Ev. Harry Mandagi

JAKARTA – Iman adalah hal terpenting didalam Kekristenan. Tanpa beriman kepada Kristus, Alkitab berkata tidak ada seorangpun yang diselamatkan karena tidak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus Kristus (Yoh 14:6).

Seseorang bisa beriman kepada Kristus, itu bukan atas kemampuannya untuk percaya tetapi iman adalah anugerah dari Allah. Suka atau tidak suka, Kristus adalah satu-satunya jalan, bukan salah satu jalan, untuk bisa datang kepada Bapa. Percaya atau tidak percaya akan perkataan Tuhan Yesus ini, tidak mengurangi sedikitpun keIlahian-Nya atau membatalkan otoritas perkataan-Nya.

Yoh 14:6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.

Dengan tegas Tuhan Yesus berkata Dia adalah jalan, tidak ada jalan yang lain, dan kebenaran dan hidup. Ketiga kata: “jalan”, “kebenaran” dan “hidup”, masing-masing dalam bentuk tunggal, yang berarti itu menunjuk hanya kepada satu pribadi yaitu diri-Nya sendiri, tidak ada yang lain. Selamat oleh anugerah melalui beriman kepada Yesus Kristus. Seseorang bisa percaya kepada Yesus Kristus karena dia sudah dilahirbarukan terlebih dahulu oleh Roh Kudus dan dianugerahkan iman kepadanya sehingga dia dapat percaya. Itulah titik awal dari pertobatan dimana seseorang dibenarkan oleh Allah dan di angkat (di adopsi) menjadi anak-Nya (Rm 8:29-30 ; Yoh 3:16, 36 ; Yoh 1:12-13 ; ESVGal 4:5). Sebuah pertobatan yang sejati, tentunya disertai dengan iman yang sejati dan Allah Tritunggal menjamin keselamatannya (Yoh 10:28-29 ; Ef 1:13-14 ; Ef 2:4-5, 7-9 ; Yoh 17:12).

Yoh 10:29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.

  • Providensi dari Allah Bapa, pribadi pertama dari Allah Tritunggal, menjamin keselamatan orang percaya dan siapapun tidak dapat merebutnya dari tangan-Nya.

Yoh 10:28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.

  • Yesus Kristus, pribadi kedua dari Allah Tritunggal, memberikan hidup yang kekal, yaitu kepastian keselamatan sehingga tidak akan binasa sampai selama-lamanya, bagi yang percaya kepada-Nya. Siapapun tidak dapat merebut orang itu dari tangan-Nya. Itulah jaminan yang pasti dari Tuhan Yesus dan yang namanya jaminan hidup kekal, tidak mungkin berubah menjadi tidak kekal.

Ef 1:13-14 13 Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. 14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.

  • Roh Kudus, pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, menjamin keselamatan orang-orang percaya sejati, yang dibuktikan dengan tanda meterai kepadanya.

Pernahkah Mengalami Keraguan Sebagai Orang Percaya?
Tuhan tidak pernah berjanji perjalanan hidup orang percaya akan mulus dan tidak tidak akan mengalami rintangan atau masalah, bahkan masalah bisa datang silih berganti, seperti tidak ada akhirnya.

Tidak ada satupun manusia, termasuk orang percaya yang “kebal” dari kesulitan yang dialaminya; baik persoalan keluarga, rumah tangga, keuangan, dan seribu satu macam masalah-masalah lainnya. Dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pelayanan kerohanian pun tidak luput dari “ancaman” masalah yang bisa muncul.

Manusia kerapkali melihat persoalan yang dihadapinya lebih berat bila dibandingkan dengan orang lain. Memang ini sikap manusiawi yang dirasakan oleh setiap manusia pada umumnya. Setiap manusia tidak luput dari masalah yang dihadapi dengan kadar masalah yang berbeda-beda dan semuanya itu ada dalam providensi Allah. Sebenarnya mengenai persoalan hidup, Paulus sudah mengingatkan kepada jemaat Korintus, dan tentunya juga bagi orang percaya pada umumnya bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita (1 Kor 10:13). Mengapa Paulus memberi menasihat mengenai hal ini? Untuk mengingatkan ketika mengalami pencobaan, Allah tahu dan tidak akan membiarkan pencobaan-pencobaan yang mereka alami melebihi kekuatan mereka sehingga mereka menjadi tidak tawar hati.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri, bisa muncul keraguan dalam diri manusia ketika pengalaman hidup yang tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Kebimbangan muncul mengapa Tuhan tidak memberi pertolongan, seolah-olah Tuhan membiarkan anak-anak-Nya di dalam masalah, padahal doa-doa sudah dinaikkan kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Inilah kondisi yang sering dirasakan oleh tidak sedikit anak-anak Tuhan dalam menyikapi kenyataan yang jauh berbeda dari apa yang mereka harapkan.

Apakah Para Murid Tuhan Yesus Pernah Bimbang?
Bagaimana dengan iman para rasul yang hidup bersama dengan Tuhan Yesus, boleh dikatakan 24/7 (24 jam sehari, 7 hari seminggu) selama 3½ tahun. Meskipun demikian, apabila diteliti banyak peristiwa yang terjadi kepada murid-murid-Nya, terutama ketika peristiwa menjelang penyaliban Tuhan Yesus. Petrus, yang “dituakan” diantara para rasul, malah menyangkal Tuhan Yesus sampai tiga kali, bersamaan dengan waktu Tuhan Yesus sedang diadili (Mat 26:69-75). Kejadian yang ironis terjadi, karena sebelumnya masih dalam pasal yang sama, Petrus berkata kepada Tuhan Yesus bahwa dia sekali-kali tidak akan tergoncang imannya, biarpun para murid-murid-Nya yang lain bisa tergoncang imannya (Mat 26:33).

Petrus bereaksi langsung pada pernyataan Tuhan Yesus ini yang ditujukan kepada semua murid-murid-Nya yang ada bersama-sama dengan-Nya. Meskipun semua murid-murid yang lain juga mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan Petrus, tetapi Petrus lah yang menginisiasi pernyataannya dengan semangat, sehingga kemudian di ikuti oleh murid-murid Tuhan Yesus yang lainnya. Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi kemudian, Petrus bukan hanya sekedar meragukan atau bimbang kepada Tuhan Yesus tetapi menyangkali-Nya. Ini adalah satu dosa yang sangat serius, melampaui dosa-dosa lain yang pernah dia lakukan selama hidupnya.

Setelah Tuhan Yesus beberapa kali menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya, Dia mendatangi mereka kembali di pantai danau Tiberias. Ini penampakkan yang ketiga kalinya kepada mereka sejak kebangkitan-Nya dari kematian. Beberapa saat sebelum Yesus menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya, Petrus pergi menangkap ikan, dan ikut bersamanya para rasul lainnya. Dikatakan malam itu mereka tidak menangkap apa-apa (Yoh 21:3), yang berarti seharian itu tidak ada hasil penangkapan sama sekali.

Ketika hari mulai siang setelah gagal menangkap ikan, Yesus baru menampakkan diri-Nya kepada mereka, yang awalnya mereka tidak mengenali-Nya. Kemudian Yesus menyuruh mereka menebarkan jala kesebelah kanan perahu dan kemudian mereka menangkap sejumlah besar ikan sehingga mereka tidak sanggup menarik jala tersebut (Yoh 21:6). Pada saat kejadian itu, Yohanes langsung berkata kepada Petrus bahwa orang yang menyuruh menebarkan jala itu adalah Tuhan Yesus (Yoh 21:7). Kenapa Yohanes mengetahui itu adalah Tuhan Yesus dan mengatakannya kepada Petrus? Tentunya masih segar dalam ingatan Yohanes akan peristiwa dimana Tuhan Yesus pernah menyuruh Petrus menebarkan jala ketempat yang dalam (Luk 5:4-7). Kejadian yang sama di Injil Luk 5 di pantai danau Genesaret, terulang kembali di pantai danau Tiberias (Yoh 21). Nama tiga danau: danau Genesaret (Luk 5:1), danau Tiberias (Yoh 6:1 ; Yoh 21:1) dan danau Galilea (Mat 4:18 ; Mrk 1:16 ; Yoh 6:1) – sebenarnya menunjuk kepada pantai danau yang sama, dengan nama yang berbeda berdasarkan lokasi dan konteks sejarahnya.

Apa maksud dari Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya di pantai danau yang sama tersebut? Satu alasan yang mungkin paling masuk akal, sebenarnya adalah fokusnya kepada Petrus. Tuhan Yesus memakai momentum ini agar mengingatkan Petrus akan penyangkalannya kepada Yesus yang pernah dia lakukan sebanyak tiga kali itu. Kejadian yang sama pada Luk 5:1-7 itu mengingatkan Petrus pada saat itu, dia tidak percaya kepada perkataan Tuhan Yesus untuk menebarkan jala ditempat yang dalam karena dia menganggap dirinya seorang nelayan yang handal dan berpengalaman, sedangkan Tuhan Yesus, mungkin dalam pikirannya, bukan siapa-siapa dalam hal menangkap ikan. Kejadian diluar dugaan Petrus, ikan yang tertangkap demikian banyaknya, yang ditandai dengan jala yang mulai koyak. Mengetahui hal itu, Petrus tersungkur dihadapan Yesus dan mengakui keberdosaanya karena tidak mempercayai perkataan Tuhan Yesus (Luk 5:8). Hal inilah yang Tuhan Yesus mau ingatkan kepada Petrus, peristiwa yang sudah terjadi sebelumnya dimana dia menyesali dosa ketidak-percayaannya. Ini berkaitan erat dengan dosa penyangkalan Petrus terhadap Yesus.

Ini terlihat setelah mereka dan Tuhan Yesus selesai sarapan memakan roti dengan ikan hasil tangkapan mereka, Yesus mulai berbicara kepada Petrus (Yoh 21:15). Pertanyaan menarik yang Tuhan Yesus tanyakan kepada Petrus sampai tiga kali, persis seperti penyangkalan dirinya kepada Yesus sebanyak tiga kali. Pertanyaan pertama Tuhan Yesus kepadanya, apakah dia mengasihi (agapaó) Yesus lebih daripada murid-murid lainnya?

BACA JUGA  Mau GPdI Menjadi Lebih Baik? Laksanakan Musda – Musda Sesuai Konstitusi

Pertanyaan Tuhan Yesus untuk mengingatkan Petrus bahwa dialah yang mengatakan bahwa sekali-kali dia tidak akan tergoncang imannya, meskipun murid-murid Yesus yang lain bisa tergoncang iman mereka (Mat 26:33). Kenyataan yang terjadi adalah Petrus lah yang tergoncang imannya terlebih dahulu dengan menyangkali Tuhan Yesus. Pertanyaan pertama Tuhan Yesus ini di responi Petrus bahwa dia mengasihi (phileó) kepada Tuhan Yesus. Kemudian Tuhan Yesus menjawab: “gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh 21:15).

Pada peristiwa sebelumnya dimana Petrus menyesali dosa-dosa ketidak-percayaannya kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa Dia menjadikan Petrus seorang penjala manusia. Pada peristiwa kedua ini, Tuhan Yesus mengatakan kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Pada pertanyaan kedua, Tuhan Yesus menanyakan ulang pertanyaan-Nya, apakah Petrus “agapaó” kepada-Nya? Petrus merespon dengan jawaban yang sama, dia “phileó” kepada Tuhan Yesus, dan Yesus menanggapi dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya yaitu untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:16). Yang menarik adalah pertanyaan ketiga dari Tuhan Yesus bahwa apakah Petrus “phileó” kepada diri-Nya?

Pertanyaan ketiga Tuhan Yesus, kali ini dijawab Petrus dengan hati yang sedih (grieve – kesedihan yang mendalam) bahwa dia “phileó” kepada Tuhan Yesus. Yesus menanggapi jawaban Petrus dengan kalimat yang sama untuk ketiga kalinya yaitu “gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh 21:17). Kali ini Petrus benar-benar disadarkan bahwa dia bukanlah orang yang bisa menyombongkan imannya. Dia sadar kalau dia dapat berdiri teguh dalam imannya, itu bukan karena kemampuan dirinya tapi semua adalah topangan dari Allah. Dia disadarkan akan kelemahannya dan disadarkan akan keberdosannya. Petrus sadar imannya adalah kebergantungan penuh kepada anugerah dari Tuhan, bukan karena kemampuan atau kehebatan dirinya. Satu pengakuan yang sungguh-sungguh jujur dan tulus dari Petrus, mengakui dirinya bukan siapa-siapa – itulah tanda pertobatan yang sejati.

Bagaimana dengan para murid lainnya? Apakah mereka pernah meragukan perkataan Tuhan Yesus? Contoh eksplisit dapat dilihat dari sikap Tomas yang skeptis akan kebangkitan Kristus, meskipun semua murid-murid yang lain telah mencoba meyakinkannya. Tomas dengan tegas mengatakan: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh 20:25).

Dari perkataan Tomas ini, tidak dapat disangkal dia meragukan kebangkitan Kristus. Berdasarkan ayat ini, pandangan umum yang dipercayai oleh orang Kristen adalah iman para murid lainnya selain Tomas, bahkan iman anak-anak Tuhan itu lebih unggul daripada Tomas. Artinya, para rasul dan orang-orang percaya pasca zaman para rasul hidup itu, lebih beriman daripada Tomas. Pandangan ini berangkat dari pemahaman berdasarkan pernyataan Tomas yang eksplisit karena dia perlu bukti lewat apa yang dia lihat sendiri, sedangkan yang lainnya tidak perlu melihat bukti namun percaya. Benarkah pandangan ini? Mari simak penjelasan berikut ini.

Sesungguhnya apa yang dikatakan Tomas itu satu kejujuran yang ada di dalam dirinya yang dia ungkapkan atas kesaksian para murid yang lain. Pada zaman itu ada dua kelompok besar pandangan yang dipegang oleh orang Yahudi tentang kebangkitan orang mati, dari kelompok: kaum Saduki dan kaum Farisi. Singkatnya, kaum Saduki tidak percaya akan kebangitkan orang mati, dengan kata lain mereka menolak konsep kehidupan setelah kematian. Sedangkan kaum Farisi percaya pada kebangkitan orang mati, tapi itu terjadi di akhir zaman, bukan sesuatu yang terjadi kepada satu orang di tengah sejarah. Dengan demikian, kebangkitan Yesus yang berselang hanya tiga hari dari kematian-Nya adalah sesuatu yang ganjil dan tidak mungkin terjadi dalam kepercayaan kaum Farisi.

Dari latar belakang ini, ketika melihat apa yang dipercayai oleh Tomas, seorang Yahudi yang dibesarkan dalam budaya Yahudi, ketidak-percayaannya pada kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian yang berselang hanya tiga hari, itu suatu kepercayaan yang lazim pada zaman itu. Keyakinan umum dari zaman dahulu, bahkan sampai sekarang, tidak ada orang yang percaya bahwa orang mati itu bangkit. Alasan lain pemahaman Tomas dan juga para rasul lainnya, yang salah tentang Kristus, sang Mesias yang mereka percayai dan harapkan adalah sebagai Mesias politis yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajah (Luk 24:21) tetapi kematian Kristus justru tampak seperti kegagalan total bagi mereka – ini juga menyumbang ketidak-percayaan mereka akan kebangkitan Kristus.

Ada hal lain yang juga membuat mereka tidak percaya kepada kebangkitan-Nya adalah setelah peristiwa penyaliban itu, mereka bersembunyi karena takut dikejar oleh otoritas Yahudi dan Romawi (Yoh 20:19). Ketakutan ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki ekspektasi akan kebangkitan Yesus. Seandainya mereka benar-benar mengharapkannya, mereka mungkin tidak akan bersembuyi. Meskipun Tuhan Yesus telah beberapa kali menubuatkan diri-Nya akan mati dan kemudian akan bangkit, namun hal itu tidak ditangkap oleh Tomas, termasuk para rasul yang lain oleh karena realita yang mereka lihat tidak sesuai dengan harapan mereka.

Pertanyaan berikutnya, apakah iman Tomas lebih rendah atau kurang berkualitas daripada iman para rasul lainnya? Ini kesimpulan yang diambil lantaran Tomas perlu melihat, baru dia bisa percaya; sedangkan rasul-rasul yang lain tidak perlu melihat dan mereka bisa percaya. Benarkah demikian?

Bila melihat dari ayat pertama dan seterusnya dari Lukas 24 ini, pagi-pagi benar perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus pada hari Minggu pagi, tiga hari setelah kematian-Nya, mereka mendapati batu yang menutupi kubur itu sudah terguling dan mereka tidak menemukan mayat Yesus didalamnya. Tampak dua malaikat yang hadir memberitahu mereka bahwa Yesus telah bangkit. Malaikat itu mengingtakan mereka apa yang pernah dikatakan Yesus bahwa Dia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.

Perempuan-perempuan itu disadarkan oleh perkataan malaikat itu dan mulai teringat akan perkataan Tuhan Yesus pernah ucapkan. Sekembalinya dari kubur, mereka menceritakan apa yang mereka lihat kepada kesebelas rasul karena Yudas Iskariot sudah mati gantung diri. Perkataan dari perempuan-perempuan itu, yang adalah Maria dari Magdala, Yohana, dan Maria ibu Yakobus, dianggap omong kosong alias para rasul ini tidak mempercayai akan cerita mereka (Luk 24:11). Terlihat disini bahwa semua para rasul tidak percaya karena mereka tidak melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Yesus telah bangkit. Mendengar kesaksian perempuan-perempuan itu,  Petrus lalu bergegas pergi ke kubur ingin membuktikan sendiri apa yang dikatakan oleh perempuan-perempuan itu mengenai mayat Yesus yang sudah tidak ada dikubur. Apa yang dilihatnya adalah benar seperti yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tapi dia tetap bimbang, artinya Petrus tetap meragukan kebangkitan Kristus.

Bila diteliti kisah mengenai penampakkan Tuhan Yesus kepada banyak orang, yang kemudian mereka saksikan pengalaman mereka kepada orang lain, termasuk teman-teman mereka, semuanya juga tidak ada yang percaya. Mereka percaya karena sudah  menyaksikannya sendiri. Itupun terjadi kepada semua para rasul yang tidak percaya kepada kesaksian dari orang-orang lain yang telah menjumpai Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya. Jadi, tidak benar kalau dikatakan para rasul yang lain lebih beriman daripada Tomas. Mereka semua meragukan kebangkitan Kristus, sampai Kristus menampakkan diri-Nya kepada mereka semua, baru mereka percaya.

Ketika Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para rasul, tanpa kehadiran Tomas, mereka baru bisa percaya karena melihat dengan mata kepala sendiri (Yoh 20:19-20). Kesaksian yang sama mereka ceritakan kepada Tomas, seperti yang mereka dengar sebelumnya dari kesaksian orang lain tentang penampakkan Tuhan Yesus, dan Tomas pun tetap tidak percaya dengan mengatakan perkataan terkenalnya (dalam arti negatif) yang sering dikutip oleh banyak orang (Yoh 20:25).

Delapan hari kemudian, Tuhan Yesus kembali menampakkan diri kepada para rasul, kali ini Tomas hadir bersama mereka. Tuhan Yesus mengucapkan kalimat yang sama ketika Dia menampakkan diri sebelumnya kepada para murid yang lain (tanpa Tomas) yaitu “damai sejahtera bagi kamu” (Yoh 20:26 ; Yoh 20:19). Kata “kamu” dalam bentuk jamak, yang berarti ucapan “damai sejahtera” itu juga ditujukan kepada Tomas meskipun Tomas pernah mengekspresikan ketidakpercayaannya akan kebangkitan Kristus sebelum dia melihatnya sendiri.

Sikap Yesus menghargai dan mengasihi murid-murid-Nya yang memiliki keraguan dan ketidak-percayaan. Kemudian Tuhan Yesus menyuruh Tomas untuk mencucukkan jari tangannya ke bekas lubang paku dan lambung Yesus, untuk membuktikan apakah Dia sungguh bangkit atau tidak? Yesus mengundang Tomas untuk percaya, tercermin dari perkataan Tuhan Yesus: “…. jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” (Yoh 20:27).

Setelah melakukan itu Tomas langsung percaya, dengan mengungkapkan sebuah pengakuan iman yang luar biasa yaitu “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28). Dalam bagian ini, Tomas mengaku Yesus adalah Tuhan dan Allah. Didalam seluruh kitab injil maupun dalam kitab-kitab lainnya di seluruh Perjanjian Baru, kita sulit menemukan pernyataan iman yang lebih tegas dari Tomas tentang siapakah Yesus. Pernyataan iman yang begitu jelas dan tegas dari Tomas bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah.  Tuhan Yesus meresponi pengakuan iman dari Tomas dengan satu pernyataan yang menarik, yang juga sering menjadi ayat kutipan.

BACA JUGA  Ps. William Lau : Yesus Tidak Perintahkan Mendoakan Orang Sakit tetapi Yesus Perintahkan Menyembuhkan Orang Sakit

Yoh 20:29 Kata Yesus kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.

Ayat ini sering disalah-pahami oleh banyak anak Tuhan, termasuk hamba Tuhan. Ayat ini sering ditafsir bahwa orang-orang yang tidak melihat kebangkitan Yesus namun percaya, adalah orang-orang yang lebih berbahagia daripada yang hidup di zaman Tuhan Yesus yang melihat kebangkitan Yesus. Artinya, orang-orang yang hidup di zaman Yesus ada di dunia, termasuk para rasul, adalah orang-orang yang tidak sebahagia orang-orang yang tidak mempunyai kesempatan hidup di zaman Yesus atau zaman pasca para rasul. Apakah benar pengertian demikian dari perkataan Tuhan Yesus itu?

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” – itu yang dikatakan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak mengatakan: “Lebih berbahagia mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Perhatikan, perkataan Yesus tidak ada kata “lebih” yang membandingkan keunggulan yang satu dengan yang lain. Sesungguhnya Yesus sedang menyatakan kepada orang-orang yang tidak melihat kebangkitan-Nya, karena tidak hidup se-zaman dengan-Nya, namun percaya kepada-Nya, maka mereka itu termasuk orang-orang yang berbahagia.

Perkataan Tuhan Yesus ini jangan disalah-pahami bahwa kita adalah orang-orang yang lebih berbahagia daripada Tomas dan para rasul lainnya, atau semua orang-orang percaya lainnya yang hidup se-zaman dengan Yesus. Baik orang-orang percaya yang hidup di zaman pasca para rasul hidup maupun yang hidup se-zaman dengan Yesus, sama-sama mendapat berkat yang sama yaitu berkat keselamatan.

Pemahaman dari ayat ini bahwa iman yang tidak melihat kebangkitan Yesus namun percaya, lebih unggul daripada iman setelah melihat kebangkitan Yesus baru percaya, itu adalah pemahaman yang salah. Iman yang tidak melihat namun percaya dan iman yang melihat baru percaya, dalam hal ini, kedua kualitas iman tersebut tidak ada yang lebih tinggi yang satu dengan yang lainnya.

Kalau kita mau jujur bertanya kepada diri kita sendiri, darimana kita bisa percaya bahwa Yesus adalah Tuhan? Darimana kita bisa percaya Yesus bangkit dari antara orang mati? Mengapa kita yang tidak melihat, bisa percaya? Jawabannya adalah karena ada para rasul yang pernah melihat, yang akhirnya percaya dan menuliskan kesaksian mereka dalam kitab Injil beserta semua penulis kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru. Kita percaya meski tidak melihat, karena ada saksi-saksi mata yaitu para rasul yang telah menyaksikan dan percaya, kemudian menuliskannya dalam Alkitab, yaitu firman Allah yang menjadi fondasi (dasar) iman orang percaya. Tidak semua orang bisa menerima Alkitab adalah firman Allah, hanya mereka yang dikaruniai anugerah khusus dari Allah, untuk bisa mempercayai-Nya.

Jadi tidak benar pandangan bahwa iman orang percaya yang tidak melihat lebih unggul atau berkualitas daripada iman orang yang melihat baru percaya seperti para rasul. Tidak semua orang mendapat hak istimewa untuk bisa melihat Tuhan Yesus seperti Tomas dan para rasul lainnya. Mereka diberikan hak istimewa itu untuk menjadi saksi-saksi atas kehidupan Yesus, kematian Yesus, kebangkitan Yesus dan kenaikan Yesus ke surga.

Yohanes Pembaptis sebagai nabi terakhir, juga mendapat hak istimewa melihat Tuhan Yesus, tidak seperti nabi-nabi lainnya. Henokh dan Elia adalah dua orang yang diangkat ke surga tanpa melalui proses kematian, juga mendapat hak istimewa. Semua itu adalah hak kedaulatan Allah yang menentukannya, dan tidak perlu merasa tidak adil karena tidak mengalaminya. Meskipun kita tidak mendapat hak istimewa itu tetapi kita menerima berkat yang sama karena meskipun kita tidak melihat namun kita percaya. Dan iman kitapun itu adalah sebuah anugerah dari Tuhan.

Live By Faith, Not By Sight
Paulus mengungkapkan dalam salah satu suratnya: “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Kor 5:7). “Hidup karena percaya” dikontraskan dengan “hidup karena melihat”, sesuatu yang bersifat kekal dibandingkan dengan hal yang besifat sementara.

