JAKARTA – Kabid dan Siebid Media Badan Pengurus Daerah (BPD) Gereja Bethel Indonesia menyelenggarakan pelatihan media, Jumat (20 Sept 2024) pukul 10.00 – 12.00 wib di lantai 3 Kantor BPD GBI DKI Jakarta.
Pembicara yang dihadirkan oleh Petrus Soeganda, sebagai Kepala Bidang dan Sie Media BPD GBI DKI, Jakarta, adalah seorang praktisi dunia media, dan sebagai pimpinan salah satu media yang sangat dikenal di lingkungan Kristiani, tabloidmitra.com.
Di depan Kabid dan Siebid Media BPD DKI Jakarta GBI serta perwakilan – perwakilan daerah, di antaranya Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat, pembicara N.B. Suratinoyo, mengatakan judul yang disampaikan, adalah “Menjadi Wartawan”.
N.B. Suratinoyo mengungkapkan profile dirinya terlebih dahulu, di mana telah memulai perjalanan sebagai wartawan hampir 30 tahun. Dimulai dari wartawan tabloid Victorious (media besutan DR. Abraham C Supit), Majalah Berita Dari Slipi (media di lingkungan salah satu partai–besutan Oke S), Majalah Suara Kristiani (media besutan Ketua Umum PGI, Pdt. Natan Setiabudi), Tabloid MITRA BANGSA (media besutan Jaringan Doa Nasional) dan wartawan di Tabloid MITRA INDONESIA (besutan Alm. Erwin Pohe dan Alm. Ivone Tawang), serta hari ini ada di media online tabloidmitra.com sebagai pemimpin redaksi.
Filipi 4 : 8 “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” dijadikan landasan, N.B. Suratinoyo untuk memulai pembahasan menjadi seorang wartawan.
N.B. Suratinoyo menjelaskan menjadi wartawan, Jurnalis atau Reporter dalam menulis harus berpegang kuat pada pertanyaan – pertanyaan yang ada di dalam Unsur 5W1H yaitu What (Apa), Who (Siapa), Why (Mengapa), When (Kapan), Where (Dimana), dan How (Bagaimana).
“Daripada kita sulit, atau kalau kita ingin menjadi seorang patriot, ya, kita Indonesia kan saja. 5W1H bila di Indonesia kan, 3A3M: Apa; si-Apa; meng-Apa; bila-Mana (Kapan); di-Mana; dan bagai-Mana,”.
Diterangkan, N.B. Suratinoyo, pertanyaan – pertanyaan yang ada di dalam unsur 5W1H menjadi metode wartawan mendapatkan informasi secara lengkap dan mendetail untuk menyusun sebuah teks berita yang memudahkan pembaca memahami suatu peristiwa atau kejadian. Semisal,
What (Apa) “Apa masalah/peristiwa yang terjadi?” Seorang Wartawan harus mengerti peristiwa, isu, atau topik yang sedang viral.
Who (Siapa) “Siapa yang terlibat dalam masalah/peristiwa tersebut?” Wartawan harus memberikan informasi keterlibatan seseorang atau lembaga dalam satu peristiwa atau siapa subjek utama dalam tulisan.
Why (Mengapa) “Mengapa peristiwa itu bisa terjadi?” Wartawan mesti mampu mengungkap latarbelakang peristiwa atau tindakan, termasuk mengapa dan apa penyebabnya, atau motivasinya.
When (Kapan) “Kapan masalah/peristiwa itu terjadi?” Wartawan harus menulis waktu terjadinya peristiwa, termasuk konteks cerita, tanggal, hari, atau jam.
Where (Dimana) “Dimana tempat terjadinya masalah/peristiwa tersebut?” Wartawan dalam menulis harus memperjelas lokasi, tempat peristiwa terjadi.
How (Bagaimana) “Bagaimana masalah/peristiwa itu dapat terjadi?” Wartawan dalam menulis harus disertai/diungkap terjadinya peristiwa atau prosesnya.
“Selain kita berada di unsur – unsur 5W1H, kita juga harus dalam koridor UU PERS No 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalis yang diatur dewan pers. Seorang wartawan itu harus mampu untuk menyajikan berita yang seimbang, tanpa berpihak, tanpa memasukkan opini, apalagi untuk menyerang dan memfitnah,”
N.B. Suratinoyo juga menjabarkan untuk sebuah tulisan, pertama, judul. “Judul juga harus mampu menarik perhatian pembaca. Juga judul menjadi “cermin” dari isi berita,”katanya dan mengungkapkan bagaimana ia memberi judul satu berita di lingkungan Gereja sampai membuat “geger” pembaca.
Kedua, Pembuka Berita. “Lead berada setelah judul. Bila wartawan menulis menggunakan lead maka mampu menjawab pertanyaan 5W1H agar pembaca langsung mendapatkan informasi tentang peristiwa yang dibahas,”.
Menurut N.B. Suratinoto, lead banyak digunakan dalam penulisan analisa atau opini. Tetapi hari – hari ini kebanyakan berita yang “disajikan” adalah berita informasi pendek yang lebih banyak tidak menggunakan lead,”.
Ketiga, tubuh teks). “Isinya seluruh informasi tentang peristiwa atau topik yang ditulis menjadi berita. Ditulis mengikuti unsur – unsur 5W1H, dengan dimulai paragraf pertama dalam tubuh tulisan berisi poin-poin utama Sampai penutup.
Keempat, kutipan. “Teks tulisan yang menyadur ucapan dari narasumber. Kutipan digunakan untuk mempertegas bahwa berita yang ditulis telah melewati wawancara dari narasumber yang ditulis. Artinya tulisan yang diberitakan bukan hasil karangan, atau opini,”.
Kelima, Penutup (Closing). “Isinya tulisan penutup dari tulisan yang diberitakan,”.
Selain itu, N.B. Suratinoyo juga menjabarkan tentang penulisan yang banyak digunakan oleh wartawan yaitu tulisan bentuk “piramida terbalik”, yang dijelaskannya menggunakan gambar piramida terbalik dan utuh.
Peserta yang ikut bahkan diberikan waktu untuk dapat langsung bertanya. Dan jawaban – jawaban yang diberikan oleh N.B. Suratinoyo memperkuat materinya dengan kesaksian pengalaman menjadi wartawan baik menulis ataupun saat berada di lapangan bertugas.
Petrus Soeganda menuturkan, pelatihan ini sangat bermanfaat memperlengkapi timnya untuk semakin bisa, paham dan mahir dalam meliput dan menulis berita. “Dengan pengalaman beliau yang di bidang jurnalistik, banyak ilmu yang dibagikan dan juga pengalaman berharga yang diberikan kepada kami bidang media BPD sebagai bekal,”.
Petrus Soeganda mengucapkan terima kasih kepada Ketua BPD DKI Jakarta GBI Pdt. Kiky Tjahjadi dan Ketua Bidang III Pdt. Tan Harry Tjiputra (Isang) yang sudah memberikan kesempatan kepada timnya untuk upgrade skill. “Kiranya pelayanan ini bisa berkembang kedepannya. Tuhan Yesus Memberkati,”.