JAKARTA – Tahun 2023 – tahun 2024 Indonesia berada dalam tahun politik. Pasalnya sejak tahun 2023 “tensi” politik di Indonesia kian meningkat. Dukung – mendukung calon Presiden dan Wakil Presiden sudah mulai terjadi—demi untuk keluar sebagai “pemenang” di Pemilihan yang diselenggarakan tahun 2024.
Pdt. Tony Mulia, melihat dukung – mendukung sekarang ini untuk Pemilu 2024, tidak berbeda dengan dukung mendukung pada tahun 2013 untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.
Pada waktu itu, sepuluh tahun yang lalu “tensi” politik begitu tinggi. Saat itu ada hamba Tuhan bernama Rev Suzette Hattingh saat berada di Kelapa Gading, mendapatkan penglihatan tentang Indonesia di tahun tersebut (tahun 2013).
Rev Suzette Hattingh melihat dalam “kacamata” rohani ( doa ) dimana Jakarta akan mengalami kerusuhan menghadapi Pemilihan Umum ( Pemilu) pada tahun 2014. Saat yang bersamaan juga ada seorang pendoa dari Gereja yang digembalakan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, mendapatkan hal serupa, dan bukan hanya Jakarta tetapi Indonesia.
“Kita tahu bersama bahwa tahun 2014 akan ada Pemilihan Presiden. Diperkirakan waktu itu bisa saja terjadi pertumpahan darah. Kita dari Jaringan Doa, bersama dengan Full Gospel Businessman, sebagai Imam dan Raja—memutuskan untuk berdoa dengan tema besar 14.14.14. Tujuannya supaya Indonesia menjadi baru, sejalan dengan Keluaran 14 : 14. Ini angka dapatnya dari Full Gospel Businessman,”terang Pdt. Tony Mulia.
Jaringan Doa Nasional dan Full Gospel Businessman serta banyak Gereja di Indonesia bersepakat untuk terlibat dalam acara doa 14.14.14, dengan menghadirkan pendeta – pendeta ternama di Indonesia—lintas Gereja, lintas generasi—dari anak – anak sampai orangtua. Tidak kebetulan doa itu juga digelar di Solo. Pada saat itu kita doa untuk Indonesia baru,”
Dalam doa tersebut, ada seorang pembicara dari India bernama Rev. Thomas Cheerian. Baik Pdt. Tony Mulia dan Rev. Thomas Cheerian tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya. Tapi ada peristiwa yang “ajaib” terjadi.
Saat Rev. Thomas Cheerian, naik sebagai pembicara, diawal ia menyebut nama Pdt. Tony Mulia. “ Roh Kudus menyebut satu nama, Rev. Tony Mulia. Saya melihat satu jubah turun atas Rev. Tony Mulia, suaramu ( Pdt. Tony Mulia) adalah suara yang melepaskan dan membangkitkan satu gerakan ( Revival ) Tuhan. Engkau akan menulis buku – buku mengenai kegerakan dari Roh Kudus,” demikian kata – kata yang diungkapkan Rev. Thomas Cheerian—dan sebagai bukti Pdt. Tony Mulia memutarkan video kegiatan doa, sesi Rev. Thomas Cheerian menjadi pembicara. Benar Rev. Thomas Cheeerian menyebut seperti yang Pdt. Tony Mulia katakan kepada media ini.
“Waktu itu saya memang sedang menyelesaikan penulisan buku 14.14.14 Transformasi mulai terjadi. Waktu itu jangankan ceritakan soal buku saya, kami benar – benar tidak saling mengenal. Saya percaya itu Roh Kudus yang bicara lewat Rev. Thomas Cheerian,”papar Pdt. Tony Mulia.
