Moderator Wicaksono Sarosa memandu para pembicara yang hadir. Sementara beberapa pembicara lainnya hadir secara daring. (Foto: tangkapan layar)

Jakarta – Ajaran Katolik-Kristen secara aktif mengajarkan umat untuk ikut terlibat dalam pembangunan sebuah bangsa. Hal tersebut dikemukakan Romo Heri Wibowo (Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI).

Romo Heri mengatakan antara ajaran Katolik dan pembangunan Indonesia memiliki kerterkaitan yang sangat erat. Yesus memiliki prinsip “no one left behind”, artinya dalam pengajarannya Yesus menginginkan semua pengikutnya sama-sama maju.

“Dia tidak ingin meninggalkan umat sedikit pun. Seperti cerita Yesus menyembuhkan orang di kolam Betesda. Yesus yang mengetahui orang tersebut langsung membantu dan mengadakan mukjizat. Ini menandakan Yesus ingin menyelamatkan semua, terutama yang tertindih,” katanya dalam webinar “Keberagamaan Beragama untuk Pembangunan Berkelanjutan”, Rabu (16/6/2021).

Dalam ajaran Katolik, lanjut Romo Heri selalu mengajarkan untuk berbela rasa baik melalui dialog maupun kerjasama dengan berbagai pihak. Ini merupakan program dari Keuskupuan yang turun sampai ke tingkat paroki.

Dirinya kemudian mengutip perkataan Paus Fransiskus dalam sidang umum PBB tahun 2015. Menurut Paus langkah terbaik dan paling sederhana untuk mengimplementasikan tujuan SDG (Sustainable Development Goals) adalah melalui akses yang efektif, praktis dan segera untuk lingkungan yang sehat, pendidikan, kebebesan beragama dan spirtitual serta lain-lain.

BACA JUGA  PGI Kecam Pembubaran Ibadah GPdI di Kabupaten Indragiri Hilir

“Jadi namanya pembangunan itu membangun, yang baik semakin baik dan yang rusak diperbaiki. Pembangunan untuk manusia, bukan manusia untuk pembangunan. Karena ketika pembangunan untuk manusia maka tidak ada seorang pun yang akan ditinggalkan,” jelasnya.

Romo Heri menjelaskan negara dan lembaga agama perlu bersingeri dalam membangun manusia. Misalnya, domain fisik dan mental adalah ranah negara. Sedangkan domain rohani, spiritual, iman serta moral adalah ranah lembaga agama.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI, Pdt. Jimmy Sormin memulai pemaparannya dengan menjelaskan arti dari kata “Shalom.” Menurutnya, “Shalom” yang memiliki arti damai sejahtera sudah seharusnya menjadi kebutuhan semua umat manusia.

Artinya, Pdt. Jimmy mengajak umat untuk bisa menjadi berkat (terang dan garam) bagi orang-orang disekitar. Sehingga semua bisa merasakan sukacita dan syukur.

Pdt. Jimmy mengatakan para pengikut Kristus adalah orang-orang yang mau bersahabat dan berkolaborasi dengan siapapun. Jadi ketika ada seseorang Kristen yang tidak bisa beradaptasi dan berkolaborasi, mereka sedang melemahkan citra Kristus.

BACA JUGA  Mahasiswa Katolik Agen Perubahan Membangun Kesadaran Diri Sesuai Spritualitas Laudato Si

“Olehnya Yesus sendiri dalam pelayanan-pelayananya, Dia selain berkhotbah, Dia juga membina dan menyembuhkan siapapun. Maka itu di mana pun ada misi kristen, di situ ada gereja dan sekolah, hingga faskes atau rumah sakit,” ungkapnya.

PGI sendiri, kata Pdt. Jimmy mengadaptasi prinsip-prinsip dari SDGs yang diimplementasikan melalui diskusi teologis maupun program kerja.

Webinar hasil kerjasama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik (PPN) Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan beberapa pihak ini juga menghadirkan narasumber lain. Seperti, perwakilan lembaga keumatan dari NU, Muhammadiyah, Permabudhi, PHDI, Matakin dan Walubi.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
1
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini