SENTUL SELATAN – Rabu (07/3/2019) belasan ribu orang dengan menumpang mobil maupun bus nampak mendatangi SICC. Jika diperhatikan dengan seksama, dari belasan ribu itu kebanyakan yang hadir adalah anak-anak muda. Mereka nampak antusias berjalan secara bergerombol masuk ke dalam hall utama SICC.
Ada apa? siang itu SICC menjadi tempat (pusat) kegerakan doa bagi bangsa, bertajuk “DAMAILAH INDONESIAKU”. Acara ini terselenggara berkat kerjasama GBI Jl. Gatot Subroto yang digembalakan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dengan My Home, Jaringan Doa Nasional (JDN), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII), Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI), Persekutuan Gereja-gereja Baptis Indonesia (PBI), Bala Keselamatan, Gereja Ortodoks Indonesia (GOI), Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK), Konfrensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Transform Connection Indonesia (TCI).
Secara garis besar, acara ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama pukul 13.00-17.00 dan sesi kedua pukul 17.00-19.00. Khusus sesi yang kedua, acara juga diadakan secara live streaming di 555 kota/kabupaten dan mancanegara.
Seperti pada sesi pertama, ruang utama SICC seakan tidak mampu menampung luapan anak-anak muda yang hadir. Mereka sampai harus berdiri di lorong maupun tangga. Padahal jika dilihat, SICC memiliki kapasitas sekitar 12 ribu kursi.
Semangat para anak muda sangat berapi-api. Sejak dimulai pukul 13.00, dengan berbondong-bondong mereka maju dan berdiri di pelataran panggung. Merekapun dengan semangat memuji dan menyembah Tuhan tanpa henti.
Beragam ekspresi penyembahan pun terlihat dari para anak muda, ada yang berbahasa roh, menangis, berteriak hingga tertawa karena lawatan Tuhan. Siang itu anak-anak muda juga mendengarkan seruan dari para pemimpin gereja yang terdiri dari kalangan muda diantaranya Yerry Pattisarani, Yohanes Nahuway, Joshua Ginting, Billy Nyotorahardjo dan lain-lain.
Sedangkan untuk pemusik, dipimpin secara bergantian oleh tim musik dari berbagai gereja.
Hari itu anak-anak muda berkomitmen untuk hidup dalam kekudusan, hidup dalam kasih Kristus dan bertobat serta tidak lagi berkompromi dengan dosa. Mereka diajak berjanji untuk berperan aktif dan menjadi jawaban bagi lingkungan, komunitas, generasi dan bangsa Indonesia.
Seperti seorang pegiat anti narkoba, Yerry Pattisarani. Dalam seruannya, mengajak anak-anak muda untuk berdoa bagi bangsa Indonesia agar terbebas dari narkoba. Dan juga mengajak anak-anak muda untuk menjadi agen perubahan bagi generasi. “Bangsa ini sedang ‘menangis’. Setiap hari 30-50 orang meninggal karena narkoba. Maka itu jangan heran, 10% kematian orang di dunia karena narkoba berasal dari Indonesia. Dan lebih mengagetkan lagi, 24% pengguna narkoba adalah pelajar. Mari anak-anak muda taruh Indonesia di dalam hati kita. Hari ini kita disiapkan untuk membawa generasi!,” serunya.
Sementara itu di sela-sela pujian penyembahan, tampil Pdt. Kristin Faraknimella mengajak anak-anak muda berkomitmen mengampuni kesalahan kedua orang tua masing-masing (ayah dan ibu). “Sekarang anak muda mari angkat tangan. Komitmen kepada Tuhan untuk mau memaafkan kesalahan orang tua. Angkat tanganmu! Bagi kalian yang tidak mengangkat tangan, doakan teman-teman yang ada di kiri dan kananmu. Doakan mereka agar mengalami kelepasan,” serunya.
“Sore ini aku mewakili papa dan mamamu yang menyakiti hatimu, izinkan aku berkata ‘nak, maafkan mama ya nak, ampuni papa ya nak yang telah mengecewakan hatimu. Mama selalu membanding-bandingkan kamu. Ampuni mama, ampuni papa ya nak!,” kata Pdt. Kristin Faraknimella ketika memimpin doa.
Istri dari Pdt. Pieter Faraknimella ini juga mendoakan anak muda yang terikat dosa seperti dosa pronografi, LGBT, narkoba, rokok dan lain-lain. Dan juga mengajak anak-anak muda benar-benar bertobat dan berkomitmen untuk tidak lagi ada di dalam dosa. “Angkat tanganmu tinggi-tinggi, bilang saya mau bertobat Tuhan. Ampuni saya Tuhan,” seru Pdt. Kristin memimpin doa pertobatan. “Angkat tangan tinggi-tinggi dan bilang ‘pakai aku Tuhan, pakai aku Tuhan untuk tuai jiwa-jiwa’,” sambung Pdt. Kristin.
Usai doa pertobatan, acara terus berlangsung dengan puji-pujian dan penyembahan hingga pukul 17.00. Dari pantauan MITRA INDONESIA, anak-anak muda yang ikut nampak begitu antusias dan seakan tidak memiliki rasa lelah berdiri selama berjam-jam sambil memuji dan menyembah Tuhan
Para pimpinan Aras gereja berdoa bersama
Pukul 17.00 WIB para pimpinan Aras dan Tokoh gereja sudah menduduki kursi VVIP di dalam SICC. Nampak yang hadir, Sekum PGI Pdt Gomar Gultom, M.Th, Ketum PGLII Pdt DR Ronny Mandang, M.Th, Sekum PGPI Pdt Dr Hadi Prayitno, M.Th, Ketua PGPI Pdt Mulyadi Sulaeman, MY HOME Indonesia Pdt. Pieter Faraknimella, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) Romo Mikael, Ketua TCI Dr Iman Santoso, Majelis Pertimbangan PGLII Pdt Nus Reimas, Pimpinan GOI Rm Daniel Bambang, Fasilitator Nasional JDN Charles Yonan, Lumbung Yusuf Indonesia Pdt. Rachmat Manullang, dan masih banyak lagi.
Koordinator Damailah Indonesiaku Daniel Pandji dalam sambutannya menegaskan acara ini bukan untuk ajang berkampanye melainkan untuk berdoa agar Tuhan melawat Indonesia. Ia bersyukur dihadiri belasan ribu umat sekaligus dapat diselenggarakan secara bersama-sama di ratusan kota di Indonesia dan mancanegara. “Saya percaya hari ini bukan hanya akan memperoleh rekor yang akan tercatat dalam sejarah, tapi saya yakin sorga akan terbuka untuk Indonesia dan Indonesia akna mengalami lawatan Tuhan yang dahsyat. Mari damailah Indonesiaku, damai dengan diri kita dan damai dengan sesama,” katanya.
Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dalam sambutannya menceritakan latar belakang acara doa Damailah Indonesiaku. “Saya ingat tanggal 21 Januari saya bertemu pak Daniel Pandji, Charles Jonan, Imam Santoso. Kita bincang-bincang mengenai tahun politik ini, apa yang harus dilakukan? Yang pasti berdoa. Tapi di mana doanya?,” katanya mengawali kesaksiannya.
Usai perbincangan tersebut, Tuhan mempertegas maksud dan tujuan-Nya melalui Yanira yaitu seseorang dari International Prayer Council, Amerika Selatan yang tinggal di Amerika Serikat. “Ketika bertemu, dia bercerita semalam dirinya bermimpi melihat Indonesia dari sebuah menara kaca yang indah. Tapi disaat sedang menikmati keindangan Indonesia, tiba-tiba dia melihat ada awan gelap dan gelombang besar yang siap menerpa Indonesia. Kemudian dia melihat ke kanan, dan melihat Cindy Jacob sedang berada di atas gunung dan duduk di bangku berwarna hijau sambil merenung kebaikan Tuhan untuk Indonesia. Kemudian Cindy Jacob datang kepada Yanira dan berkata ‘peran dan tugas Indonesia adalah untuk akhir zaman. Kamu lihat awan gelap dan gelombang besar? Itu akan berhenti jika ada kesatuan hati’,” kata Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo menceritakan isi perbicangan dengan Yanira.
Dari apa yang diceritakan Yanira, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo semakin tahu apa yang diinginkan Tuhan yaitu harus mengumpulkan orang-orang khususnya anak muda untuk berdoa bersama untuk bangsa. “Kesatuan hati berarti ada unity diantara gereja-gereja. Tuhan juga dengan jelas berkata ‘kamu (saya) panggil anak-anak muda untuk berdoa’,” katanya.
Usai sambutan-sambutan, para pimpinan Aras Gereja secara bergantian berdoa syafaat bagi bangsa di segala lini, mulai dari kedamaian untuk Indonesia, kemakmuran bagi Indonesia hingga untuk penyelenggaraan Pilpres tanggal 17 April.
Usai berdoa, para pimpinan gereja/Aras berkumpul dan bersama-sama bergandengan tangan sambil mengucapkan deklarasi Damailah Indonesiaku yang dipimpin Pdt. Nuas Reimas.
Deklarasi lahirnya gerakan Yeremia
Di sela-sela sambutannya, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo bercerita bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki Pentakosta yang ke 3 yaitu pencurahan roh kudus secara besar-besaran dan yang terakhir. Ia pun meminta umat untuk mengimani itu dan hidup di dalam kebenaran Tuhan. “Pentakosta ke 3 ini akan menyebar ke seluruh dunia. Ini yang dilihat para nabi. Dan itu dimulai dengan kegerakan anak-anak muda di Indonesia. Indonesia bagi bangsa-bangsa!,” serunya.
Lebih jauh, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo berkata, dirinya mendapatkan pesan Tuhan bahwa hari ini akan muncul generasi muda yang disebut generasi Yeremia, yaitu generasi muda yang akan dipakai Tuhan secara luar biasa dan berkobar dalam api Roh Kudus. Untuk itulah kenapa anak-anak muda sengaja dikumpulkan yaitu untuk berdoa.
Dari apa yang dilihatnya sejak siang hingga malam, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo yakin apa yang Tuhan katakan kepadanya selama ini, bukan omong kosong belaka. Sebab, dengan mata kepalanya ia melihat anak-anak muda berdoa, memuji dan menyembah Tuhan terus menerus. “Saya melihat anak-anak muda berkumpul di sini. Mereka berdoa dan menyembah Tuhan. Mana anak-anak muda, lambaikan tangan kalian dan katakan ‘wooooooo…..’,” kata Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dan disambut jawaban “wooooo…….” oleh belasan ribu anak muda yang hadir.
Sekaligus pada kesempatan itu, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo mendeklarasikan bahwa tanggal 7 Maret 2019 adalah hari dimulainya kegerakan generasi Yeremia. “Tuhan berkata, generasi Yeremia muncul harus diawali dengan doa. Kalau engkau sudah melihat itu, engkau harus tahu bahwa hari ini adalah hari dimulainya kegerakan generasi Yeremia,” seru Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahadjo sambil mengajak anak-anak muda mengangkat tangan dan menyanyikan lagu yang diciptakan Pdt. Kristina Faraknimella, “Utuslah Aku” yang sedikit baitnya berkata. “Ini aku Tuhan, utuslah aku, sampai generasiku diselamatkan…….”
Acara “DAMAILAH INDONESIAKU”, ditutup dengan doa syafaat dan berkat, dinaikkan oleh Sekretaris Umum GBI, Pdt. Paul R Widjaja. (NW)
Generasi Yeremia bukan hanya dilihat pada usia mudanya, tapi tanggung jawab para pemimpin Gereja menyiapkan kedewasaan rohani untuk misi bagi bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa. Pengajaran yang sehat dan Alkitabiah harus kembali kepada sumber di Timur, bukan dari ‘Barat’. Pengajaran para Rasul dan api Pentakosta saat lahirnya Gereja di loteng Yerusalem(dari Timur) dikembalikan jadi dasar dan fondasi.
Sangat setuju dengan Pak Yefta Chris Ghazali.
Saya berdoa agar ada kesiapan dan kepekaan Kita sebagai gereja dan hamba -hamba Tuhan ketika menuai Gerakan Generasi Yeremia yang Tuhan kirim dengan caraNya yang ajaib sehingga tidak terlewatkan karena terlambat merespon . Terimakasih ????
Sangat setuju dengan Pak Yefta Chris Ghazali.
Saya berdoa agar ada kesiapan dan kepekaan Kita sebagai gereja dan hamba -hamba Tuhan ketika menuai Gerakan Generasi Yeremia yang Tuhan kirim dengan caraNya yang ajaib sehingga tidak terlewatkan karena terlambat merespon . Terimakasih ????