Pdt. Edy Wagino, M.Th dan rekam persahabatannya. (Foto : dok. Edy)

KARAWANG – Indonesia hari – hari ini mulai diramaikan dengan dukung mendukung politik—tahun politik. Melakukan dukung mendukung sebenarnya hal wajar tetapi banyak yang kuatir jangan sampai pada tahun 2023 – 2024 lebih menonjolkan politik identitas.

Mengantisipasi agar politik identitas di tahun politik ini tidak berkembang terlalu jauh, Pdt. Edy Wagino, M. Th, yang terlibat dalam pelayanan – pelayanan kemanusiaan meminta umat Kristiani tidak ikut – ikutan.

“Saya mengajak kita untuk netral, tidak ikut – ikutan terlibat dukung mendukung partai politik atau calon presiden. Hindari politik identitas dengan politik hati nurani—politik bebas dan rahasia,”buka Pdt. Edy Wagino, M.Th.

Lebih jauh kata, Pdt. Edy Wagino, M.Th, sebagai warga negara yang baik, pertama harus menjadikan Pancasila sebagai panglima dalam berbangsa dan bernegara yaitu kepada Tuhan yang Maha Esa. “Kata lainnya kita warga negara harus memiliki semboyan hidup benar, jauhi kejahatan dan takut akan Tuhan,”.

Kedua, sebagai warga negara yang baik, harus mengedepankan saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya. “Kalau itu menjadi pegangan kita maka bangsa ini akan kokoh (kuat) dalam menghadapi apapun, termasuk tahun politik ini,”.

“Beberapa hari lalu ( sekitar tanggal belasan di bulan Maret), saya ketemu dengan Kapolres Karawang, yang sedang bertugas untuk supaya di tahun politik ini berjalan dengan kondusif dan aman. Ini tugas tentu tidak mudah, diperlukan kerjasama antara aparat dengan kita sebagai warga negara.  Saya mengajak para pendeta, ayo sejukkan masyarakat dengan kita menjadi garam dan terang,”ajak Pdt. Edy Wagino, M.Th. 

Menguatkan ajakannya, Gembala GBI Sinona, Karawang ini meminjam kata yang pernah disampaikan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, menjadi terang bukan untuk lebih baik dari orang lain tetapi dapat duduk, hidup bersama – sama dengan sesama anak bangsa yang berbada suku dan agama serta darah. 

BACA JUGA  SK Pengembalaan Pdt. Joshua W Kastanya, Resmi Diberikan oleh Ketua MD GPdI Jawa Barat, Pdt. Ferdinand Rompas

“Ada satu keragaman, ada satu keharmonisan, ada satu kebersamaan, itu yang dimaksud dengan menjadi terang. Bagi saya menjadi terang itu adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk dapat hadir dan duduk sama – sama, berbagi bersama, senang bersama,”

Kembali kepada tahun politik, Pdt. Edy Wagino, M.Th, sebagai pendeta terus bekerja keras untuk mempersiapkan kerohanian umat Kristiani dengan kerohanian yang tidak gampang tergoyahkan oleh tawaran – tawaran “sesat”, politik identitas atau kepentingan kelompok. Paling tidak dimulainya dari jemaat yang digembalakannya. 

Bersamaan dengan itu, Pdt. Edy Wagino, M.Th, mendorong warga masyarakat, termasuk umat Kristiani  dapat mempertahankan kondusifitas. Pertama, memiliki rasa takut akan Tuhan, dan penuh kerendahan hati. 

“Kalau kita masih melihat siapa diri kita dan membandingkan dengan diri orang lain, sudah dapat dipastikan akan mengalami kesulitan untuk duduk bersama – sama dalam menjaga kondusifitas bangsa ini,”.

Sebaliknya tutur Pdt. Edy Wagino, M.Th, kalau mayoritas warga bangsa ini memiliki rasa (jiwa) kerendahan hati maka otomatis tidak akan membeda – bedakan, suku, agama, darah ataupun status sosial. 

“Kita yang merasa lebih baik atau lebih diberkati bila memiliki kerendahan hati harusnya menganggap orang lain lebih penting dari kita. Seperti kata firman Tuhan dalam Amsal 22 ; 4, kunci orang diberkati itu adalah rendah hati,”. 

Kedua, mau berbagi. Yesus menjadi contoh kongkrit senang berbagi. Yesus pernah berkata kepada orang – orang yang mengikutinya saat mau pulang, “jangan biarkan mereka lapar. Orang kaya bisa saja berbagi tapi punya tidak hati belas kasihan (berbagi). Saya baca ayat itu benar – benar terenyuh, mau nangis karena hati Tuhan luar bisa lembut,”.

BACA JUGA  Pesan Pdt. Nathan Setiabudi: Jangan Cobai Tuhan dengan Menyepelekan Covid-19

Dalam perbincangan singkat dengan Pdt. Edy Wagino, M.Th, terjedah dengan adanya telepon dari seorang jenderal polisi kepadanya. Pada kesempatan itu, ia membuka rahasia sampai memiliki teman kalangan atas, termasuuk jenderal. 

“Sekali lagi kita orang biasa, kita memang harus memiliki kerendahan hati sekaligus harus memiliki keberanian Ilahi untuk bisa berteman dengan para petinggi bangsa sekaligus mau berteman dengan rakyat jelata,”tuturnya. 

Pdt. Edy Wagino, M.Th, menutup perbincangan dengan mengungkapkan harapannya di tahun politik ini. “Setiap warga masyarakat bangsa saya harap miliki dasar kehidupan yang kokoh di dalam Tuhan masing – masing. Sehingga berani menolak bila besok – lusa ada tawaran, ajakan atau masukan – masukan untuk mengikuti kepentingan kelompok yang dapat merugikan bangsa ini,” tutupnya dengan mengingatkan kepada pendeta – pendeta untuk tetap pada tugasnya yaitu mendoakan bukan terkooptasi dengan kepentingan kelompok yang dapat memecah bela bangsa. 

“Kalau memang ingin terlibat dalam politik maka terlibatlah dalam politik sosial untuk menjaga NKRI. Bukan politik identitas untuk kepentingan kelompok yang berpeluang merusak keutuhan NKRI. Tugasn kita harus menyejukkan suasana. Saya sebagai pendeta di Karawang mendukung program Kapolres Karwang yaitu menjaga kondusifitas masyarakat di Karawang. Kita jaga bangsa ini bersama – sama dan saya percaya Indonesia akan lebih maju, siapapun presidennya,”.  

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini