Jakarta – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) telah genap berusia 71 tahun pada 25 Mei 2021. Dalam rangka hari ulang tahun itu, PGI menyelenggarkan syukuran bersama sejumlah pimpinan gereja di lantai 3, Grha Oikoumene, Jakarta. Ibadah syukur itu dilakukan dalam balutan kesederhanaan sekaligus mengikuti peraturan pemerintah untuk tidak berkerumun di masa pandemi Covid19.
Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, mengatakan, bersyukur meski di tengah situasi sulit yang tengah terjadi karena berkat Tuhan tetap ada dan sangat luar biasa. “Di balik hujan ada pelangi, dan di balik berbagai kesulitah tetap ada kebaikan yang dirasakan oleh gereja-gereja di Indonesia. Sebab itu kita harus yakin suatu saat akan keluar dari kesulitan ini.”
Pdt. Gomar Gultom juga meminta seluruh gereja untuk bersegera melaksanakan tugas yang telah diberikan sesuai amanat Sidang Raya. “Berbagai hal yang terjadi di negara ini, seperti kemiskinan, perusakan hutan, bencana alam, konflik, bahkan pandemi, tidak bisa kita abaikan, karena itu juga sebagai tugas dan tanggungjawab gerejagereja di Indonesia untuk ikut berperan menyelesaikan berbagai persoalan itu,” ujarnya.
Sementara dalam ibadah syukur yang dipimpin oleh Pdt. Arliyanus Larosa, M.Th diingatkan untuk pentingnya mengucap syukur. Dengan mengucap syukur, memunculkan kesadaran yang lebih luas akan anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan, termasuk dalam tugas dan pelayanan yang telah diberikan. “Mari kita terus memelihara dan belajar untuk selalu bersyukur atas segala situasi yang boleh kita alami, termasuk dalam masa sulit yang dialami di kantor PGI sekarang ini, gereja-gereja, juga jemaat harus mampu mengucap syukur,” katanya.
Puncak syukuran 71 tahun PGI dirayakan dengan Bernuasa Etnik yang mengusung tema “Bersama Menghadapi Bencana”yang dilaksanakan Selasa (25/5) melalui zoom dan youtube.
Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jaklevyn Fritz Manputty, dalam syukuran HUT PGI ke 71, yang dapat disaksikan dalam Kanal Youtube YAKOMA PGI, mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas perkenananya dapat merayakan HUT ke 71 PGI walau berada ditengah keprihatinan.
“Terkait dengan berbagai bencana yang terjadi disekitar kita. Itulah tantangan kontekstual yang masih terus menerus kita gumului terutama adanya Covid-19 yang masih terus menerus menguras energi kita untuk beradaptasi dengan seluruh dampak yang ditimbulkannya,”paparnya.
Sejauh ini PGI, kata Pdt. Jaklevyn Fritz Manputty, tetap konsisten mendorong gereja-gereja untuk sungguh-sungguh melakukan protokol Kesehatan secara ketat, serta berpartisipasi sepenuhnya dalam penyelenggaraan vaksinasi yang digelar, dikelolah dan diupayakan oleh pemerintah. “Belakangan ini berkembangnya varian baru Covid-19, menuntut kita untuk menaikan tingkat kewaspadaan,”pintanya.
Sepanjang tahun pelayanan ini, papar Pdt. Jaklevyn Fritz Manputty, warga bangsa Indonesia (Gereja) juga dikejutkan dengan bencana kemanusiaan lainnya, dalam bentuk pemboman dan pembunuhan yang terjadi diberbagai wilayah tanah air. Kasus pemboman di Makasar, serta rangkaian pembunuhan keji di Poso.
“Hal ini mengeaskan bagi kita bahwa sikap intoleransi, ektremisme yang melegalkan kekerasan masih saja memperoleh lahan yang subur berkembang di Indonesia. PGI telah berulangkali mendorong pemerintah, untuk antara lain menangani kelompok teroris MIT di Poso, hingga menjamin pemenuhan hak masyarakat di wilayah itu yang senantiasa hidup di dalam terror,”katanya.
Ucapan syukur HUT PGI ke 71 Bernuasa Etnik, ada Enik Papua dan NTT serta yang lainnya
Perkembangan situasi lainnya atau bencana terjadi di Papua, lanjut Pdt. Jaklevyn Fritz Manputty, Paskah pembunuhan Kabinda Papua, ini merupakan bencana lain yang cukup menyesahkan hati, mengingat rangkaian pembunuhan terjadi berulang-ulang seperti orkestra yang saling berbalas pantun antara kelompok-kelompok yang memilih pendekatan kekerasan sebagai jalan keluar.
Untuk itu, kata Sekum PGI ini, PGI menaruh perhatian serius dan melakukan berbagai pendekatan kepada pihak-pihak terkait untuk meminimalkan bertambahnya jumlah masyarakat kecil yang menjadi korban, serta meluasnya sebaran pengungsi dalam kondisi-kondisi yang memprihatinkan.
Refleksi dalam ungkapan syukur ini disampaikan oleh, Pdt. Merry Kolimon, dengan mengungkapkan dan mempertegas kehadiran pengikut Kristus di dunia ini. “ Para pengikut Kristus adalah orang yang hidup dengan memelihara teguh nilai-nilai kerajaan Allah, perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan,”
Masih katanya, melihat perjalanan gereja mula-mula, gereja terpanggil untuk mewujudnyatakan cinta kasih Kristus, kepada korban bencana dalam beragam bentuknya, baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan. “Pelayanan gereja dalam bencana itu mestinya tidak membeda-bedakan identitas suku, agama, etnis dan ikatan primordial lainnya, dalam konteks dunia kita saat ini,”terangnya.
Diakhir, Pdt. Merry Kolimon, berterima kasih atas bantuan dari Gereja-gereja anggota PGI yang telah memberikan bantuan untuk para korban bencana di NTT.
Usai refleksi, ada ucapan HUT PGI ke 71 dari berbagai Lembaga keumatan di Indonesia, diantaranya, Keuskupan Agung Jakarta, Iganatius Kardinal Suharyo, “Saya ingin mengucapkan selamat HUT PGI ke 71, terima kasih atas kerjasama yang baik, yang kita rawat dan kembangkan sampai hari ini. Semoga kita bersama-sama dapat saling membantu untuk mendampingi umat kita menjadi murid-murid Kristus yang semakin peduli dan semakin cinta tanah air,”katanya.
Ucapan lain datang dari Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin), Xs Budi S. Tanuwibowo. “Semoga PGI tetap setia pada visi misinya dan melayani umat untuk bersama-sama kita semua membangun bangsa Indonesia, yang adil Makmur dan sejahtera. Salam sehat untuk kita semua,”.
Begitupun dari umat Buddha yang disampaikan juga oleh Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Ir. Arief Harsono, MM, M.Pd. B. “Sesuai dengan tema HUT PGI ke 71 yaitu bersama menghadapi bencana, marilah kita jadikan semangat kebersamaan untuk mempererat persatuan gotong royong, bekerjasama dalam menghadapi segala bencana yang datang silih berganti. Semoga semua mahluk berbahagia, Tuhan memberkati,”.
Dari Muhammadiyah, disampaikan langsung oleh Sekretaris Umum, Abdul Mu’ti, “Pelaksanaan HUT ke 71 ini dilaksanakan di tengah- tengah dunia dan bangsa Indonesia menghadapi pandemi Covid-19, karena itu tema, Bersama Menghadapi Bencana, sangatlah tepat untuk menghadirkan Gereja-gereja sebagai bagian dari pelayanan yang membantu sesama, mengatasi berbagai macam musibah yang terjadi di tanah air kita. Semoga Tuhan memberkati,”.
Juga ucapan selamat HUT dari Ketua Umum Presidium Pusat Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (DMP-MLKI) Naen Soeryono.
Kepada media ini, beberapa Gereja anggota juga menyampaikan selamat HUT, diantaranya dari Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) dan Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW).
Ucapan selamat dari GKSI, disampaikan oleh Ketua Majelis Tinggi, Willem Frans Ansanay, “Selamat HUT PGI ke 71. Saya percaya keberadaan PGI di Indonesia, selain untuk mengyomi Gereja-gereja anggota yang di dalamnya ada umat Kristiani, juga untuk terlibat aktif menjaga Oikumene dan menjaga NKRI,” katanya.
Ditambahkannya, dengan usia PGI ke 71, membuktikan PGI telah melewati berbagai tantangan yang tidak mudah. “Untuk itu, kami GKSI akan terus bersama dengan PGI menjadi berkat dan menjadi terang buat dunia ini, lebih khusus buat Indonesia. GKSI juga secara terus menerus mendoakan, sekaligus mendukung gerak dan langkah PGI, dalam membangun Oikumene dan kerukunan antar agama untuk NKRI,”terangnya.
Ucapan selamat dari GKJW, disampaikan oleh Sekretaris Umum, Pdt. Budi Cahyono kepada media ini. “GKJW sangat bersyukur bahwa Tuhan masih berkenan menyertai kehidupan PGI, lembaga Okumenis tertua dan terbesar di Indonesia ini selama 71 tahun,”.
Lanjutnya, “Sampai di sini Tuhan menyertai” (Eben-haezer) merupakan kenangan indah bagi PGI, dimana GKJW ikut serta di dalamnya, bahwa Tuhan telah setia dalam menopang gerejaNya selama ini. “Itulah dasar kuat bagi iman dan pengharapan kita bahwa masa depan gerejaNya pun sedang ditata oleh Tuhan dengan baik,”.
GKJW, sebagai gereja urutan ke-11 dalam keanggotaan PGI, termasuk salah satu (dari 30 denominasi gereja) pendiri PGI ketika diadakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) tanggal 21-28 Mei 1950, untuk itu GKJW sangat mendukung gerak juang pelayanan PGI selama ini, dan selanjutnya, serta selalu mendoakan agar kiprah PGI di masa mendatang selalu mampu menebar damai sejahtera Tuhan di bumi Indonesia.
“Meski jumlah anggota PGI hanya sepertiga dari seluruh denominasi gereja yang ada di Indonesia, namun GKJW berharap bahwa PGI mampu “merangkul” segenap denominasi gereja yang ada agar keesaaan gereja di Indonesia semakin terwujud dengan baik sesuai kehendak Tuhan,”.