Pengamen Sujud “Kendang” Sutrisno Berpulang Dengan Damai

 YOGYAKARTA – Senin (15/1/2018) salah satu seniman “urban” berpulang ke rumah Tu­han. Kabar meninggalnya Sujud Sutrisno atau dikenal dengan Sujud Kendang, tersiar melalui media sosial. Lelaki kelahiran Klaten, 22 September 1953 ini merupakan pengamen yang konsisten keliling kampung dengan kendang tunggal­nya. Ia menghembuskan napasnya di usia 64 tahun, di RS. Wirosaban, Yoyakarta pukul 12.30 karena sakit batu empedu.

Selasa (16/1/2018) Ibadah penghiburan dilayani Pendeta Naftali Simpson dari Gereja Ke­mah Injil Indonesia Badran Yog­yakarta, dimana Sujud Sutrisno juga merupakan warga jemaat gereja tersebut. Tepat pukul 12.30 jenazah berangkat di­makamkan di Tempat Pemaka­man Umum (TPU) Utara Laya Tompeyan Jetis Yogyakarta. Saat jenazah diberangkatkan sehabis pemberkatan, satu peristiwa unik terjadi.

Seniman Djaduk Ferianto diwariskan untuk menyimpan kendang dan topi sekaligus blangkon peninggalan Sujud oleh pihak keluarga. Saat itu, kendang tersebut dimainkan oleh musisi Kua Etnika. Djaduk Ferianto melantukan “Mata indah bola pingpong, ono bocah kecem­plung gentong, ngejak mulih numpak andong, tekan omah ketiban dhond­hong.” Gubahan lagu Mata Indah Bola Pingpong milik Iwan Fals yang diplesetkan Sujud Sutrisno itu dibawakan kembali untuk mengir­ingi pemberangkatan sang maestro kendang ke pemakaman Utaralaya Tompeyan.

Tampak beberapa seniman yang hadir, seperti Djaduk Ferianto, budayawan Emha Ainun Najib, bu­dayawan Romo Sindhunata, pela­wak Marwoto Kawer, aktor Whani Darmawan, penyanyi hip hop Mar­juki Kill The DJ, Heru Vokalis grup Shaggy Dog dan lain-lain.

BACA JUGA  Pdt. DR. Johnny Weol Apresiasi Pegelaran Mukerda GPdI Jabar, Dihadiri Bupati – Bupati : “GPdI Jabar Bersatu untuk Maju Bersama”
Album Sujud Sutrisno

 Mengenal sosok Sujud

Sujud mulai mengamen keliling kampung sekitar tahun 1970-an. Ia keliling dengan menggunakan atribut khasnya yaitu surjan dan blangkon sambil menggendong kendang. Si mbah satu ini tak lupa melemperkan senyum dan keramahan seperti me­nikmati betul setiap alunan lagu yang ia mainkan sambil bernyanyi.

Tidak heran, ketika Sujud men­gamen di sebauh kampung, anak-anak di zaman itu selalu mengarak dan mengikutinya sampai keluar gang kampung. Ia pun berkelakar dan menyebut dirinya sebagai pengamen Pemungut Pajak Rumah Tangga (PPRT). Jam kerja ngamen-nya ia lakukan setelah urusan di rumah beres, yaitu mulai pukul 09.00-14.00.

Pria kelahiran Klaten ini memang terlahir dari keluarga seniman atau tepatnya musisi Jawa tradisional yaitu seni karawitan. Sujud belajar kendang dari ayahnya yaitu Wiro Suwito. Da­rah seni rupanya mengalir dalam diri Sujud hingga membuat dirinya ahli dalam cokekan. Karena ketangkasan­nya bermain kendang dan relasinya dengan senima Yogyakarta cukup baik, ia pun pernah bergabung dengan Teater Alam Yogyakarta.

Almarhum juga dikenal sebagai pengamen yang piawai merubah lirik-lirik lagu yang akan menjadi lirik nakal penuh selera humor. Di­ambil dari Wikipedia, lirik-lirik lagu yang pernah digubahnya antara lain “Kolam Susu” (Koes Bersaudara), “Bunder-bunder” (Koes Plus), “Pring Gading” (Koes Plus), “Muda- Mudi” (Koes Plus), “ Kun­cung” (Didik Kempot), “Mata Indah Bola Ping-pong” (Iwan Fals), “Susana” (Ari “Billboard” Wibowo), “Ani” (Rhoma Irama), lagu-lagu dae­rah, lagu-lagu barat tahun 1970-an, dan lagu anak-anak legendaris seperti “Bobby”, “Hely”, “Semut-Semut Kecil”, “Satu Tambah Satu”, dan “Burung Ka­katua”. Medley lagu-lagu itu dilan­tunkan dengan tafsir khas ala Sujud.

BACA JUGA  Nikmati Masakan Jawa "Modern" di De Kayon Rasa, Tidak Harus Ke Jawa
Para pelayat yang hadir

Selain di kampung, Sujud juga pernah mengamen di beberapa acara seperti diundang dosen untuk pene­litian, KKN mahasiswa, hajatan penikahan, acara 17-an dan tampil di Festival Kesenian Yogyakarta.

Karya musik yang pernah ia lahirkan antara lain Street Music of Java, yaitu musik orisinil, yang direkam tahun 1976-1978. Album ini diedarkan di Amerika Seri­kat dan Eropa (sumber Wikipedia). Sayangnya, Sujud selaku seni­man dan musisi lain yang terlibat dalam penggarapan album ini tidak mendapatkan royalti dari penerbit pihak record label.

Dan karyanya yang lain yaitu konser kendang tunggal live yang direkam oleh Blass Record tahun 2001 kemudian dikemas dalam bentuk kaset pita yang dijual secara terbatas dikalangan ko­munitas kesenian di Yogyakarta. Sujud pernah juga tampil di acara The First Indonesia International Drum Festival dan beberapa acara televisi swasta. (Elyandra Widharta)

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini