Jakarta – Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), tinggal beberapa hari lagi, tepatnya Selasa (15/03/2022), akan menggelar Musyawarah Besar (Mubes), yang agendanya, diantaranya mendengar laporan pertanggungjawaban dari Ketua Umum (Ketum) yang akan demisioner, Pdt. Dr. Johny Weol.
Salah satu Ketua Majelis Daerah (MD) di lingkungan GPdI, Pdt. HS Gultom, menyatakan kinerja Majelis Pusat GPdI, yang dipimpin Pdt. Dr. Johny Weol, tidak mampu memberdayakan tim Majelis Pusat (MP) dan dan sepertinya tidak mengerti bagaimana organisasi digerakkan dan diarahkan untuk mewujudkan visi.
“Jangan – jangan tidak punya visi. Akibatnya timbul penyimpangan – penyimpangan dalam kebijakan ( banyak pelanggaran seperti satu contoh saja ada AD/ART siluman yang dilahirkan dalam Mukernas, Malang yang telah melibatkan Dirjen Bimas Kristen, dimana tandatangan dan capnya juga didapatkan dengan cara siluman,”papar Ketua MD Sumatera Selatan ini.
Untuk perhelatan Mubes GPdI Maret 2022 ini, Pdt. HS Gultom, mengatakan akan diikuti oleh semua MD dan juga utusan – utusan sesuai dengan prosudural baku. “Kita akan ikuti semua tahapannya sesuai aturan. Khusus MD – MD yang tergabung dalam kelompok Forum Pencerahan Pantekosta (FPP) sedikit resah dengan kebijakan MP, dalam hal ini kebijakan Panitia Nominasi (Panom) yang tidak konsisten, berubah-ubah dan kelihatan nyata keberpihakannya,”.
Melihat kinerja Panom itu, ditegaskan Pdt. HS Gultom, FPP akan merespon degan cara cerdas dalam perhelatan Mubes nanti. “Kita tidak mau dirugikan, kenapa? Karena kita tidak sudi GPdI ‘dihancurkan’dengan pelaksanaan – pelaksanaan kebijakan Panom yang tidak sesuai AD/ART,”
Sebagai informasi, nama Pdt. HS Gultom, menjadi kandidat kuat yang diusulkan oleh MD-MD untuk menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Rohani (MPR), tetapi diakuinya untuk namanya masuk kandidat kuat, tidak ada upaya yang dilakukannya. “Tetapi bila dipercayakan untuk menjadi kandidat MPR saya siap. Bagi saya, tidak ada kata atau pikiran merasa lebih dari yang lain—apalagi dengan merasa lebih itu lalu ngotot untuk maju sebagai Ketua MPR. Kalau ada komunitas yang merasa saya punya sedikit kelebihan dan akan menjadi berkat dalam bidang yang ingin mereka percayakan, sekali lagi saya siap, saya hambaNya Tuhan, siap,”tegasnya.
Sebagai salah satu “pentolan” di FPP, Pdt. HS. Gultom, membuka rahasia seseorang bisa terpilih menjadi Ketum, diantaranya, populerkan visi dan misi, yakinkan rekan – rekan pemilik hak suara bahwa yang dibutuhkan bukan sekedar ganti orang (pimpinan) tetapi harus terjadi perubahan paradigma.
“Kita harus ada pembaharuan karena GPdI sudah berusia satu abad. Kita harus kerja keras dan buktikan usia satu abad bukan harus bubar tetapi harus semakin baik dan kemuliaan Tuhan hadir dalam setiap langkah serta gerak GPdI. Saya mau katakan, orang yang siap untuk mengemban tugas GPdI di usia satu abad ini, adalah Pdt Frangky Rewah,”
Bila Pdt. HS Gultom dan Pdt. Franky Rewah menjadi pasangan untuk memimpin GPdI Periode 2022 – 2027, akan bergandengan tangan untuk memprioritaskan KESATUAN, dengan mengesampingkan friksi – friksi yang dimunculkan orang – orang berpikiran “dangkal” (maaf), bukan lagi aksesoris ke GPdI an tetapi esensi tubuh Kristus, Kerajaan Allah.
Sedangkan soal pengurusnya apakah akan “gemuk atau dirampingkan”, diakui oleh Pdt. HS Gultom, harus mengikuti AD/ART. “Itu wewenang Ketum terpilih. Kalau saya sendiri secara subjektif merasa lebih baik bila pengurus MP dirampingkan, tetapi tetap efektif dan juga proporsional, memenuhi unsur – unsur komunitasnya.