Doa yang digelar di Solo itu, puji Tuhan menjadi salah satu dari kegiatan doa dari ribuan umat Tuhan di Indonesia sehingga tidak ada kerusuhan terjadi di Indonesia, baik pasca Pemilu atau selesai Pemilu 2014. “Seperti saya katakan tadi bahwa kami berdoa saat itu untuk Indonesia baru. Hasil dari doa – doa, luar biasa—terpilihlah Presiden Ir. Joko Widodo,”
Dalam kepemimpinan Ir. Joko Widodo, dalam pengamatan Pdt. Tony Mulia dan tentu banyak pendeta lainnya, Indonesia betul – betul menjadi baru, transformasi di Indonesia terjadi karena Gerakan doa. “Sekali lagi transformasi atau Indonesia baru bukan karena Ir. Joko Widodo hebat, melainkan Tuhan kita yang hebat. Sebab bisa saja Tuhan pakai orang lain, tanpa Ir. Joko Widodo. Jadi ini semua karena Tuhan kita hebat, dan menggunakan orang yang tepat, Ir. Joko Widodo,”tegasnya.
Di tahun 2023 ini Pdt. Tony Mulia, mengaku diingatkan Tuhan agar umat Tuhan bersatu berdoa, kalau tidak bisa saja presiden ke depan adalah yang tidak menghargai dan menghormati hak – hak semua warganegara, termasuk soal latarbelakang suku dan agama, budaya, ras.
“Ini namanya Profetik kondisional bukan sesuatu yang harus terjadi, artinya profetik yang bisa dirubah. Contoh Nabi Yesaya datang ke Hizkia, dan menyatakan akan mati alias penyakitnya tidak akan sembuh lagi. Tapi Hizkia berdoa, dan usainya diperpanjang 15 tahun. Begitupun kisah Nabi Yunus—Tuhan berkata akan menungang balikkan Ninewe, tetapi karena penduduk Ninewe bertobat, maka Tuhan tidak tunggang-balikkan. Itulah profetik kondisional,” ungkap Pdt. Tony Mulia.
Memperkuat ajakannya, Pdt. Tony Mulia berceritera pengalamannya pada tahun 2015. Pada waktu itu ia mendapatkan “sesuatu” dari Tuhan tentang doa 15.16.17. “Waktu itu saya mengajak rekan – rekan yang ada di Jaringan Doa untuk berdoa tahun 2015, 2016, 2017, selama tiga tahun, judulnya “Pulih dan Bangkit Indonesia”, bertolak dari Firman Tuhan yang ada di Kisah Para rasul 15 : 16 – 17,”.
Pdt. Tony Mulia waktu itu tidak henti – hentinya berkata harus ada penyembahan di mana – mana. Tapi (maaf), tanggal 17 Mei 2016, beberapa orang di Jaringannya tidak agree ( tidak setuju) untuk meneruskan doa 15, 16, 17. “Mereka koreksi saya, dan saat itu saya sempat kesel—sampai ingin mundur,”ceriteranya.
Pada saat itu, Pdt. Tony Mulia, “memaksa” harus ada doa berantai 15.16.17, karena mendapatkan “penglihatan” Gubernur DKI Jakarta yang akan terpilih waktu itu adalah Gubernur yang diberikan label politik identitas. “Umat Kristiani waktu Pilkada DKI sudah merasa eforia akan dimenangkan oleh Ahok, tetapi buktinya Ahok yang kalah. Itu terjadi karena menurut saya doa 15, 16, 17 berhenti,”.
Belajar dari itu, Pdt. Tony Mulia, mengajak umat Tuhan untuk bersatu berdoa agar Presiden Indonesia terpilih nanti adalah presiden yang akan meneruskan transformasi yang dikerjakan Ir. Joko Widodo.
Pdt. Tony Mulia menyitir Yesaya 42, dan berkata dengan tegas apapun di dunia ini kalau diminta dalam doa dan pujian serta penyembahan, pasti Tuhan berikan. “Nyanyikanlah nyanyian baru di pulau – pulau. Kita bisa menang kalau kita membangun puji – pujian. Makanya sekarang kami sedang melakukan yang namanya Indonesia menyembah—yang sudah diselenggarakan di Semarang dan diberbagai kota. Kita manusia tidak punya kemampuan, Tuhan yang memiliki kemampuan,”paparnya.
“Saya tentu berharap semua kota di Indonesia digelar yang namanya Indonesia menyembah, kita hanya menyembah danditutup dengan doa. Pemilihan Presiden 2024 ini kita tidak bisa diam, harus banyak berdoa, kita harus libatkan Tuhan agar Tuhan yang memilih Presiden, dan kalau Tuhan yang pilih tentu itu yang terbaik,”tegasnya.