Memang tidak dapat dipungkiri, umumnya manusia dipengaruhi oleh apa yang dilihat oleh mata karena melihat satu realitas keadaan. Indera manusia yang bersifat jasmani itu terbatas, dikontraskan dengan iman yang bersifat rohani dan tidak terbatas. “Walk by faith” (jalan berdasarkan iman) adalah kebergantungan total kepada apa yang dikatakan oleh firman Allah, janji Allah, meskipun keadaan yang terlihat tidak seperti yang di harapkan, bahkan kadangkala harapan berbanding terbalik dengan kenyataan yang dialami. Iman itu percaya kepada sesuatu yang tidak terlihat tapi diyakinkan oleh apa yang diwahyukan Allah.

Konteks dari ayat ini adalah Paulus sedang menjelaskan mengenai selama hidup dalam tubuh yang fana ini, ada banyak penderitaan yang dialami (2 Kor 5:4). Karena ada penderitaan yang dialami, manusia ingin lekas beralih kepada tubuh yang baru, tapi Paulus katakan Allah yang berprovidensi atas jalan hidup anak-anak-Nya dengan iman dalam tuntunan Roh Kudus. Itulah sebabnya Paulus berkata untuk berjalan dengan iman, bukan dengan melihat.

Ibr 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Hebrew 11:1 Now faith is the assurance of things hoped for, the conviction of things not seen. [ESV]

Bila Ibr 11:1 ini di parafrasekan berdasarkan Alkitab terjemahan Inggris (ESV), kita akan mendapatkan satu pemahaman yang lebih jelas: “Iman adalah jaminan (dasar) dari sebuah keyakinan (yang kita harapkan) dan bukti dari segala sesuatu yang kita tidak lihat”.

Jaminan itu adalah dari Allah dan itu mendahului keyakinan kita atau apa yang kita harapkan, dimana “Allah” sebagai objeknya dan “kita (manusia)” sebagai subjeknya. Artinya, apabila tidak ada jaminan dari Allah, untuk apa manusia perlu mempunyai keyakinan atau mengharapkan sesuatu dari imannya? Pengharapan manusia dengan imannya menjadi sia-sia alias tidak berarti, kalau tidak ada janji dari Allah.

Apa yang bisa diharapkan jikalau tidak ada dasarnya? Misalnya, ada seorang berharap diberikan sebuah rumah di sebidang tanah yang masih kosong. Karena tidak pernah ada orang yang merencanakan membangun rumah di tanah itu, apalagi berjanji akan memberikan rumah kepadanya, sehingga apa yang dia harapkan adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak pernah akan terwujud. Sedangkan iman kita kepada Allah tidaklah demikian, sebab Allah telah memberikan janji-Nya terlebih dahulu kepada orang-orang pilihan-Nya, sehingga apa yang kemudian diharapkan oleh mereka, adalah satu kepastian.

Di dalam bahasa Inggris ada dua kata yang berarti “Perjanjian”: agreement dan covenant. “Agreement” adalah perjanjian yang lebih bersifat umum, yang dibuat antara dua pihak atau lebih, artinya perjanjian antara tingkatan/level yang sama yaitu antar manusia. Kemungkinan dari salah satu pihak bisa mengingkari perjanjian itu dan perjanjian itu menjadi batal dan masuk ke ranah hukum. Sedangkan “Covenant” adalah perjanjian yang dibuat antara sesuatu yang lebih tinggi dengan sesuatu yang lebih rendah, dalam hal ini antara Allah dengan manusia.  2 Tim 2:13 jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

Manusia bisa tidak setia kepada perjanjian itu, tapi sekali-kali “covenant” itu tidak menjadi batal karena Allah setia kepada janji-Nya, Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri. Seperti apa yang dikatakan dalam kitab Ibrani: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr 13:8) – itulah natur Allah yang tidak berubah karena Dia kekal. Itulah sebabnya iman kita berdiri berdasarkan perjanjian (covenant) Allah yang menjadi jaminan-Nya sehingga pengharapan didalam Kristus tidak akan sia-sia.

Allah menjanjikan providensi bagi anak-anak-Nya, meskipun bisa mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup ini, tapi ingatlah akan janji-Nya yang tidak pernah gagal dan tidak pernah di ingkarinya. Dia senantiasa menyertai anak-anak-Nya didalam segala situasi, sampai kesudahan zaman, bahkan sampai selama-lamanya didalam kekekalan.  Soli Deo Gloria.

Penulis : Harry Mandagi, adalah seorang pemerhati yang memiliki panggilan pelayanan untuk umat Kristiani di Indonesia lintas Sinode Gereja.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
1

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini