JAKARTA – Manusia hidup di dunia membutuhkan yang namanya makan, minum pakai serta tempat tinggal. Untuk mendapatkan itu semua maka setiap manusia bekerja mencari uang, baik itu sebagai petani, karyawan atau pengusaha, dan lain sebagainya.
Uang menjadi hal paling penting dalam setiap perjalanan hidup manusia. Untuk itu tidak sedikit orang yang berusaha mendapatkan uang dengan cara – cara yang ingin gampang, seperti pergi meminta pertolongan ke dukun, termasuk Maria Veronica Mardjuki Tjong, yang akrab disapa, Lovisa atau Visa.
Pada tahun 1998, usaha yang dijalani, Lovisa berjalan lancar. Hal itu terjadi “akibat” dari meminta “bantuan” dukun dan para normal. “Saya dulu pergi ke dukun, para normal agar usaha makin lancar dan makin maju ( kaya ). Apapun yang diperintahkan oleh dukun atau para normal saya kerjakan,”kata Lovisa
Majunya usaha otomatis mempengaruhi gaya hidupnya. Semua keinginannya bisa tercukupkan, barang – barang yang dimilikinya semuanya branded alias bermerk. Pencapaian itu membuatnya menjadi sombong. Apalagi pendapatannya dari bisnis yang di jalankannya telah melewati pendapatan rutin sang suami, Johanes Mardjuki.
Kesuksesan yang dimilikinya itu ternyata tidak bertahan lama. Kuasa dari dukun dan paranormal yang dipercaya ternyata tidak “bernyali”. Terbukti Lovisa harus mengalami kebangkrutan dengan menyisahkan hutang miliaran rupiah, baik itu di kartu kredit, kepada supplier dan banyaknya asset yang dianggunkan ke bank—mobil, rumah dan lain sebagainya.
Lovisa dan suaminya hidup menjadi tidak tenang karena setiap hari ada saja Debt collector yang mendatangi rumahnya untuk menagih hutang – hutang yang ada. “Saya sangat menyesal percaya (ikut) dukun dan paranormal, semuanya sia – sia,”.
Indah dan Tepat Waktunya Tuhan
Situasi yang genting, untuk melanjutkan hidup seakan tidak ada harapan—putus asa. Di situasi itulah indahnya dan tepatnya waktu Tuhan, Lovisa dipertemukan dengan seorang hamba Tuhan.
Pertemuan itu menjadi sebuah titik cahaya kecil untuk datangnya cahaya yang besar, sebuah jalan setapak yang akan membawa kepada jalan raya yang penuh berkat. Lewat pertemuan itu, ibu dari Theodorus Ivan Mardjuki, curhat atas perjalanan hidupnya yang tadinya seorang penganut perdukunan.
Hamba Tuhan secara pelan mengarahkan agar Lovisa dan keluarga meninggalkan perdukunan dan datang kepada pemilik langit dan bumi, Tuhan Yesus Kristus. Seiring dengan waktu berjalan, Lovisa memutuskan bertobat dan dibaptis pada 28 Maret 1998, bersaksi, bayar perpuluhan, melayani Tuhan dan memberikan waktu untuk keluarga.
“Waktu bertobat (melakukan pelepasan) saya mengalami muntah – muntah—menangis, jerit – jerit, meraung – raung sampai ingus menyatu dengan air mata,”kata Lovisa hal itu terjadi karena merasakan penyesalannya dan ingin bertobat kepada Tuhan.
Setelah pelepasan, Lovisa mengakui masih merasakan punya beban yaitu hutang tetapi sudah terasa lebih enteng daripada belum pelepasan. Pada saat itu juga dalam pikirannya, bertobat bukan berarti hutang lunas, tetapi paling tidak hatinya memiliki NIAT yang kuat untuk melunasinya.
