JAKARTA – Presiden Jokowi beberapa waktu lalu menekankan agar masyarakat siap menghadapi era new normal. Era new normal yaitu berdamai dengan Covid-19.
Selama kurang lebih 3 bulan ini gereja yang telah “mengalihkan” ibadahnya secara online diminta bersiap diri untuk menyambut new normal.
Victorious Family (Vifa) – GBI Vifa Ministries yang digembalakan Pdt. DR. Abraham Conrad Supit menggelar webinar dengan tema “Sikap dan langkah gereja dalam new normal” Rabu (17/6/2020). Adapun para pembicara, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, Ketua Umum PGLII Pdt. Ronny Mandang, Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial KWI Romo Antonius Steven, Ketua Harian PGPI Pdt. Jason Balumpapoeng, Ketua Umum PGPI-P Pdt. DR. Sherlina Kawilarang, Ketua Umum BPH GBI Pdt. DR. Rubin Adi Abraham dan Sonny Wuisan sebagai moderator.
Baca juga : Pdt. DR. Abraham Conrad Supit Merilis Media Online Vifamedia
Pdt. Gomar Gultom dalam pemaparannya mengatakan saat ini masih banyak pimpinan gereja yang melihat ibadah online sebagai sebuah ancaman untuk kehidupan gerejawi. Alasannya, hilangnya esensi persektuan. “Selama ini ada kegamangan di lingkungan gereja. Layanan online dinilai akan menggerus nilai persekutuan yang bertumpu pada perjumpaan badan (fisik). Gereja identik dengan persekutuan dan persekutuan itu identik dengan pertemuan ragawi,” ungkap Pdt. Gomar.
Dunia digital, lanjut Pdt. Gomar memang sedang menjungkirbalikkan persekutuan ragawi. Sama halnya dengan dunia bisnis yang telah terdistrupsi oleh dunia digital. Namun yang patut menjadi catatan adalah dunia digital membuka peluang bagi gereja untuk bisa lebih lagi melebarkan pelayanannya.
Pdt. Gomar menjelaskan gereja mau tidak mau harus melek teknologi untuk melayani umat. “Gereja disadarkan bahwa pandemi menyadarkan bahwa dunia digital menjadi basis pelayanan gereja saat ini. Pandemi ini juga mengajarkan kita melakoni hidup dengan menanggalkan segala aksesoris formalistik,” tuturnya.
Pdt. Ronny Mandang mengungkapkan di era new normal, kehidupan gereja akan berubah drastis. Media akan menjadi basis utama gereja dalam melayani umat. Meskipun bukan berarti umat tidak perlu lagi hadir ke gereja untuk beribadah. “Gereja jangan sampai melupakan tugasnya untuk membangun iman jemaat,” katanya.
Pendeta yang mengembalakan GKRI Karmel ini mengatakan diperlukan edukasi dari gereja kepada jemaat tentang new normal agar tidak menimbulkan salah persepsi. Gereja pun harus bijak dan jangan terburu-buru mengadakan ibadah agar tidak menjadi cluster baru persebaran Covid-19. “Persoalan kita bukan bisa beribadah tapi bagaimana merubah nilai-nilai ibadah yang sudah puluhan tahun. Duduk harus berjarak minimal 1 meter, tidak ada jabat tangan dan lain-lain,” tegasnya.
Sementara itu, Pdt. Rubin Adi melihat akan ada 5 mega tren pergeseran dalam kehidupan bergereja yaitu soal esensi ibadah, tempat ibadah, relasi ibadah, sarana ibadah dan pelayan ibadah. “Saya melihat pandemi ini telah menimbulkan gangguan bagi gereja. ibaratnya gereja mengalami gempa 10 skala richter. Untuk itu orang Kristen harus cepat tanggap mengantisipasi perubadan di era new normal,” paparnya.
Pdt. Rubin berpesan agar gereja mau tidak mau harus siap dengan perubahan ini. Gereja harus mampu menggunakan dunia digital lebih bijak untuk menjangkau banyak jiwa. Gereja juga harus menggalakkan keluarga untuk membangun mezbah keluarga setiap hari.
Intinya, para pimpinan umat Kristen sepakat bahwa di era new normal nanti akan banyak terjadi perubahan dalam kehidupan gerejawi. Gereja harus melek teknologi agar mampu beradaptasi dan gereja harus merumuskan langkah strategis apa yang harus dilakukan agar umatnya tetap dapat terlayani dengan baik. (NW)