JAKARTA – Sidang Majelis Daerah (SMD) Gereja Bethel Indonesia (GBI) DKI Jakarta, pada tanggal 2 – 4 Mei 2023 yang direncanakan digelar di GBI NDC, pengembalaan Pdt. Josia Abdisaputera, dengan salah satu agenda memilih Ketua BPD GBI DKI Jakarta, kian menarik untuk diikuti.
Selepas digelarnya Rapat Kerja Daerah (Rakerda) GBI DKI Jakarta, beberapa gembala mendekati suami dari Ketua Wanita Bethel Indonesia (WBI), Pdt. Drs. Kiki Rusmin Sadrach, MTh.,MA.

Dalam perbincangan yang singkat tetapi bermakna, gembala – gembala yang masih menahan nama mereka diungkap dalam pemberitaan ini, menjelaskan alasan nama Pdt. Drs. Kiki Rusmin Sadrach, MTh.,MA, diminta maju.
Bagi mereka, ketokohan Pdt. Drs. Kiki Rusmin Sadrach, MTh.,MA, “bukan kaleng – kaleng” tetapi benar – benar mempunyai kemampuan untuk memimpin BPD DKI Jakarta. Apalagi saat ini Pdt. Drs. Kiki Rusmin Sadrach, MTh.,MA, sedang menjabat Ketua Seminari yang membawahi yaitu Sekolah Tinggi Teologia Bethel Indonesia (STTBI), SMTK dan SP dengan masing – masing ada ketuanya.
Selain itu, Pdt. Drs. Kiki Rusmin Sadrach, MTh.,MA adalah suami dari Pdt. dr. Eunike Stephanie Mesach, tepatnya anak (menantu) dari salah satu tokoh pendiri GBI (pasangan) Mesach itu Pdt. DR. S. J. Mesach, MTh. (Alm) dan Pdt. dr. Olly E.Mesach.

Keinginan dari gembala – gembala ternyata mendapatkan respon positif dari Pdt. Drs. Kiki Rusmin Sadrach, MTh.,MA, dengan bersedia dicalonkan. “Di GBI bukan mencalonkan diri tapi dicalonkan. Kalau saya dicalonkan, dan untuk pekerjaan Tuhan, tentu saya tidak akan menolak. Tapi bila saya dengan sendirinya ingin mencalonkan diri, itu bukan tipe saya dan juga tidak sesuai AD/ART GBI,”terang pria kelahiran Jakarta, 22 Februari 1963.
“Saya ini mengikuti Rakerda DKI tahun 2023 kemarin. Kita melihat pembuatan budget tidak bijaksana dan tidak mendukung kepada Perwil sehingga Perwil tidak bisa kerja banyak. Ini hrs diperbaiki juga,”katanya.
Pada saat itu kawan – kawan gembala meminta, dan menyatakan ingin mencalokannya dengan penjelasan yang bisa diterimanya. “Ya, saya berkata siap maju kalau kawan – kawan sepakat memilih dan mendukung saya. Begitu pula nanti ketika bertugas, perlu mendukung penuh supaya berhasil melakukan perubahan dan pembaharuan besar di GBI BPD DKI,”tutur pria yang dibaptis 1977 di GBI Petamburan.

Lebih jauh, ayah dari Pdp. Ezra Ricardo Sadrach, MM.,SAk.,SSI, Pdp. dr. Elbert Timothy Sadrach, dan Euodia Gracielle Sadrach, SE, menjelaskan apa yang membuatnya merespon keinginan rekan – rekan gembala GBI DKI Jakarta. Pertama, rekan -rekan mengingini supaya potensi atau kemampuannya dapat juga digunakan buat BPD GBI DKI Jakarta.
Kedua, ada keterpanggilan ketika melihat beberapa tahun terakhir ini perkembangan GBI DKI Jakarta, yang tidak banyak berubah kepada kemajuan. “Menurut kacamata saya begitu – begitu saja. Mulai dari kegiatan yang harusnya kita kerjakan. Contoh seperti Program PAUD itu kan sangat efektif untuk mennjangkau jiwa – jiwa mulai dari anak – anak Sekolah Minggu. Kemudian berangkat dari kegiatan – kegiatan lain, termasuk membangun pos – pos PI, membangun Gereja – gereja baru,”

“Memang ada kegiatan BPD yang dapat diterima, tapi nilainya tidak signifikan, terlalu kecil. Kemarin laporan di Rakerda keliatan program doa anggarannya (pembiayaannya) hampir sama dengan program Gereja baru. Ini tidak masuk akal buat saya,”.
Melihat hal – hal seperti itu, Gembala Jemaat di GBI Sentral Tomang sejak tahun 2001- sekarang, menyatakan tidak bisa diam. “Masa iya program utama dan program yang bukan utama anggaran pembiayaannya (budgetnya) hampir sama. Kenapa program doa harus mengeluarkan anggaran (dana) yang besarannya hampir sama dengan program utama yaitu melahirkan gereja baru? Itu saya pertanyakan. Kita ini punya hikmat untuk menghitung mana yang utama dan mana yang tidak, makanya saya minta itu direvisi,”