Berdoa 8 Jam Sehari
Pertobatan ibu dari Theodora Inez Mardjuki Lovisa, bukanlah pertobatan kaleng – kaleng tapi benar – benar bertobat. Terbukti waktu yang dimilikinya digunakan untuk membaca Firman Tuhan dan mengikuti ibadah di Gereja ataupun ibadah – ibadah oikumene—demi mendapatkan Firman Tuhan.
“Setiap firman yang saya dengar masuk ke loh hati saya dan menjadi rhema, sehingga iman dan rohani saya bertumbuh. Apalagi saya banyak berteman dengan hamba – hamba Tuhan, khususnya dari GPdI. Saya akui, saya sudah banyak ke berbagai merek gereja tapi GPdI benar – benar Alkitabiah. Modalnya hanya “dengkul” (Doa)—tidak lagi mengandalkan logika, kekuatan manusia,”ungkapnya
Lovisa benar – benar mengikuti firman Tuhan, termasuk dalam hal membayar perpuluhan. “Saya bayar perpuluhan, padahal uang bulanan yang kami (suami – istri) peroleh waktu itu, jangankan bayar perpuluhan, apalagi bayar hutang, untuk mencukupi kehidupan bulanan saja tidak cukup. Walaupun begitu, dengan iman saya berusaha mendahulukan bayar perpuluhan,”tegasnya dan mengingatkan bayar perpuluhan itu tidak hanya soal materi tetapi juga soal waktu. Kalau Tuhan sudah berikan waktu sehari 24 jam maka sudah wajib umat Tuhan memberikan perpuluhan 2,5 jam untuk memuji dan menyembah Tuhan.
Membayar perpuluhan, kata ibu dari Jonathan Steven Mardjuki, tidak perlu kuatir akan susah tapi memang diperlukan iman yang kuat. “ Saya melihat tokoh – tokoh di alkitab yang melakukan dengan iman, mereka semua berhasil. Sebut saja Abraham Bapa orang beriman, Daud dan lain sebagainya, termasuk Elia yang meminta hujan. Semua karena iman, dan keberhasilan bisa digenggam,”paparnya, dan menegaskan tokoh Gereja di alkitab dengan umat Tuhan yang ada, sama – sama manusia.
Selain membayar perpuluhan, Lovisa mengakui sejak bertobat telah berkomitmen sampai tahun 1999 terlibat melayani Tuhan dengan porsi MARTHA—sibuk sana – sibuk sini. “Saya sibuk melayani Tuhan dengan cara membesuk orang sakit, antar hamba – hamba Tuhan, saya ikut ke acara – acara doa, seperti doa tiga hari tiga malam tidak makan dan tidak minum,” ceriteranya.
Setelah itu, Lovisa “melangkah maju”, dari tahun 1999 sampai hari ini berkomtimen melayani Tuhan dengan porsi MARIA—duduk di kaki Tuhan. “Saya baca dalam firman Tuhan, tindakan MARIA itu berkenan dihadapan Tuhan. Apalagi nama Baptis saya MARIA,”.
Lovisa soal doa, tidak main – main, dalam sehari bisa mencapai 8 jam berdoa. “Pagi saya ngurusin anak – anak untuk ke sekolah dan ngurusin suami untuk pergi kerja, setelah itu saya masuk kamar, kunci pintu—bertepatan kamar saya ada lotengnya, saya naik ke loteng dan praktikkan firman Tuhan yaitu berdoa,”paparnya.
Di loteng kamarnya itu, Lovisa mengaku saat berdoa sering sekali disaat membaca firman Tuhan merasa tersentuh sampai meneteskan air mata. “Saya awalnya berdoa 4 jam, meningkat 6 jam, meningkat lagi 8 jam. Itu saya lakukan setiap hari, kalaupun turun hanya untuk melihat apakah anak – anak sudah pulang sekolah, apakah sudah makan atau belum?” tuturnya serya berkata sampai – sampai dirinya melupakan untuk mendoakan dirinya. “Tapi saya percaya kalau saya sibuk mendoakan orang lain maka Tuhan yang saya sembah sedang sibuk memberkati saya,”
Berdoa selama 8 jam tentu terbilang ekstrim. Lovisa membeberkan rahasia sampai doanya begitu lama dikarenakan terdiri dari proses memuji Tuhan (bernyanyi bagi Tuhan), menyembah Tuhan, dan membaca Firman Tuhan serta diakhiri dengan doa syafaat. Termasuk mendoakan suaminya yang memakan waktu sampai 1,5 jam. Juga mendoakan 400 nama yang sudah di dalam catatannya.
