Cianjur – Satu tahun sudah sang pahlawan Iman, Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Pdt. J.E. Awondatu mengadap Bapa di Surga. Tetapi, semua yang ditinggalkan (keteladanan, kasih/perhatian, lagu – lagu ciptaannya dan lagu – lagu yang dinyanyikannya, dan masih banyak lagi) “seakan” menyatu dengan hamba – hamba Tuhan yang ada di lingkungan GPdI.
Pdt. Timotius Dair saat berbincang – bincang dengan Ps. Helga Louise Lorraine Awondatu, dan Pdt. Melanie Handajani Awondatu serta beberapa hamba Tuhan yang hadir
Kamis (29 April 2021), Jemaat GPdI Cianjur dan Sekolah Alkitab Yayasan Kabar Baik, Cianjur bersama keluarga Awondatu, menggelar ibadah peringatan 1 (satu) tahun berpulangnya Pdt. J.E Awondatu, ke surga, di aula Sekolah Alkitab Yayasan Kabar Baik, Cianjur.
Tampak hadir di kebakian, dari berbagai kalangan, baik dari lingkungan GPdI dan dari luar GPdI. Walau begitu semua yang hadir tetap melakukan protokol ketat. Dari kursi yang sudah ditata oleh penyelenggara dengan memberikan jarak 1,5 meter baik ke samping, ke depan dan ke belakang.
Begitupun setiap orang yang akan mengikuti ibadah, terlebih dahulu diminta cuci tangan di tempat yang sudah disediakan, lalu dilakukan pengukuran suhu dan diminta untuk tetap menggunakan masker (jangan pernah melepas masker selama mengikuti ibadah), juga diminta untuk menjaga jarak satu dengan yang lainnya.
Pdt. Melanie Handajani Awondatu
Hadir memberitakan Firman Tuhan, hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar biasa, datangnya dari Papua, juga memiliki hubungan baik dengan (alm) Pdt. J.E Awondatu semasa masih hidup, Pdt. Timotius Dawir.
Bertolak dari Kitab Roma 14 : 8, “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (Ayat 9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup”.
Dalam I Yohanes 1 : 7 “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”
Ps. Jhon Rep Awondatu, S.Psi
Pdt. Timotius Dawir berkata Pdt. J.E Awondatu semasa hidupnya, memiliki karakteristik seorang guru yang begitu luar biasa dan tidak tergantikan kapanpun. Makanya kotbanya di ibadah peringatan 1 tahun ini, “Saya mau masukan sedikit – sedikit bahasa Inggris. Kenapa? Karena Pdt. J.E. Awondatu setiap kotbah ada bahasa Inggrisnya,”.
Pada kesempatan itu, Pdt. Timotius Dawir bertanya, manusia hidup di dunia untuk melakukan apa? “Firman Allah katakan, jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan”.jawabnya seraya bertanya lagi. “Kira – kira kehidupan untuk Tuhan seperti apa?” tanyanya dan langsung diberikan jawaban.
Pertama, hidup untuk melakukan kehendakNya. “Di dalam dunia ini terjadi pertarungan yang luar biasa antara, apakah melakukan kehendak Tuhan atau melakukan kehendak iblis? Ini yang ditawarkan dan manusia dominan mengikuti kehendak iblis,”katanya.
Pdt. Yohanes Limuria
Pilihan manusia lebih cenderung melakukan kehendak iblis, dikarenakan, kata Ketua Majelis Daerah GPdI Papua ini, melakukan kehendak Allah terlalu sukar. Dan menyitir Firman Tuhan di dalam Lukas 4 : 6 Kata Iblis kepada-Nya: “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.”
Ditambahkan, Pdt. Timotius Dawir, manusia diberikan Allah kelebihan yang hebat, sangat disayangkan hal itu bukan digunakan untuk Tuhan tetapi dilakukan untuk iblis.
Bila manusia lakukan hal yang dikehendaki iblis, pendeta asal Papua ini meminta untuk membaca baik – baik yang tertulis Matius 7 : 21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Untuk itu, Pdt. Timotius Dawir, menyarankan selama masih hidup di dunia ini, wajib melakukan kehendak Tuhan, karena itulah tiket yang akan dipakai menuju ke surga. “Saya berdoa kita semua yang ada di sini berteriak Tuhan – Tuhan, masuk surga karena kita melakukan kehendakNya”terangnya dan menegaskan siapapun yang hadir di sini kalau melakukan kehendak Tuhan pasti diberkati.
Pdt. Timotius Dawir pose bersama dengan siswa-siswi Sekolah Alkitab Yayasan Kabar Baik Cianjur, asal Papua dan dengan seorang dosen Sekolah Alkitab Yayasan Kabar Baik, Cianjur
Kedua, hidup ini untuk memancarkan kemuliaan Tuhan. “Hidup kita ini harus ada sesuatu yang dapat dilihat orang. Bukan dilihat karena kita hitam, putih, pendek atau bulpen (bulat pendek),”katanya.
Maksud dari Pdt. Timotius Dawir sesuatu yang dapat dilihat adalah memiliki integritas, perbuatan yang dapat memberikan kesaksian tentang Allah yang besar. “Dengan begitu banyak orang menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, Amin,”katanya dan menegaskan, hidup seorang Kristiani harus menjadi berkat, baik di keluarga, tetangga dan jemaat.
Ketiga, untuk melakukan amanat (pesan) Tuhan. “Selama kita masih hidup bersaksi kepada siapa saja, darimana saja, dimana saja. Yang disebut kesaksian adalah 80 persen perbuatan dan 20 persen kata – kata. Bukan karena engkau mengetahui ayat – ayat Firman Tuhan, bukan karena engkau menguasai doktrin-doktrin tetapi kehidupanmu menyaksikan Yesus, disitulah banyak jiwa akan dimenangkan buat Tuhan,”paparnya.
Pdt. Timotius Dawir pose bersama hamba – hamba Tuhan saat pelayanan di Sekolah Alkitab Yayasan Kabar Baik, Cianjur, ada Ps. Eliza Daniel, Ps. Glend Lengkong, Ps. N.B. Suratinoyo
Kalau tiga hal diatas sudah dilakukan, Pdt. Timotius Dawir berkata, orang itu akan berada di surga.
Usai firman Tuhan dilanjutkan dengan sambutan – sambutan, pertama dimulai dari anak kedua, Ps. Helga Louise Lorraine Awondatu, anak pertama Ps. Jhon Rep Awondatu, S.Psi., .Pd, dan Istri (alm) Pdt. J. E Awondatu (Pdt. Melanie Handajani Awondatu).
Ibadah diakhiri dengan makan bersama, yang sudah sediakan oleh penyelenggara, ibadah satu tahun pulangnya Pdt. J.E Awondatu ke rumah Bapa di Surga.
Bagi kami Pdt. J.E Awondatu adalah sosok seorang panutan yang memegang teguh dalam pengajaran firman Tuhan, dan pribadi yang memiliki prinsip dalam melayani pekerjaan Tuhan. Beliau juga sosok bapak yang sangat tegas dalam mendidik siswa dan siswi SAC agar supaya menjadi hamba Tuhan yang tetap kuat dan tidak mudah menyerah, serta tidak mencla mencle (labil) lain perkataan dan tindakan.