Bekasi – Musyawarah Daerah (Musda) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Jawa Barat rencananya akan digelar pada 5 – 6 Juli 2022 di sebuah hotel di Cipanas, Cianjur Jawa Barat. Salah satu agenda dalam Musda itu, memilih Ketua Majelis Daerah (MD) GPdI Jawa Barat, periode 2022 – 2027.
Nama – nama yang sudah santer akan ikut kontestasi pencalonan Ketua MD GPdI Jawa Barat, diantaranya, petahana Pdt. Ferdinand Rompas (FR), Pdt. Adrian Saroinsong (AS) atau lebih dikenal dengan panggilan Om Nyong dan Pdt. Dr Lodewjk Saerang E, MA., M.Th., CBC (LS). “Saya maju, dan sudah saya sampaikan saat ditanya oleh kepada Panom,”kata Pdt. Lodewjk Saerang.
Alasan dirinya maju dalam kontestasi di Musda GPdI Jawa Barat ini dikarenakan ada dorongan dari senior – senior. “Sebenarnya saya sudah tidak ada keinginan untuk maju. Says sudah mau kosentrasi dalam pelayanan dunia pendidikan dan pengembalaan. Capek loh mengikuti kontestasi politik Gereja,”terangnya.
Pdt. Lodewjk Saerang maju di Musda GPdI Jawa Barat tahun 2022, memiliki jalan ceritera yang Panjang. “Saya tiba – tiba terima panggilan telepon dari Om Tom Runkat (saat itu Om Tom Runkat sedang sakit). Saya akhirnya menyatakan untuk menemuinya sekalian untuk besuk. Saya datang tidak sendirian, ada beberapa teman juga ikut, termasuk Ps. Sherdi Pratasik dan Ps. Merphin Soedjak,”
“Saat kami tiba di tempat Om Tom di Bandung, ada Ps. Mecky Lengkey, Ps. Healpy Rawis. Dalam pertemuan itu Om Tom menceriterakan isi hatinya buat GPdI Jawa Barat dan meminta saya untuk maju sebagai calon Ketua MD GPdI Jawa Barat pada tahun 2022. Sebelum pulang, Om Tom doain saya,”.
“Selesai doa, Om Tom berkata Pdt. Lodewjk Saerang, You maju dan harus buat strategi, tapi jangan daging alias jangan menghalalkan segala cara, tunduklah kepada Roh Kudus. Kemudian kami pulang, di perjalanan saya sampaikan kepada teman – teman bahwa saya maju,”. Demikianlah ceriteranya sampai LS sampai memutuskan untuk maju dalam kontestasi pemilihan Ketua MD GPdI Jawa Barat.
Tidak beberapa lama, suami dari Istri Inge Saerang ini menerima pesan elektronik dari hamba Tuhan senior GPdI Jabar, Pdt. Yan Emor, memintanya untuk bertemu dengan Pdt. Marthen Schalwyk.
Pdt. Yan Emor kembali mengirim pesan meminta Pdt. Lodewjk Saerang, untuk menemuinya di Cikampek. “Dalam pertemuan itu ada, diantaranya Pdt. Benny Wurarah, Pdt. Steven Polii, Pdt. James Tololiu dan masih ada yang lain. Intinya Om Yan meminta saya maju,”.
Dalam perjalanan waktu dua senior GPdI di Jawa Barat ini di panggil Tuhan. Tetapi pesan dua senior ini sudah terpatri dalam benak dan sanubari Ayah dari Hagai Edward, dimana harus maju menjadi Ketua MD GPdI Jawa Barat, periode 2022 – 2027 untuk ikut melakukan perbaikan GPdI Jawa Barat ke depan.
Untuk mencapai GPdI Jawa Barat satu, ayah dari Daniel Iloyne juga tidak lupa dengan pesan Pdt. Tom Runkat, dimana tidak boleh menggunakan cara – cara daging. “Itulah alasan kenapa saya tidak gembar – gembor mau maju, karena saya ingat benar pesan Om Tom, jangan daging. Lihat saja saya tidak buat strategi pemenangan selain berbuat baik saja. Saya sudah dari 2 tahun lalu berbuat baik, sebelum Covid-19, bukan karena sudah dekat Musda,”urainya.
Ayah dari Josep Lorens, menegaskan perbuatan baik yang telah dilakukannya, diantaranya, secara diam – diam mendatangi dan memberikan bantuan kepada hamba – hamba Tuhan baik satu persatu ataupun berkelompok.
“Saya tahu kalau memberikan bantuan hanya sendiri, tentu tidak akan mampu menolong banyak hamba Tuhan. Saya ajak teman – teman yang mampu, termasuk teman di Amerika. Akhirnya rutin saya bantu setiap bulan ada 123 hamba Tuhan. Dan ini terus bertambah sampai hari ini,”.
“Selain itu saya juga telah mendaftarkan hampir 200 hamba Tuhan GPdI Jawa Barat ke BPJS Jamsostek. Mudah – mudahan mendekati Musda mencapai 300. Dan sumbangan serta bantuan ini akan terus jalan walau saya menang ataupun kalah dalam Musda 2022 ini,”paparnya.
Hamba Tuhan yang berusia 50 tahun ini tidak hanya sebatas membantu secara materi tetapi secara intelektualpun dibantu. “Saya membuat Pastor Mentoring Program (PMP), dengan menghadirkan pembicara yang memang memiliki keahlian dibidangnya. Intinya untuk terjalin persekutuan yang erat sesama hamba Tuhan GPdI. Sebab apapun yang kita mau lakukan kalau secara bersama-sama maka semuanya bisa kita kerjakan,”paparnya.
Tantangan terbesar untuk membangun GPdI di Jabar, menurut pengamatan pria kelahiran 1972 ini, adalah management. Untuk itu siapapun yang terpilih maka harus memperbaiki management atau tata kelolah yang ada, termasuk dalam menilai dan menempatkan orang pada kepengurusan.
“Begitupun keungan, semisal pembayaran perpuluhan tidak lagi manual tetapi langsung terekam oleh bank dengan cara pembayaran virtual. Ini akan meringankan hamba Tuhan untuk melakukan pembayaran dan bendahara untuk mencatat,”