“Saya punya catatan nama – nama orang yang akan didoain—ada 400 nama orang. Saya doa bukan menumpangkan tangan ke catatan yang ada nama 400 orang tersebut, bukan. Melainkan mendoakan dengan menyebut satu persatu nama yang ada di catatanku. Makanya lama doa saya,”terangnya.
Waktu berdoa Lovisa, tidak terbatas siang hari saja tetapi juga dilakukan di malam hari, di mana suaminya sedang tidur. “Suami saya tidur malam, saya jam 12 bangun berdoa sampai jam 5 pagi, saya tidur hanya 1 jam. Seharian itu saya kalau tidur bila dijumlahkan waktunya hanya 2 – 3 jam. Saya tidak mau banyak tidur, saya mau banyak melek di kaki Tuhan,”katanya.
Lovisa mengungkapkan alasannya bangun di tengah malam untuk berdoa karena di tengah malam itu menjadi waktu yang tepat untuk melakukan peperangan rohani. “Dahulu waktu saya masih terikat dunia perdukunan, selalu dukun menginginkan ritual dijalankan di jam 12 tengah malam. Waktu tengah malam dilihat waktu yang tepat dan paling manjur—mari kita anak Tuhan doa tengah malam agar bisa mengalahkan roh – roh yang dukun – dukun serta para normal sedang lakukan. Kita kalahkan kuasa – kuasa di udara yaitu sih iblis,”.
Doa – doa yang dinaikkan kepada Tuhan dan melayani keluarga serta melayani Tuhan, Lovisa percaya membuat Tuhan tahu apa yang harus dilakukan untuknya.
Uang Sekolah Anak Disumbangkan Kontrak Rumah Ibadah
Ekonomi sedang terpuruk, untuk mencukupi kebutuhan bulanan rumah tangganya saja tidak cukup, tapi soal memberi sudah menjadi bagian hidup yang menempel kepada Lovisa.
Setiap bulan ibu dari Joseph Sergio Mardjuki, mendapatkan jatah uang bulanan dari suaminya. Uangnya sudah ada pos untuk bayar, semisal bayar perpuluhan, bayar sekolah anak, bayar air dan listrik dan kebutuhan makan di rumah.
Uang bulanan yang dikasih oleh suaminya itu didoakan agar cukup dengan “pos – pos” yang telah menunggu. Puji Tuhan, uang bisa cukup karena didoakan terlebih dahulu. Doa orang benar sangat besar kuasanya. Saya pegang janji Tuhan, dan saya memiliki pedoman yaitu banyak berdoa banyak berkat, sedikit berdoa sedikit berkat, tidak berdoa banyak hutang,”katanya dan mengungkapkan dirinya kalau kurang berdoa rasanya beda, kayak punya roh tertuduh, tidak tenang.
Satu waktu ada hamba Tuhan perintisan datang ke rumahnya. “Ses Lovisa saya butuh dana untuk kontrak rumah yang juga dipakai sebagai tempat beribadah,”. Medengar keluhan hamba Tuhan perintisan itu hatinya terenyuh, besar keinginan untuk bantu tapi sedang tidak ada uang lebih, semua sudah ada “pos – pos masing – masing.
Pada saat itu Lovisa teringat uang sekolah anaknya belum dibayarkan, masih tersimpan dalam amplop. Spontan ia berdiri dan mengambil uang tersebut dan diberikan kepada hamba Tuhan yang membutuhkan.
Akibatnya uang sekolah anak tertunda bayar. Pihak sekolah menanyakan kepada anaknya paling besar bernama Ivan—perihal tertunda bayar. Di rumah saat ayahnya sedang tidur, Ivan membisikkan ke kuping ayahnya “Papi Ivan ditegur guru karena belum bayar uang sekolah” mendengar itu, suaminya langsung balik badan menghadap ke Lovisa yang saat itu juga sedang tidur “Mami belum bayar uang sekolah?” pada saat itu Lovisa berkata “Iya, ntar mami bayar”.
Usai ngomong “Iya, nanti mami bayar” Lovisa tersadar, darimana uang yang akan dipakai bayar. “Itulah perkataan iman, perkataan yang mengandung kuasa,”. Saat itu suaminya berkata “Iya, jangan buat malu, kasihan anak – anak,”.
Setelah suaminya pergi kerja dan anak – anaknya ke sekolah, Lovisa bertindak iman dengan datang ke kaki Tuhan diloteng kamar. Tapi sejak dari tangga lantai satu air matanya sudah langsung menetes. Di loteng itu ia menyembah – memuji Tuhan, baca firman Tuhan, balik lagi memuji Tuhan dan menyembah Tuhan lalu doa syafaat. Waktu berdoa tidak pernah terberpikirkan untuk pinjam uang kepada A atau B, tidak.
Sebaliknya, Lovisa sangat percaya Tuhan pasti berikan jalan keluar. Benar, tidak beberapa lama selesai doa, tiba – tiba temannya yang anak Tuhan datang menemuinya. “Vis (Lovisa) saya di suruh datang ke rumah kamu, Roh Kudus bicara sama saya untuk kasih uang ke kamu (Lovisa),”.
Sementara dalam keadaan kaget—tidak beberapa lama temannya yang lain, juga anak Tuhan yang diberkati datang menemuinya. Saat sedang terlibat ngobrol, terdengar kata – kata yang mencolok. “Vis ( Lovisa) ikat pinggang kamu itu (sambil tangannya menunjuk ke balik pintu kamar Lovisa) mau dijual tidak?” tanyanya. “Tidak, emang kamu mau beli?” jawab Lovisa. “Saya beli ya, berapa?”tanya temannya. “Terserah kamu,” jawab Lovisa.
Temannya langsung segera membuka dompet dan mengambil uang. Uang yang diberikan oleh teman pertama dan teman kedua setelah ditotal persis jumlahnya seperti yang diberikannya kepada hamba Tuhan untuk perpanjang kontrak—cukup untuk bayar uang sekolah ketiga anaknya. “Tuhan itu tidak pernah berhutang. Sebaliknya kalau kita menolong orang lain, apalagi menolong hamba Tuhan sama dengan memiutangi Tuhan,”tegasnya.
Pembantu Bertobat
Pertobatan ibu dari Ruth Natasha Mardjuki, ternyata tidak hanya membawa dampak positif dalam kehidupan pribadinya dan keluarga tetapi juga kepada orang lain. Terbukti, 4 bulan setelah pertobatannya, dua asisten rumah tangganya ( ART ) ikut bertobat dan minta dibaptis.
“Saya tanya ke mereka ( namanya Ira dan Eni )—kenapa bertobat dan mau dibaptis? Kenapa mau jadi Kristiani?” Jawab Ira dan Eni, “Ibu dulu beda dengan sekarang. Ibu dulu galak, diktator. Kalau berpakaian itu terlalu ‘mini’ tapi sekarang pakai baju sopan. Ibu sudah berubah,”
Merasa memiliki saudara dalam Tuhan, Lovisa, makin giat berdoa. Setiap hari Lovisa dan ART nya mengadakan mesbah keluarga, dan bergantian membawakan firman Tuhan. “ART saya bertumbuh dalam iman. Mereka ke Gereja tidak hanya hari minggu tetapi setiap ada kegiatan ibadah di Gereja—pemuda dan remaja. Tapi sebelum ke Gereja harus menyelesaikan terlebih dahulu tugas/pekerjaan di rumah,”
Salah satu ART nya mendapatkan jodoh di Gereja. “Waktu married saya yang biayai dan berikan kepercayaan untuk tinggal di rumah yang ada di Melati Regensi—rumahnya memang saya belum tempati. Anak pertama merekapun saya yang mandiin pertama kali,”ceriteranya disertai rasa haru akibat pertobatannya berdampak baik.
Hutang Lunas
Seiring waktu mengiringi Tuhan, Lovisa makin mengandalkan Tuhan—sangat meyakini kuasa Tuhan. Itu sebabnya ia berdoa kepada Tuhan masalah gaji suaminya. “Tuhan kalau suami saya gajinya terus seperti ini maka tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hari – hari keluarga. Tuhan kasih suami saya dilamar oleh perusahaan lain tapi bukan suami saya melamar pekerjaan, Amin,”.
Satu minggu kemudian, suami Lovisa sedang menuju kantor tiba – tiba menghubunginya. Ini tidak biasa—ternyata ada berita bagus. “Mami (Lovisa), barusan Papi terima telepon yang isinya Papi dipanggil bekerja diperusahaannya sebagai direktur dengan gaji 2x lipat disertai fasilitas kendaraan BMW,” demikian yang disampaikan suaminya dari ujung telepon.
“Papi, ini doa Mami dijawab oleh Tuhan. Papi kerjanya tanggungjawab, jujur dan mengerjakan pekerjaan dengan hati, membela perusahaan. Tapi dari gaji Papi yang sekarang tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga, belum lagi untuk melunasi hutang,” Lovisa, memberi tanggapan dalam perbincangan dengan suaminya.
Alhasil, suami Lovisa yang bernama Johanes Mardjuki menyerahkan surat pengunduran diri kepada pemimpin/pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Keinginan mengundurkan diri Johanes tidak diterima, sebaliknya dinaikkan jabatannya sebagai Direktur Keuangan dan tentu dinaikkan juga gajinya.
Selain itu kata Lovisa, pemilik perusahaan memberikan bisnis tambahan yaitu menagih hutang—ibaratnya menjadi debt collector. “Saya selalu berdoa untuk suami saya diberikan hikmat oleh Tuhan dalam menjalankan penagihan hutang,”.
Tugas pertama suaminya menagih hutang, ternyata kepada seorang anak Tuhan yang tadinya tidak mau bayar. Tapi dengan kepiawaian Johanes dan hadirnya kuasa Allah membuat anak Tuhan yang berhutang tersebut mau bayar.
“Itu tentu tidak lepas dari doa yang dinaikkan kepada Tuhan. Anak Tuhan tersebut berjanji akan bayar walaupun dengan cara mencicil. Kerja suami saya itu mendapatkan fee, itu kami pakai membayar hutang walau memang tidak langsung lunas. Intinya saya sampaikan kepada tempat berhutang bahwa saya ada NIAT untuk melunasi,”.
Tidak lama kemudian, suami Lovisa mendapatkan kerjaan dari temannya tanpa memerlukan modal. “Saya sedang berdoa tiba – tiba Roh Kudus bicara, ‘AnakKu, kamu jangan berdoa bertalu – talu lagi’ sekarang waktunya berdoa mengucap syukur,”. Suara tersebut diyakini Lovisa adalah dari Tuhan.
Mempraktikkan ucapan syukurnya tidak terbatas didoa saja tapi dalam praktik hidupnyapun terus mengucap syukur. Sebagai bentuk ucapan syukur, Lovisa meminta kepada gembala GPdI di tempatnya beribadah untuk mendapatkan giliran ibadah Rayon di rumahnya.
Permintaanya disetujui oleh gembala GPdI. Ibadah berlangsung, suaminya masih dalam perjalanan pulang ke rumah. Masuk sesi kesaksian, Lovisa sebagai tuan rumah wajib bersaksi.
Sementara Lovisa, bersaksi sang suami tiba dan sempat mendengarkan sepenggal kesaksiannya, “Puji Tuhan, haleluyah. Tuhan sudah menjawab doa saya. Saya mendapat berkat 1,5 miliar,”.
Selesai ibadah, suaminya langsung mengajaknya ke kamar. “Mami tahu dari mana ada duit 1,5 M?” tanya suaminya sambil mengeluarkan cek BCA dan diberikan kepada Lovisa, kaget, apalagi yang dipegangnya cek tunai bukan giro. Maksudnya kalau cek tunai hari itu juga bisa diuangkan, beda dengan giro yang masih ada jedah hari.
“Saya lihat, 1,5 M. Saya kucek – kucek mata, ini benar tidak, ya. Saya tanya Papi ini benar?” dijawab oleh suaminya, “Bener, Mami,”. Hari senin langsung dicairkan oleh Lovisa. Dari uang itu Lovisa gunakan membayar hutang, dan kirim 2 anaknya ( anak pertama dan kedua ) ke Malaysia untuk sekolah yang menggunakan bahasa pengantarnya Mandarin 60 persen, Inggris 20 persen dan melayu 20 persen. Juga uang itu dipakai memperbaiki rumah yang tadinya ada bagian yang mau roboh. Bahkan dari uang itu bisa beli mobil.
“Ingat! perkataan itu mengandung kuasa, Tuhan itu tidak pernah berhutang, doa itu tidak sia – sia. Semua doa pasti dijawab oleh Tuhan. Kalau kita berdoa tidak putus – putus maka berkatNya juga tidak akan putus – putus. Saya tidak hanya dapat 1,5 M tapi lebih dari itu. Tuhan kasih berbagai proyek pada suami saya,”
Lovisa menuturkan adanya berkat itu tidak membuat dirinya lupa akan kuasa Tuhan. Itu sebabnya kalau biasanya orang menerima berkat menjadi jauh dari Tuhan, ia berbeda—malah semakin melekat dengan Tuhan. “Puji Tuhan suami saya dipromosi Tuhan menjadi direktur utama,” tuturnya dan mempertegas kedekatannya dengan Tuhan membuat Tuhan terbuka hati memulihkan kehidupannya dari terpuruk menjadi diberkati hanya dalam waktu, 2,5 tahun.
Tidak hanya itu, disaat covid perekonomian hancur Lovisa mengaku malah keluarganya diberkati. “Itu semua karena saya terus berdoa,”
Lewat pengalaman menerima pertolongan Tuhan, Lovisa dan suaminya telah bersepakat ( komitmen ) untuk melayani Tuhan, seperti Johanes menyampaikan firman Tuhan, dan Lovisa yang bersaksi.
Berkali – kali Lovisa menyampaikan, apa yang dicapainya bersama dengan suami bukanlah hal instant tetapi di sana telah melewati berbagai lembah, baik itu merasa terancam sampai lembah air mata.
Tapi semua bisa dilaluinya dengan memegang prinsip “Saya tahu apa yang harus saya lakukan buat Tuhan dan Tuhan lebih tahu apa yang harus Tuhan lakukan untuk saya,”.
Lovisa menutup kesaksiannya dengan mengajak ibu – ibu rumah tangga untuk meluangkan waktu buat Tuhan, paling sedikit 2,5 jam/hari. “Memang pertama kali agak susah tetapi lama kelamaan akan terbiasa dan akan menjadikan itu hal baik. Gunakan waktu yang Tuhan berikan—waktu tidak mungkin kembali, jangan sia – siakan waktu. Selain berdoa, kita juga harus melayani Tuhan dan jagalah pergaulan kita,”tegasnya dan mengingatkan keberhasilan seorang suami itu karena ada seorang istri yang selalu mendampingi dan mendoakan setiap saat. AMIN.