JAKARTA – Selama di Mesir, Israel dan Jordan, rombongan POC begitu gembira dan puas menikmati pelayanan yang diberikan oleh POC.
Sebab POC tidak hanya memberikan waktu bagi rombongan melihat secara langsung tempat-tempat bersejarah para nabi dan pelayanan Tuhan Yesus Kristus. Lebih dari itu, rombongan diantar untuk mengenal lebih dekat tempat-tempat yang dikunjungi, para guide menjelaskan peristiwa sejarah berdasarkan Alkitab. Setelah itu, ada tempat-tempat yang digelar ibadah bersama tiga bus rombongan POC 3 Maret 2019. Firman Tuhannya bergantian dibawakan, baik Pdt. Abram Suala, Pdt. Ifung Suala (istri Pdt. Abram Suala) dan Pdt. Handi Rustam serta Pdt. Lukas.
Sedangkan di tempat yang tidak dilakukan ibadah, tetap ada penjelasan tempat yang terkait dengan firman Tuhan. Setelah itu setiap rombongan diberikan waktu untuk berfoto dan berdoa di tempat yang dikunjungi untuk menaikan pergumulan doa keluarga masing-masing.
Baca juga: Napak Tilas di Tanah Perjanjian Bersama Passion Of The Christ
Rombongan 3 Maret 2019 semuanya berterima kasih kepada POC, khususnya kepada Pimpinan POC, Pdt. Donny Widjaja dan kepada Panorama Ministry, khususnya ibu Helen yang diwakilkan oleh sdri. Lenny dan sdr Tomy serta sdri Dewi.
“Baik hotel, makanan dan bus, semuanya sangat memuaskan, terima kasih POC,”kata Suminto Wijaya yang akrab disapa Miming.
Begitupun yang diucapkan oleh Dwi Herbertus Prasetyo. “Selama mengikuti napak tilas ini, kami (suami-istri) menikmati dan tentu berterima kasih kepada POC,” ungkapnya.
Sedangkan Sudarji Adisasmita mengungkapkan selama napak tilas yang dijalani telah membuatnya mengerti pelayanan Tuhan Yesus Kristus.
Tidak jauh berbeda yang diungkapkan oleh Ps. Yopie Ndolu, dimana berterima kasih kepada POC. “Pulang dari tanah perjanjian, khotbahnya lebih mantap karena sudah melihat langsung tempat-tempat pelayanan Tuhan Yesus Kristus,” katanya
Ada lagi, Ps. Jonson Fredrik Saubaki mengatakan seakan mustahil dirinya dan istri sudah menginjakkan kaki di tanah perjanjian. “Rasanya kami ingin balik lagi,” katanya dan mengucapkan banyak terima kasih kepada POC.
Dalam perjalanan ini, ada kisah yang sulit dilupakan bagi setiap orang yang naik ke gunung Sinai.
Sebelum naik ke gunung Sinai, para guide dan pemimpin rombongan dari POC menceriterakan apa saja yang harus disipkan untuk naik ke Gunung Sinai. Setelah diceritakan, yang mendaftar akan naik lebih dari separuh bus masing-masing.
Mendekati kaki gunung Sinai, guide dari travel Mesir dan pemimpin rombongan dari POC terus memberi tahu medan gunung Sinai termasuk cuaca dan suhu udara yang saat itu sampai bersalju di puncak gunung Sinai.
Mendengar itu, apalagi ketika tiba di kaki Gunung Sinai, dimana suhu pukul 21.00 waktu mesir sangat dingin. Satu persatu peserta yang sudah mencatatkan diri untuk naik ke gunung Sinai mengurungkan niatnya.
Dari tiga bus, peserta yang tercatat naik hanya 18 orang. Berangkatlah 18 orang dengan menumpang bus kecil untuk menuju tempat start pendakian. Pendakian didahului dengan menumpang Untah sampai di pos kedua yang dikenal dengan sebutan pos starbucks, dari pos itu rombongan POC 18 orang menjadi berkurang 2 karena tenaga yang dibutuhkan sangat ekstra.
Dari rombongan POC itu, terdapat tiga ibu yang usianya sudah di atas kepala 51 tetap naik dan mencapai puncak. “Saya memang sudah niat sejak dari Indonesia untuk naik gunung Sinai. Saya pikir medannya tidak menantang tetapi kenyataannya medannya sukup sulit. Kalau tahu medannya sulit, saya pasti mengundurkan diri. Tapi Puji Tuhan saya bisa juga sampai ke puncak Sinai, terima kasih Tuhan, terima kasih POC,” kata ibu Paskaria saat berada di atas puncak Sinai dan didokumentasikan lewat video oleh POC.
Ditambahkannya, sebenarnya keyakinannya untuk mendaki ke gunung Sinai makin diteguhkan ketika ibadah di Gereja Sampah (Mesir). Di mana Pdt. Abram Suala menyampaikan bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. “Saat saya mendengar itu, saya katakan karena saya percaya Tuhan Yesus Kristus maka bagi saya tidak ada yang mustahil dan puji Tuhan, kaki saya yang tadinya sulit melangkah menjadi ringan. Itulah menamba motifasi saya untuk mendaki ke gunung Sinai,” ungkapnya.
Begitupun ibu Manata Siagian yang secara fisik tidak sanggup ke puncak tetapi dia memaksakan diri agar tidak menyusahkan romobongan yang lain. Sebab kalau berhenti di tengah jalan pasti ada anggota rombongan yang harus berhenti dan menemaninya di tengah kegelapan pukul 2 subuh waktu mesir di tebing Gunung Sinai. “Saya tidak mau menyerah, saya tidak mau merepotkan, saya terus bertarung dan puji Tuhan sampai juga di puncak. Pesan saya, terima kasih kepada POC yang terus mengingatkan medan Gunung Sinai, tetapi jangan juga membuat seperti menakut-nakuti,” tuturnya dan menegaskan siapapun yang akan naik Sinai harus beriman dan melihat fisiknya untuk mampu mencapai puncak karena medannya tidak mudah seperti yang dipikirkan.
Ada juga pengalaman dari Eva Pauliana. Saat berada di pos dua gunung Sinai, tepatnya di starbucks, rombongan beristirahat sekitar 7 menit, dan ternyata di 7 menit itu Eva Pauliana tertidur pulas. Saat Eva Pauliana bangun rombongan sudah jalan. Eva Pauliana kebingungan mencari, dihatinya hanya menaikkan doa, Tuhan harus ke kiri atau ke kanan, sebab gelap gulita.
Hatinya mendapatkan damai sejahtera untuk ke kiri, dimana jalan menuju puncak. Saat itu gelap gulita, Eva Pauliana mulai berteriak memanggil rombongan dan puji Tuhan, tiba-tiba rombongan yang membawa senter terlihat di cela-cela tebing. “Saya akhirnya ditunggu, dan puji Tuhan bisa sampai ke puncak gunung Sinai,” kata Eva Pauliana penuh dengan ucapan syukur.
Di Gunung Sinai POC mendapatkan waktu untuk berdoa masing-masing dan mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. Ifung Suala. Firman Tuhan yang disampaikan sangat menginspirasi dan membuat peserta POC makin mengerti tentang kasih Allah dan kasih sesama manusia. (NBS)