Jakarta – Offside Adalah sebuah istilah yang akrab kita kenal dalam aturan sepakbola. Walaupun dalam sejarahnya justru hal ini diadopsi dari dunia militer. Hal ini tentu kita temukan bila kita mempelajari “bagaimana asal – usul dan sejarah peraturan offside diterapkan dalam dunia sepak bola”
Apakah istilah ini dapat kita terapkan dalam dunia lainnya, misalnya dalam organisasi – organisasi kemasyarakatan, yang didalamnya juga ada permainan dimana “goalnya” yaitu mencari pemimpin. Kita tahu dalam sebuah organisasi tentu ada dibuat aturan dan peraturan, hal itu dikenal dengan sebutan #ad / #art..
Bagaimana “KITA” menyikapi kalau dalam organisasi gereja juga melihat adanya permainan dari beberapa oknum, yang goalnya adalah ingin jadi pemimpin kedepanya tetapi kita melihat, ibarat dalam sebuah pertandingan sepak bola hal ini dikategorikan OFFSIDE?
Pada hal organisasi Gereja yang seharusnya para pengurusnya adalah mereka – mereka yang disebut Pendeta dengan sederetan gelar akademis yang menempel tentu sangat paham tentang aturan dan peraturan, sebab mereka adalah pelaku dan pemberita injil yang tentunya mereka juga adalah pelaku dari apa yang mereka beritakan.
Kalau hal itu diterapkan tentunya tidak akan terjadi apa yang disebut dengan istilah offside. Hal diatas adalah merupakan apa yang saya perhatikan hari – hari ini terjadi di GPdI, dimana beberapa pemimpin pusat dan daerah sudah berani degan terang – terangan mendeklarasikan diri sebagai calon pemimpin kedepan baik dipusat dan daerah melalui forum resmi, yaitu, melalui kegiatan Majeĺis Daerah dan Wilayah (MD-MW). Dimana forum ini yang semesti hanya digunakan sebagai wadah yang sudah diatur mekanismenya dan perlu juga diketahui bahwa, bursa pencalonan juga sudah ada mekanismenya, yaitu lewat seleksi yang dikenal dengan team, yang nantinya akan dilantik lebih dahulu.
Dari pembahasan itu menimbulkan pertanyaan. Pertama, bagaimana sikap organisasi sendiri yang sudah punya aturan main melihat adanya permaianan “offside”?
Kedua, Apa sangsi yang diatur buat para pelanggar offside? (kalau dalam sepak bola dianulir, kalau dalam dunia partai politik calon pemimpin yang mau memimpin dipemerintahan baik ditingkat mana pun maka sebagai konsekwensinya adalah mengundurkan diri dulu.
Ketiga, bagaimana mungkin GPdI yang punya acara akbar (1 Abad di Bali ) tapi dalam melaksanakan hal tersebut selain kita berjuang melawan penyebaran Covid-19 para pengurus juga sebagian menjadikan ini moment berkompetisi? Bukan hal ini sama saja kita berhianat kepada institusi di mana kita didalamnya ?Apakah kita mau mengatur organisasi ke depan atau kita tunduk pada mekanisme organisasi dimana kita ada didalamnya?
Mari awali tahun baru dengan langkah yang dibaharui Firman Tuhan agar tidak terlihat Offside.
*Pdt. Ferry Tumpal P. Hutabarat Penulis adalah pengurs KP4 GPdI Jogjakarta dan juga melayani di GPdI Air Hidup, Jl. Raya Brosot (Depan Terminal Kulon Progo) Jogjakarta.
Tulisan ini kiriman dari pembaca tabloidmitra.com, isi dari tulisan di luar tanggungjawab redaksi.