Salatiga – Pentingnya keluarga, menjadi inti sambutan dari Sekretaris Umum (Sekum) Gereja Kristen Jawa (GKJ), Pdt. Sundoyo dalam Puncak Perayaan HUT Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) ke-90 disiarkan secara virtual Rabu (17/2/2021).
Pentingnya keluarga, kata Pdt. Sundoyo karena menjadi topangan pemeliharaan iman dan pewartaan kasih yang paling esensial. Lewat itu, seseorang akan memiliki kemampuan melewati banyak hal termasuk di masa pandemi ini.
“Hidup beriman di tengah-tengah keluarga menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita pelihara. Sikap hidup kekeluargaan ternyata hal yang sangat penting dan menjadi dasar pondasi di mana kita akan terus melewati banyak waktu, zaman, melihat dan merasakan kemurahan Tuhan. Sehingga kita terus berkarya melewati keadaan,”tegasnya.

Kehadiran GKJ di ladang pelayanan selama 90 tahun, menurut penilaiannya dan patut disyukuri karena telah banyak pendeta jemaat ataupun warga GKJ yang aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Biarlah hal ini mengingatkan kita untuk terus bersyukur akan kebersamaan dan terus menjaga kebersamaan,” tuturnya.
Pelayan firman Tuhan, oleh Pdt. Dr. TM. Ebenheser Lalenoh, lebih melihat pada momentum saat ini, di mana umat Kristiani tidak lama lagi akan merayakan Paskah. Untuk itu, umat dapat menghayati secara benar dan lebih taat serta rendah hati mengikuti masa pra Paskah yang dimulai dengan Rabu Abu.
“Ketersembunyian adalah bentuk penyangkalan diri agar dengan demikian kesalehan terpelihara sebagai urusan paling privasi dengan Allah dan bukan soal pengakuan orang lain. Kesalehan bukan lagi kesalehan ketika ditentukan pengakuan orang. Ketersembunyian juga bermakna kenosis sebagai jalan transformasi diri,”terangnya.
Pdt. Dr. TM. Ebenheser Lalenoh, menuturkan, mengikuti Rabu Abu, mendorong umat untuk berkenosis (mengosongkan diri dan menerima kehendak Allah). Ini merupakan makna terdalam dari Rabu Abu. “Peribadatan dan segala hal praktik hidup agamawi bukanlah semacam praktek bisnis untuk hitung-hitungan keuntungan. Peribadatan dan praktik agamawi adalah untuk kualitas hidup yang lebih baik,”tuturnya.
Selain itu, masalah pandemi tidak luput dibahas Pdt. Dr. TM. Ebenheser Lalenoh, sebab lewat adanya pandemi ini telah memberikan banyak pelajaran, dalam hal beragama, seperti beribadah tanpa harus berkumpul atau bertemu.
“Pandemi telah menolong kita memahami dan memaknai persekutuan yang bukan sekedar perjumpaan fisik, namun perjumpaan hati dan batin dalam spirit solidaritas,”ungkapnya.
Peringatan HUT GKJ ke-90 ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh Sekum GKJ Pdt. Sundoyo dan ucapan selamat HUT dari para pegawai kantor Sinode GKJ.