Kuliah Umum STT REM Menghadirkan KASAL TNI AL

JAKARTA – Sekolah Tinggi Rahmat Emmanuel (STT REM) menghadirkan Kepala Staf Ang­katan Laut (KASAL) Laksamana TNI Ade Supandi, SE., M.A.P dalam kuliah umum II dengan tema “Milenials Leadership” (Kepemimpinan dalam Generasi Milenial) yang diadakan di kam­pus STT REM, Jl. Pelepah Kuning III, Kelapa Gading Jakarta Utara, Jumat (02/2/2018).

Kuliah umum ini dihadiri Ket­ua STT REM, Dr. Ariasa H. Supit, M.Si., Wakil Ketua I STT REM Dr. Antonius Natan, M.Th., Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Pdt. Brigjen TNI (Purn) Drs. Har­santo Adi, M.Th., tokoh Kristiani, dosen pengajar, mahasiswa dan mahasiswi STT REM. Sebagai moderator acara ini adalah Johan Tumanduk, SH.,M.M., M.Pd.K (Direktur Eksekutif Conrad Supit Center) dan didampingi oleh Prof. Dr. Abraham Conrad Supit (Ketua yayasan Abraham Conrad Supit Center).

Dr. Ariasa H. Supit dalam kata sambutannya mengatakan bahwa Indonesia siap atau tidak siap akan bertemu dengan globalisasi pendi­dikan dan revolusi industri, dimana Indonesia perlu merubah tiga hal pandangannya. Pertama, global­isasi pendidikan. Indonesia sudah memasuki era digital ditandai den­gan Presiden memberntuk Badan Cyber Nasional, pendidikan harus ikut meningkatkannya juga. Kedua, meningkatkan kualitas dan keuni­kan strategi di bidang pendidikan. Ketiga, kita harus berani merubah struktur dan lembaganya.

BACA JUGA  Rakernas DPA GBI

Sementara itu, KASAL Laksa­mana TNI, Ade Supandi, SE., M.A.P mengungkapkan kepe­mimpinan militer yang tidak bisa lepas dari ranah kognitif, psikomotorik, dan attitude. “Kepe­mimpinan millenial tidak hanya berfungsi memberi nasihat, per­intah dan mandat pada bawahan tetapi bagaimana memberi visi, misi, keterbukaan dan tujuan organisasi secara jelas dan kom­prehensif serta mampu memo­tivasi. Sedangkan keberhasilan dalam mencapai tujuan dan tugas pokok dalam militer sangat ditentu­kan oleh leadership dari komandan,” jelasnya.

I a j u g a menjelaskan bahwa kepemimpinan tidak lepas dari tiga faktor pengetahuan, keterampilan dan karakter. Seseorang harus dibekali dengan pengetahuan teknologi agar mampu bersaing saat ini. “Dalam konsep trans­formasi pengetahuan, metode itu harus dipahami. Jika lebih mudah diterima dengan omongan, ya pakai omongan, kalau pakai per­buatan, ya dengan perbuatan atau contoh. Kalau keterampilan harus kita contohkan kepada anak-anak kita, karena banyak dari mereka yang dimanja akhirnya tidak bisa mandiri. Lalu karakter harus dibangun agar kita tidak kalah dalam persaingan global.” tegas pria lulusan Lemhanas PPSA angkatan ke-17 (2011).

BACA JUGA  Seminari Bethel Jakarta Jelaskan Kronologi 36 Mahasiswa Positif Covid-19

Ayah dari dua orang anak ini juga mengurai­kan azas kepe­mimpinan yang ada dalam TNI yaitu Taqwa, Ing Ngarso Sung Tulada (Memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri handayani (Men­dukung dari belakang), Waspada Purba Wisesa, Ambeg Parama Arta, Prasaja, Satya (Setia), Gemi Nastiti (Efektif), Belaka (Apa adanya) dan Legawa (Ikhlas).

Di akhir paparannya, ia menjelas­kan soal Kode Etik Perwira dan Trisila TNI Angkatan laut yang menurutnya bersifat universal, antara lain Budhi atau berbuat luhur, Bhakti atau mendu­kung cita-cita nasional dan kedaulatan RI, Wira atau ksatria yang setia dan taat, serta Utama atau penegak per­saudaraan dan kehormatan Korps Per­wira TNI. Trisila TNI adalah Disiplin, Hierarki, dan Kehormatan. (Broery)

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini