhubungan dengan ekonomi (keuangan).
Kadang, kata Om Jonny, ketika tantangan itu datang, sudah langsung terlintas dipikirannya untuk meninggalkan pelayanan—belum lagi ada tawaran pekerjaan di dunia sekular sesuai dengan pendidikan yang dimilikinya. Apalagi bila melihat teman – temannya yang sudah berhasil secara ekonomi. Rasanya Om Jonny ingin mencoba bekerja di dunia sekular. Tapi Om Jonny sadar kalau itu dilakukan maka sama dengan ia menghianati Tuhan.
“Kadang terlintas kalau kerja di dunia sekular dengan pendidikan yang ada, maka masalah ekonomi akan terselesaikan. Apalagi memang saya sebelum terjun dalam dunia pelayanan, bicara keuangan, cukuplah ada, termasuk punya mobil,”paparnya.
Tapi semua tantangan dan pergumulan dapat dilaluinya, dan berhasil melayani Tuhan dari usia 40 tahun sampai sekarang sudah berusia 82 tahun. “Ini semua karena kemurahan Tuhan, kalau sehat sampai sekarang, itu semua karena pertolongan Tuhan, Saya bangga punya Yesus, karena di usia 82 tahun masih diberikan kesehatan, dan kekuatan serta daya ingat yang baik. Tuhan luar biasa,”tegasnya.
Perlu diketahui pernah menjabat dalam organisasi GPdI tingkat Daerah dan Tingkat Pusat. Untuk tingkat daerah, pernah menjadi wakil Bendahara, lalu menjadi Bendahara, kemudian Wakil Sekretaris dan Menjadi Sekretaris di jaman Pdt. Dr. J.O Wotulo dan Pdt. H O H Awuy
Untuk ditingkat pusat, Om Jonny, pernah duduk sebagai Bendahara dan Sekretaris Komisi serta menjabat Bendahara Umum GPdI selama 2 periode sampai tahun 1978.
Diakhir perbincangan, Om Jonny, mendorong generasi penerus GPdI untuk selalu melibatkan Roh Kudus dalam melakukan pelayanan. Andalkan terus kuasa Roh Kudus dan taat terhadap petunjuk Roh Kudus. Kalau tidak ada Roh Kudus, maka tidak mungkin dapat berbuat apa – apa dalam melayani Tuhan.
“Untuk dapat melibatkan Roh Kudus maka kita harus banyak merendahkan diri di hadapan Tuhan. Merendahkan diri yang dimaksud, suka mengalah dan lakukan semua yang diperintahkan Firman Tuhan, termasuk jauhkan diri dari berbantahan,”terang Om Jonny