Ketua Seminari Bethel Petamburan dan Ketua YBI (Yayasan Bethel Indonesia Cabang Jakarta sejak 2019 ini menegaskan alasan dirinya menerima dicalonkan menjadi Ketua BPD GBI DKI, karena ingin memajukan GBI. “Saya memang mengedepankan buat kemajuan GBI. Alasan yang sama juga ketika saya menerima tugas dari Ketum GBI sebagai Ketua Yayasan dan Ketua Seminari.
Bersamaan dengan itu, Ketua BBCA (Bethel Biblical Counslling Academy) sejak 2021 ini membeberkan hal yang akan dikerjakan bila dipercayakan memimpin BPD GBI DKI Jakarta, antara lain, program utama GBI. Pertama, penanaman Gereja baru.
Untuk bisa melakukan penanaman Gereja baru ada banyak caranya. Bisa lewat PAUD, hadirkan Pos – pos dan hadirkan komsel – komsel. Selain itu “dorong” Gereja – gereja “yang besar” untuk makin banyak membuka cabang – cabang baru,
Kedua, “lahirkan” penginjil sebanyak – banyaknya. Data yang diperoleh dari bilangan center hari – hari ini petobat (jiwa) baru itu hanya 1, 2 persen. “Ini sangat menyedihkan. Sudah saatnya kita melahirkan jiwa – jiwa baru lebih banyak lagi,”katanya dan menjelaskan jiwa baru yang dimaksud adalah petobat dari bukan Kristen.
Dalam program “melahirkan” penginjil – penginjil, Pengurus Inti dan Pengajar BSK – Departemen Keluarga BPP GBI sejak 2020 ini berharap dalam kepemimpinannya BPD GBI DKI setiap 3 bulan dapat merekrut 500 penginjil.
“Cara perekrutan tentu tidak harus dibeberkan, ini masalah teknis saja. Semua cita – cita dan visi bila ada kemauan pasti ada jalan,”
Ketiga, memberikan perhatian kepada gereja – gereja lokal. “Saya mendapatkan informasi dari Ketua PI GBI, Pdt. Irwan Widjaja, bahwa di DKI GBI ada 120 Gereja yang ibadahnya tidak jalan, kehilangan jemaat, menyedihkan dan sangat memprihatinkan,” kata program Doktoral Teologi STTBI Jakarta – sedang menyelesaikan disertasi ini serta tampak memperlihatan kekecewaan karena BPD GBI DKI Jakarta, dalam sepengatahuannya tidak pernah mengungkapkan data tersebut kepada gembala – gembala yang ada di DKI.
“Bila kami diberikan kesempatan memimpin, kami langsung membentuk tim, membedah kenapa sampai Gereja itu tidak beroperasi. Kalau ada potensi untuk dibangun lagi, kita bangun lagi. Kalau sudah tidak bisa dibangun, maka pejabatnya kita latih untuk menjadi penginjil,”.
Keempat, membangun PAUD sebanyak – banyaknya. Ini efektif, pertama untuk esksistensi Gereja. Kalau PAUD nya hidup dan berkembang, otomatis masyarakat akan ikut merasakan dampaknya, dan menjadi bukti Gereja telah hadir menjadi berkat.
Selain itu, lulusan tahun 2013 Magister Teologi di STTBI ini menegaskan bila dipercayakan menjadi Ketua BPD maka akan segera melakukan Kerjasama dengan Seminari Bethel. Apalagi seminari Bethel mempunyai tekad untuk mebawa STT menjadi Universitas. Namanya juga sudah dipilih yaitu Universitas Bethel Indonesia.
Alasannya seminari menjadi universitas dikarenakan melihat banyak anak – anak gembala GBI atau jemaat GBI yang kesulitan secara ekonomi melanjutkan pendidikan ke universitas. “Tentu sudah seharusnya BPD GBI DKI Jakarta mendukung berbagai program seminari Bethel karena eksistensi seminari Bethel ada di DKI Jakarta.
Lulusan tahun 2003 Magister Christian Leadership di Harvest Theological School Tanggerang ini, mengungkapkan bila menjadi Ketua BPD GBI DKI, ia tidak akan mengambil gaji. “ Kalau saya dipilih oleh kawan – kawan gembala di DKI, maka seluruh gaji yang saya terima dari BPD akan dimasukan kedalam rekening khusus untuk mendukung program – program strategis seperti Misi Penanaman gereja, PI, PAUD dan sebagainya sehingga keberhasilan dan jangkauan bisa seluas-luasnya di raih,”
“Dalam laporan di Rakerda ditotal pengeluaran biaya kantor dan admin BPD GBI DKI Jakarta, sangat besar setiap tahun, bisa mendekati budget total dari program – program BPD GBI DKI Jakarta. Bisa bayangkan kalau uang sebesar itu kita gunakan untuk melahirkan gereja baru?”.
Bersamaan dengan itu, lulusan Haggai Institute di Maui, Hawai, USA – Angkatan 434/435 tahun 2005 ini menawarkan semangat kerjanya, yaitu E CRIST:
E = Excellent. Bekerja dengan serius, bener dan mati – matian ( all out).
C = Committed. Apa yang dikatakan harus dikerjakan dengan sungguh – sungguh.
H = Humility. Merangkul gemba – gembala yang punya “potensi, kemampuan” dan bekerja bersama dengan kerendahan hati.
R = Responsibility. Setiap waktu berharga, setiap rupiah berharga. Untuk itu setiap program dikerjakan dengan tanggungjawab.
I = Integrity. Semua yang dikerjakan, dilakukan dengan ketulusan dan kejujuran.
S = Smart. Mengerjakan dengan cerdas program mana yang harus diutamakan karena sangat berdampak. “Kita juga akan menyediakan ruangan untuk membuat strategi – strategi. Dari ruangan itu kita berdiskusi melahirkan ide – ide terbaik untuk mendorong program – program utama berjalan,”
T = trustworthy. Menjadi bisa dipercaya dan diandalkan.
“Spirit ini akan mendukung, berdampingan serta berjalan bersama dengan spirit SEHATI. Dan ini spirit alkitabiah, sangat bagus dan saya percaya sangat memberkati, Amin,” tutup Sarjana Kimia FMIPA di UI – lulus tahun 1986.