Salah satu pendoa dari Indonesia yang hadir dalam A Global Day of Prayer for Jerusalem and The Nations

JAKARTA – Akhir Mei 2023 (28 Mei) lalu para pendoa dari berbagai belahan dunia kumpul di pinggiran tembok Bait Suci, tepatnya di Southern Steps, Mount Zion—Yerusalem untuk memperingati pencurahan Roh Kudus. Pertemuan itu disebut dengan nama : A Global Day of Prayer for Jerusalem and the Nations.

Hadir dalam pertemuan doa tersebut, di antaranya dari Indonesia ada tokoh pendoa Kristiani, Pdt Daniel Pandji, Pdt Tony Mulia, Pdt Yudi Indrayadi. Dari belahan dunia : Rev Lou Engle, Rev Tom Victor, Rev Ann Low, pembicara : Rev. Rick Warren, Rev. Mike Bickle dan lain lain.

Kegiatan doa itu ternodai dengan hadirnya sekelompok orang Yahudi dari kelompok Ortodoks Jews yang menggelar unjuk rasa penolakan. Bahkan sampai terjadi insiden dorong mendorong dan mengakibatkan pemimpin rombongan yang bernama Mozes mengalami cidera yaitu luka di kepala dan tangan.

Pdt. Tony Mulia melihat alasan penolakan yaitu semacam ada “ketakutan” dengan praktik – praktik evangelical. Berhubungan dengan trauma masa lalu yaitu bagaimana Roma masuk dan menguasai Israel. “Mereka sampai membentangkan pamflet soal dahulu orang Roma datang ke Israel dan menguasai—jangan sampai kekristenan datang dan untuk menguasai juga,”.

Bersamaan dengan itu, Pdt. Tony Mulia juga mendapatkan pesan profetik yaitu cara umat Kristiani dalam menyebarkan Injil ada yang perlu disempurnakan alias diperbaiki. “Kadang – kadang kita memberitakan Injil menggunakan cara – cara kapitalis. Ya, kita memang benar untuk membantu orang yang tidak mampu, tetapi kesalahan kita adalah meminta orang yang kita bantu untuk segera percaya Yesus. Padahal bicara Yesus, mereka ( Yahudi ) sudah tahu lebih dulu daripada kita, hanya memang belum terbuka mata hati mereka,”katanya.

BACA JUGA  Hak Jawab GPdI atas Pemberitaan MITRA INDONESIA, 9 Oktober 2023. “AD/ART GPdI Perlu Diamandemen, Ferry Ericson, S.H,…”

Pdt. Tony Mulia membacakan Firman Tuhan yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 2 : 47 “sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”. Ini mestinya menjadi syarat utama umat Kristiani membawa jiwa datang percaya kepada Injil ( Tuhan Yesus Kristus )—harusdisukai semua orang. 

“Kita harus disukai semua orang, bukan ditolak. Sekarang kita mesti intropeksi diri apa yang harus disempurnakan atau apa yang harus diperbaiki dengan cara kita memberitakan Injil agar tidak ditolak,”paparnya, seraya membacakan Firman Tuhan dalam I Korintus 9.

“Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.” I. Korintus 9:19-23.

BACA JUGA  Ketum BPP GBI, Pdt. Dr. Rubin Adi : Pdt. Sahala Nainggolan Baik dan Membawa Kemajuan BPD Bekasi

“Rasul Paulus saat memberitakan Injil memahami dengan benar setiap kelompok atau orang yang didatangi. Paulus tidak tampil beda, tidak datang dengan kekayaan atau kepintaran lalu berkata harus ikut dia. Apa yang Paulus buat itu sangat prinsip, tidak perlu berkata harus ikut dia, apalagi maksa,” tuturnya dan membacakan Yesaya 60 yang terus menjadi rhema dalam perjalanan hidupnya. 

Pdt. Tony Mulia menegaskan umat Kristiani harus memiliki kemampuan bukan hanya menjadi terang tapi juga harus bangkit. Paling tidak menjadi lilin – lilin kecil (sambil menyitir lagu dari Chrisye ciptaan James F Sundah).

“Mari kita buktikan menjadi terang, menjadi lilin – lilin kecil. Jangan malah menjadi batu sandungan kepada keluarga, lingkungan ataupun kepada bangsa ini. Saya meyakini lirik dari lagu lilin – lilin kecil ini memiliki pesan profetik diakhir zaman ini,”paparnya.

Pesan profetiknya, kata Pdt. Tony Mulia, manusia tidak dituntut oleh Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi Tuhan tetapi dituntut untuk menjadi lilin walau hanya lilin kecil yang bisa menerangi dunia.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
3
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini