Jakarta – Menjelang awal tahun (Tahun Baru 2022) sederet barang mengalami kenaikan. Sebut saja bahan pangan—dari minyak goreng, telor ayam hingga cabai. Tidak ketinggalan harga LPG ikut naik, sedangkan harga Listrik bersiap – siap naik, sementara dibicarakan pemerintah dan Badan Anggaran DPR-RI.Begitupun dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Melihat adanya kenaikan – kenaikan harga diakhir tahun 2021 ini, belum lagi adanya varian baru Covid-19 yang bernama Omicron. Varian ini di akhir tahun 2022 telah memporak-poranda berbagai system kehidupan di Amerika dan Eropa, yang tadinya sudah mulai membaik.
Dalam pertemuan media ini dengan seorang aktivis (pendoa) yang juga menjadi salah satu pengurus di Jaringan Doa Nasional, Pdt. Tony Mulia, berkata apa yang akan terjadi di dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya dapat dilihat dari Firman Tuhan dan mencocokkannya dengan penanggalan Ibrani.
“Kita akan masuk pada tahun yang namanya 5782. Angka ini banyak orang menterjemahkan Cuma 82 nya saja, dengan sebutan Pey Bet. Kalau menurut saya mestinya tidak sebatas di angka 82 tetapi harus lengkap 5782 yaitu yang dimulai dari 6 September 2021 – 26 September 2022,”
Menurut Pdt. Tony Mulia, angka 5782 dalam penanggalan Ibrani disebut dengan angka SHEMITAH. Angka ini dibagi angka 7 (5782 : 7) akan dapat angka genap yaitu 826. Shemittah itu setiap tahun ke 7.
Lebih jauh lagi, Pdt. Tony Mulia menegaskan angka 7 tidak sekedar diadakannya tetapi diambil dari di Ulangan 15 : 1 “Pada akhir tujuh tahun engkau harus mengadakan penghapusan hutang”. (At the end of every seven years thou shalt make a release) dan dalam Bahasa Inggris Ortodoksnya “At the and of every shevat shanim thou shalt make a shemittah (release),”
“Kata Shemittah itu melepas, membebas atau memerdekakan, termasuk hutangpun dilepaskan. Untuk itu ada putaran waktu (siklus) 7 tahun. Kenapa 5782 karena sekarang ini di kalender Ibrani tahun 5782, tahun shabbat, tahun perhentian tetapi juga tahun pelepasan (shemittah),”
Untuk memasuki tahun pelepasan, pembebasan atau kemerdekaan, diurai Pdt. Tony Mulia, tentu ada terlebih dahulu menghadapi waktu-waktu yang buruk. Contoh memasuki tahun shemittah untuk Amerika, tahun 1966 terjadi “Financial Crisis” Market Drop 20%, tahun 1973 terjadi “Oli Shock Upheaval” Market Drop 30%.
“Ini Siklus 7 tahunan (shemittah) di Amerika tahun 2015 terjadi Mega Crash Alert! Sekarang tahun 2022 (shemittah), apa yang akan terjadi? Kita belum tahu, mungkin akan lebih parah. Ini pastilah, sebelum ada pelepasan itu ada yang namanya ikatan yang harus dilepaskan. Kalau tidak ada ikatan, apa yang mau dilepaskan? Sebelum kemerdekaan pasti ada penindasan? Sebelum di lepas pasti ada yang diikat dulu,”terangnya.
Ditegaskan Pdt. Tony Mulia, sebelum Indonesia mengalami tahun kelepasan, tahun yang baik (26 September 2022) maka pasti terlebih dahulu akan terjadi hal yang buruk. “Saya tidak tahu itu apa, bisa saja bencana alam. Saya prediksi Indonesia di awal tahun 2022 akan terjadi banjir di mana – mana, bencana di mana – mana. Tetapi di balik itu sesuatu yang besar yang Tuhan bisa kerjakan buat kita. Kenapa?”
“Saya lihat tahun shemittah ini (lihat foto). Setiap 7 tahun ada pelepasan, saya yakin Ulangan 15 : 1 masih tetap sama tidak berubah, setiap 7 tahun terjadi pelepasan. Jadi tahun 5782 sesuai Kalender Ibrani adalah tahun shemittah ke 826,”
Ditambahkan Pdt. Tony Mulia, melihat siklus 7 tahunan, sebelum tahun 2021 – 2022 adalah tahun 2014 – 2015, untuk kalender Ibrani tahun 5782. “Apa yang terjadi di Indonesia tahun 2014 – 2015? Presiden Jokowi terpilih. Sebelum Jokowi terpilih, Ada beberapa hamba Tuhan di Indonesia bermimpi akan terjadi kerusuhan. Tetapi dengan doa – doa umat Tuhan di Indonesia, semuanya soal kerusuhan terlepas (tidak terjadi) dan telah membawa seorang pria “hebat” menjadi Presiden RI. Itulah tahun shemittah menurut saya,”
Berbicara tahun shemittah, Pdt. Tony Mulia, tidak hanya melihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tetapi juga soal perjalanan umat Kristiani di Indonesia. Dicontohkannya pada tahun 1916 (105 tahun yang lalu).
“Ini siklus 7 tahunan (shemittah ) juga. Pada tahun 1916 – 1917 di Nias-Indonesia, ada peristiwa “Fangesa Dodo Sebua” satu Pulau terima Yesus bukan karena di Injili tetapi Roh Kudus yang bekerja. Begitupun dengan di Soe-NTT, Indonesia, pada tahun 1965-1966, terjadi “Air berubah menjadi Anggur” atau dikenal dengan lawatan Tuhan di Soe,”
“Kehadiran Rev. Morris Cerullo, tahun 1979 – 1980, di Gelora Bungkarno juga tahun shemittah. Saat itu banyak mujizat terjadi dan dirasakan serta lahirlah petobat-petobat yang militant yang dikenal hamba Tuhan yang’lahir’ era 80 an. Peristiwa tidak kalah hebatnya terjadi pada tahun 2007-2008 di Meko Sulawesi, ada anak kecil namanya Lidia Selvia Bunge, mendoakan banyak orang disembuhkan Tuhan secara mujizat dan banyak yang bertobat,”.
Tahun 2022 ini kata Pdt. Tony Mulia, Indonesia sedang memasuki masa ke 7 tahun (shemittah) dan dimintanya untuk “ditangkap”. “Hari ini kalau ada yang sedang dalam masalah yang berat, teruslah berharap kepada Tuhan karena setelah itu akan ada lawatan Tuhan yang besar. Begitu pun Indonesia, tinggal beberapa hari lagi akan berada di tahun 2022, pasti akan terjadi yang tidak pernah yang kita pikirkan sebelumnya,”
“Iman saya seperti itu, untuk mendapatkan kelepasan tentu ada yang terikat dulu. Untuk mendapatkan kemerdekaan pasti ada yang teraniaya duluan. Tentunya saya tidak sekedar hitung – hitung tetapi lagi menangkap momentum. Kita juga tidak mau setiap 7 tahun harus ada masalah dulu baru ada lawatan Tuhan, tetapi ini momentum dari Tuhan,”