JAKARTA – Beberapa pendeta Indonesia dari kalangan pentakosta hari – hari ini menjadi sorotan, perbincangan—khususnya pengajarannya yang dianggap kontroversial dan menimbulkan “keresahan” di tengah umat Kristiani.
Menanggapi pengajaran – pengajaran yang kontroversial alias berbeda dengan pengajaran yang dianut banyak pendeta—Gereja aliran Pentakosta di Indonesia, seorang tokoh Gereja dari Jaringan Doa Nasional, Pdt. Tony Mulia, menanggapi biasa saja.
Alasannya, apa yang terjadi di dunia tentu tidak lepas dari penggenapan yang telah ditulis oleh Firman Tuhan. Termasuk soal adanya pengajaran, seperti yang ditulis dalam II Petrus 2 ; I. Yohanes 2 ; II. Yohanes 1 ; Yudas 1.
“Biasanya orang yang mengajarkan ajaran yang menyimpang atau sesat tidak bakal merasa dirinya melakukan penyimpangan atau sesat, sebaliknya akan merasa dirinya benar. Tapi kalau kita merujuk pada Firman Tuhan, harusnya Nabi tunduk kepada Nabi – Nabi—harus dengar juga orang banyak, karunia nabi takluk kepada nabi-nabi.” I Korintus 14:32 TB
Maksud Pdt. Tony Mulia, seorang gembala yang memberikan pengajaran teologia pasti tunduk pada sinode tempatnya bernaung. “Kalau saya sebagai gembala akan tunduk dengan AD/ART sinode dan tentu juga kepada ketua sinode tempat saya. Begitu juga kalau ketua sinode harus tunduk pada AD/ART. Kalau dianggap pengajarannya menyimpang dan tidak mau diluruskan, seorang gembala akan dikenai AD/ART Gerejanya. Mestinya begitu, ya kita lihat saja sikap dari sinode tempat pendeta – pendeta itu bernaung. Untuk itu saya tidak mau menghakimi, biarin saja,”terang Pdt. Tony Mulia.
Kembali mengenai pengajaran, Pdt. Tony Mulia menegaskan diakhir zaman ini pengajaran yang menyimpang dan sesat akan makin banyak terdengar dan ditemui. “Itu sudah tertulis dalam Firman Tuhan, ini akhir zaman. Kita harus sadari dan mengerti bahwa salah satu kerja iblis itu membuat perpecahan di antara sesama orang Kristen, di antara suami – istri, termasuk dipecah orangtua – anak,”.
“Ini namanya spirit off division alias mirip – mirip Devide et Impera (politik pecah belah atau adu domba). Dengan begitu membuat kita anak – anak Tuhan tidak kuat—dan dengan mudah dimasukkan pengajaran sesat,” tutur Pdt. Tony Mulia.
Pdt. Tony Mulia menambahkan, jangan heran bila banyak orang Kristiani dengan mudah menerima pengajaran baru yang ternyata menyimpang dan sesat. Apalagi antara pengajaran palsu (menyimpang) dan yang benar beda – beda tipis—sulit dibedakan.
“Umat Kristiani yang hidupnya ‘melekat’ dengan Tuhan pasti bisa membedakan pengajaran menyimpang dan sesat dengan yang benar. Caranya sederhana, lihat saja kualitas pengajarnya (pendetanya), lihat buahnya (bukan sebatas buah jiwa alias banyak jemaat yang digembalakan), tapi juga buah pertobatan, buah roh, buah kebenaran, buah Injil. Kalau pengajarnya itu masih sombong dan merasa paling benar, tidak ada senyum—itu tidak ada buahnya,”tegas Pdt. Tony Mulia.
Masih soal pengajarnya (pendeta), Pdt. Tony Mulia, berkata lihat juga pergaulan dari pengajar (pendetanya), apakah sering berkumpul bersama para pendeta atau tidak—karena merasa hebat? “Di dalam Kritus semua umat Kristiani satu tubuh, saling membutuhkan dan saling melengkapi, bukan hidup esklusif alias menyendiri karena merasa benar sendiri,”paparnya.
Diakui Pdt. Tony Mulia, pengajaran – pengajaran yang “menyimpang” sangat memiliki pengaruh dalam kehidupan jemaat Tuhan. Sebagai bukti dirinya didatangi seorang guru sekolah minggu dari sebuah gereja, saat itu guru tersebut menangis dan minta diterangkan masalah Allah Tri Tunggal. “Ibu ini ribut dengan suaminya masalah Allah Tri Tunggal,”.
Pdt. Tony Mulia “mendorong” kepada umat Kristiani untuk meminta kepada Tuhan The Spirit Off Discernment ( Roh yang membedakan). Umat Tuhan yang tidak melekat (intim) hidup bersama Tuhan akan sulit membedakan pengajaran yang benar dan yang menyesatkan. Ini sangat penting supaya di akhir zaman dimana makin banyak pengajaran maka umat Tuhan dapat membedakan pengajaran yang benar dan yang menyesatkan.
Selain itu, Pdt. Tony Mulia “mendorong” umat Kristiani untuk berdoa dengan sungguh agar mendapatkan Gereja dengan gembala yang benar—gembala yang keliatan buahnya. Bukan gembala sebatas terkenal karena kharismanya tetapi lebih dari itu harus memiliki buah dan tunduk kepada otoritas—kepada bapak rohaninya atau kepada Sinodenya.
“Carilah gembala yang dikuasai oleh Firman Tuhan, bukan yang menguasai Firman Tuhan. Bila mencari gembala yang menguasai Firman Tuhan maka bisa menjadi tuhan atas dirinya sendiri. Berbeda dengan gembala yang dikuasai oleh Firman Tuhan maka gembala tersebut akan memiliki buah pertobatan, buah roh, buah kebenaran, buah Injil,”
Pdt. Tony Mulia melihat gembala (hamba Tuhan) yang menguasai Firman Tuhan sangat berpeluang menggunakan Firman Tuhan untuk kepentingan dirinya—untuk mengajarkan pembenaran praktik – praktik yang dilakukannya. Sebaliknya, hamba Tuhan yang dikuasai Firman Tuhan, jelas Firman Tuhan yang berkuasa, semua pengajarannya untuk kepentingan Tuhan.
Diakhir, Pdt. Tony Mulia memberikan pesan bahwa diakhir zaman ini umat Kristiani harus banyak berdoa agar dengan mudah mengetahui mana pengajaran yang dari Tuhan dan mana pengajaran yang menyimpang dan membawa kepada kesesatan. “Sekarang ini yang benar dan yang MIRIP benar sulit dibedakan. Untuk itu diperlukan datang kepada seorang gembala (hamba Tuhan) yang memiliki buah dan yang dikuasai oleh Firman Tuhan,” tutupnya.