Akwila-Priskila adalah pasangan suami istri yang saleh. Nama Akwila berarti “sang rajawali”. Nama Priskila berarti “yang patut dimuliakan, rendah hati, dan antik.” Akwila-Priskila merupakan sepasang suami-istri pada abad pertama Masehi. Priskila keturunan bangsawan Romawi (keluarga Acilian). Sedangkan Akwila adalah tukang kemah sederhana dari Pontus, Asia Kecil. Pada awalnya, Akwila-Priskila tinggal di Roma (Kis. 18:2). Namun, Kaisar Claudius mengeluarkan dekrit atau perintah berbau anti Yahudi. Dekrit ini dikeluarkan pada tahun 52 masehi. Semua orang Yahudi harus keluar dari Roma. Bagi kaisar Claudius, orang-orang Yahudi adalah sumber masalah dan kerusuhan. Orang Yahudi sangat dibenci dan layak diusir dari Roma. Akwila-Priskila tak luput dari dampak dekrit kaisar Claudius, sehingga mereka harus meninggalkan Roma, menuju Korintus.
Kemitraan Suami-Istri dalam Melayani
Korintus adalah kota pertama Akwila-Priskila bertemu dengan Paulus. Mereka bekerja bersama-sama mengembangkan usaha sebagai pembuat tenda. Mereka bermitra dalam profesi dan pelayanan (Kis. 18:3, 18-21). Kemitraan Akwila-Priskila dalam melayani Yesus terlihat dalam prinsip-prinsip:
- Jejaring (Networking)
Akwila-Priskila adalah pengusaha tenda. Mereka menyambut kedatangan Paulus di Korintus dengan baik. Bahkan, selama 1,5 tahun Paulus tinggal di rumah mereka dan bekerja bersama-sama dalam bisnis membuat tenda. Akwila-Priskila, dan Paulus adalah rekan bisnis yang solid. Selain itu, Akwila-Priskila belajar firman Tuhan dari Paulus. Dari kemitraan, Paulus berterima kasih pada Akwila-Priskila karena pasangan suami-istri ini turut menguatkan gereja mula-mula. Akwila dan Priskila membantu Paulus dalam pelayanan, termasuk menolong Timotius saat di Efesus (2 Tim. 4:19). Berdirinya jemaat di Korintus atas peran serta dan bantuan Akwila-Priskila pada Paulus.
Akwila-Priskila adalah mitra pelayanan yang penuh pengabdian, sehingga pada saat Paulus pergi ke Anthiokia, Akwila-Priskila mendapat kepercayaan untuk mengawasi pelayanan. Bahkan, Akwila-Priskila rela mempertaruhkan nyawa mereka demi pelayanan yang dikerjakan bersama Paulus (Rm. 16:3-4). Membangun kemitraan berarti membuka diri dan bekerjasama dengan orang atau pihak lain. Mitra yang dihadirkan Tuhan untuk kita berfungsi agar saling menguatkan, mengasah, saluran berkat.
- Finansial Swadana (Self Support)
Akwila-Priskila dalam melakukan pelayanan menggunakan biaya sendiri. Mereka tidak merepotkan jemaat. Mereka membiayai pelayanan dengan apa yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan kemandirian dalam keuangan.
Profesi mereka sebagai pengusaha tenda mampu menghasilkan keuangan yang dapat digunakan untuk menopang pelayanan pemberitaan Injil. Self support memungkinkan mereka menolong yang lemah, memberi tambahan uang bagi gereja untuk pekerjaan misi Allah.
- Pendekatan Holistik (Holistic Approach)
Dalam pelayanan, seharusnya tidak ada dikotomi atau pengkotak-kotakan antara karya sakral, yaitu pelayanan penuh waktu di bidang spiritual, dengan karya sekuler, yaitu panggilan kerja. Segala sesuatu yang dilakukan untuk Tuhan dalam rangka menghadirkan Injil.
Ini menunjukkan pendekatan holistik, yaitu profesi yang menjawab kebutuhan jasmani (ekonomi, finansial dll) dan rohani (keselamatan, kesejahteraan batiniah dll). Iman dan profesi menjadi jalan Tuhan untuk membawa pengaruh (melalui peran, aktivitas, dan pekerjaan kita). Pekerjaan adalah tempat bagi kita bekerja bagi Allah dan berkontribusi bagi kesejahteraan manusia.
- Pelayanan dan Pemuridan di Rumah (Home Ministry)
Akwila-Priskila merupakan pasangan suami-istri yang saleh, ramah, penuh perhatian terhadap jemaat. Buktinya, mereka menyediakan rumahnya untuk bersekutu dan beribadah. Sampai abad ketiga belum ada gedung gereja, karena itu Akwila-Priskila menjadikan rumahnya menjadi gereja (1 Kor. 16:19).
Rumah Akwila-Priskila menjadi pusat cahaya dan kasih Kristen yang menerima banyak orang. Rumah mereka menjadi tempat pemuridan dan pemulihan jemaat. Bahkan Akwila-Priskila berkenan membawa Apolos ke rumah mereka untuk mengajarkan iman Kristen (Kis. 18:24-26).
Di tengah masyarakat yang hidup dalam dunia kerja dan kebobrokan moral, Korintus membutuhkan pelayan yang mampu menjawab kebutuhan hidup (jasmani dan rohani). Akwila-Priskila dipakai Tuhan untuk hal tersebut. Secara profesi (dunia kerja) mereka mumpuni dan lincah. Secara rohani, mereka mampu menjangkau dan memuridkan banyak orang. Saat ini, Tuhan juga merindukan keluarga-keluarga Kristen mau melayani dengan segenap hati, bisa melalui profesi (pekerjaan), perilaku, perkataan dan sebagainya. Bangkitlaah keluarga Kristen untuk melayani Tuhan.
Oleh: Irawan Budi Lukmono
Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca tabloidmitra.com, isi dari tulisan di luar tanggung jawab redaksi.