JAKARTA – “Energi” warga bangsa Indonesia hari – hari ini “tersedot” pada namanya politik. Ya, karena memang situasinya tahun 2023 ini tahun politik—karena pada 14 Februari 2024 atau beberapa bulan ke depan akan ada pemilihan Presiden dan pemilihan Legislatif.
Di tengah situasi politik seperti itu, apakah disadari atau tidak, situasi ekonomi Indonesia juga “mencekam”. Dalam perbincangan media ini dengan seorang tokoh Kristiani dari Jaringan Doa Nasional, Pdt. Tony Mulia berkata situasi Indonesia saat ini membuatnya teringat apa yang pernah disampaikannya pada akhir tahun 2022.
Saat itu, Pdt. Tony Mulia gencar menyampaikan bahwa situasi ke depan umat Kristiani akan menghadapi 4 hal; Pertama, adanya kejahatan cybercrime. Kejahatan internet (gadget, WA atau aplikasi) yang semakin marak.
Kedua, adanya penyesatan. Munculnya guru – guru palsu—dengan didompleng spirit antikristus. Ketiga, adanya bencana alam, termasuk, banjir, longsor, kebakaran (Karhutla) dan sebagainya. Indonesia masih mendingan bila melihat bencana alam yang dihadapi oleh negara – negara lain di tahun 2023, seperti banjir New York, Hongkong dan masih banyak lagi.
Keempat, memasuki masa antikristus. Disadari atau tidak, semua manusia di dunia, termasuk di Indonesia sudah dalam total control yang dilakukan dengan namanya Vaksinasi. Juga di Indonesia dengan adanya UU Kesehatan. Semua menuju kepada dikendalikan oleh satu system—one world government. Antikristus itu bukan tiba – tiba muncul, tapi secara perlahan tanpa disadari oleh umat yang awam sedang menuju ke masa antikristus.
Menurut Pdt. Tony Mulia, keempat hal itu tidak dapat dihindari tetapi bukan berarti tidak ada solusinya, pasti ada. Yesaya 60 : 1 – 2. “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu,”.
Pdt. Tony Mulia menjelaskan, kegelapan itu tidak dapat dihindari, tetap akan datang. Dan di situlah anak Tuhan bangkit (tampil) untuk menjadi terang. “Sekali lagi 4 hal di atas itu tidak perlu ditakuti karena dalam kesempatan itu anak Tuhan akan bangkit menjadi terang,” paparnya seraya mengingatkan peristiwa Yesus lahir.
Sebelum Yesus lahir ke dunia, tutur Pdt. Tony Mulia, dunia terlebih dahulu menghadapi namanya masa gelap—Tuhan tidak berbicara—tapi di masa kegelapan itu lahirlah Yesus Kristus sebagai terang.
Rahasia untuk dapat bangkit menjadi terang, Pdt. Tony Mulia berkata harus sesuai dengan Firman Tuhan, (Matius 5 : 16 ) yaitu melakukan hal – hal yang menjadi berkat (terang). Bila umat Tuhan berbuat hal – hal yang menjadi berkat, Yesaya 60 : 3 – 6 menegaskan bangsa – bangsa akan berduyun – duyun datang kepada yang menjadi terang ( menjadi berkat). Dan akan datang dari Syeba membawa emas (bicara berkat materi) dan kemenyan (bicara aka nada penyembahan).
“Waktu Yesus lahir di tengah – tengah kegelapan, ada orang majus datang membawa emas dan kemenyan plus Mur. Tetapi di Kitab Yesaya 60 sudah tidak mencatat ada Mur karena Mur (berbicara kematian), dan kematian itu sudah dilakukan oleh Yesus di Kayu Salib,”
Dari penjelasan itu, Pdt. Tony Mulia memberikan pesan bahwa saat umat Kristiani berhadapan dengan 4 hal di atas maka tidak perlu kuatir dengan kematian (rohani)—sebab sudah ditanggung oleh Yesus Kristus. Sebaliknya, umat Tuhan menggunakan kesempatan untuk bangkit agar menerima janji Tuhan—di antaranya menerima emas (kelimpahan materi) dan penuaian (jiwa) yang penyembahan dari Sheba.
Jemaat yang Menetap
Pdt. Tony Mulia memberikan catatan kepada umat yang ingin bangkit menjadi terang, di antaranya harus memiliki gembala yang memiliki ajaran sesuai firman Tuhan dan jadilah umat yang menetap dalam sebuah pengembalaan, tidak pindah – pindah. Bila pindah – pindah maka tidak akan memiliki pondasi yang kuat untuk bangkit menjadi terang.
Memperkuat statemennya, Pdt. Tony Mulia sedikit bersaksi, di mana beberapa waktu ke depan di daerah tempat pengembalaannya di Kelapa Gading akan ada Gereja ‘besar” membuka pelayanan. Beberapa rekannya ada yang mulai berkata akan terjadi eksodus (perpindahan) ke Gereja yang akan buka nanti.
Pdt. Tony Mulia, tidak terlalu menanggapi karena memang dalam benaknya tidak melihat itu jemaat adalah miliknya tetapi milik Tuhan. Selain itu ia meyakin jemaat yang digembalakannya tidak akan eksodus karena sudah tertanam.
Kembali pada pembahasan, bagi umat yang ingin bangkit dan menjadi terang, kata Pdt. Tony Mulia, diperlukan kesepakatan (Maleaki 4)—bila hati Bapa kembali kepada anak dan hati anak kembali kepada Bapa. Kata lainnya, orangtua dan anak bersatu sepakat maka berkat akan melimpah—Allah tidak akan memusnahkan bumi, Allah tidak akan memberikan kutuk.
“Itu sebabnya para keluarga yang bermasalah, segeralah rekonsiliasi saling mengampuni agar dapat melewati masa – masa gelap dan menerima berkat,” papar Pdt. Tony Mulia seraya mempertegas yang dimaksud dengan rekonsiliasi adalah agar manusia bisa terhubung dengan penciptaNya (Allah).
Pdt. Tony Mulia mengungkap peristiwa yang dicatat kitab Kejadian 1 – 2. Pada saat Bumi dan Surga (terhubung) menjadi satu, Adam dan Hawa (suami – istri) terhubung menjadi satu—Adam dan Hawa tidak berkekurangan. Sebaliknya ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, yang terjadi Surga dan Bumi terpisah—Adam dan Hawa keluar dari Taman Eden. Satan senang—intervensi surga (berkat – berkat) tidak dengan mudah datang ke bumi. Contoh Daniel berdoa tidak langsung dijawab oleh Tuhan, ada waktu jeda (tunggu) 21 hari baru dijawab. Puji Tuhan, setelah Yesus mati di Kayu Salib, intervensi surga turun ke bumi—terjadi revival (kebangkitan) tapi belum permanen.
Memisahkan itu tutur Pdt. Tony Mulia, sudah menjadi kerjaan satan, dan itu jati diri satan. Dalam Bahasa Yunani, satan disebut dengan diabolos yang artinya memisahkan (mendikotomi)—satan memisahkan Surga dan Bumi, satan juga terlibat dalam memisahkan suami – istri, termasuk memisahkan anak – orangtua.
“Padahal Tuhan berkata bila ada dua orang sepakat meminta maka Tuhan akan berikan,”