JAKARTA – Pandemi Covid-19 membuat semua sektor terdampak. Namun tidak untuk gereja. Dibalik sisi negatif, gereja justru merasakan sisi positif dari pandemi ini.
Hal tersebut diungkapkan Gembala GBI WTC Serpong Pdt. Dr. Ir. Yonathan Wiryohadi dalam Webinar melalui Zoom yang diadakan Bilangan Research Center (BRC) dengan tema “Integrasi ibadah O2O untuk meningkatkan spiritualitas jemaat” Rabu (1/7/2020) malam.
Menurut Pdt. Wiryohadi, sisi positif yang bisa diambil gereja dalam masa pandemi ini adalah mampu menjangkau jemaat lebih luas melalui pelayanan digital. “Sebelum pandemi saya sudah mempersiapkan semuanya online misalnya dari Youtube juga Church Online (diluncurkan sejak Januari 2020). Kami membuat agar jemaat bisa menikmati ibadah,” ungkapnya.
Ketika pandemi melanda Indonesia, suami dari Pdm. Swissa Flora ini berkata dirinya sempat merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan. Namun, ia mengambil langkah dengan memaksimalkan apa yang sudah dilakukan gereja selama ini yaitu dalam hal pelayanan digital.
Lebih jauh, Pdt. Wiryohadi bercerita pelayanan digital sudah dimulai di GBI WTC. Salah satunya adalah GBI WTC Apps. “Aplikasi ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan jemaat yang jumlahnya saat ini kalau ditotal sudah mencapai ribuan,” jelasnya.
Di sisi lain, dirinya memahami antusias jemaat semakin meningkat di masa ini karena membutuhkan siraman rohani untuk tetap bisa kuat dalam iman. Untuk itu ia bersama tim pengembalaan berusaha memfasilitasi. “(jemaat) mengisi waktu yang berguna dengan belajar firman Tuhan, (jemaat) memerlukan terobosan serta mukjizat untuk keuangan, bisnis serta keluarga, (jemaat) ingin mengenal Tuhan semakin intim,” ungkapnya.
Berkaca dari pengembalaannya, Pdt. Wiryohadi menilai ada beberapa hal positif yang dirasakan selama masa pandemi ini. Pertama, ibadah online menjadi lebih maksimal untuk mengkomunikasikan visi misi serta nilai gereja kepada para jemaat. “Dulu 2 (seri) bahan khotbah bisa saya selesaikan dalam 2 bulan, sekarang 2 bahan bisa saya selesaikan dalam hitungan minggu. Ini membuat visi misi dan nilai gereja tersampaikan secara lebih cepat kepada jemaat,” ceritanya.
Kedua, pemuridan atau di GBI WTC disebut Transformation Church (TC) semakin berdampak. “Misalnya di GBI WTC ada kelas pengajaran yang kami beri nama Transformation Church. Biasanya saya tidak pernah bisa mengajar karena di hari Minggu, tapi sekarang saya bisa mengajar melalui online dan jumlah orang yang mengikutinya lebih banyak dibandingkan ketika onsite,” ungkapnya.
Kedepan, setelah new normal Pdt. Wiryohadi berkata pelayanan offline dan online harus tetap berjalan beriringan. “Online memang kebutuhan, tapi yang dirasa kurang oleh jemaat adalah fellowship,” pungkasnya. (NW)