Jakarta – Pada 22 Tahun lalu, tepatnya 14 Mei 1999, seorang pendeta dari Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) merintis pelayanan pengembalaan di daerah Cibubur, yang saat ini bernama GPdI Gratia.
Saat memulai merintis, pendeta yang memiliki nama lengkap DR. Subagio Sulistyo, entah mengatur atau tidak, hari pertama dimulainya ibadah perintisan GPdI Gratia, bertepatan dengan tanggal kelahirannya, (14 Mei), hanya berbeda tahun. Kalau GPdI Graia 14 Mei 1999, Pdt. DR. Subagio Sulistyo, 14 Mei 1959.
Bertepatannya tanggal kelahiran Pdt. DR. Subagio Sulistyo dan tanggal dimulainya ibadah perintisan GPdI Gratia, otomatis setiap kali perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Gereja pasti bertepatan dengan HUT gembala jemaatnya, Pdt. DR. Subagio Sulistyo.
Pada tahun 2021, perayaan HUT GPdI Gratia ke 22 dan Pdt. DR. Subagio Sulistyo ke 62, dirayakan bersamaan, pada Minggu (23 Mei 2021), sekaligus dengan memperingati 1 Abad GPdI.
Pihak jemaat (panitia) mengundang, baik jemaat, hamba – hamba perwakilan pimpinan lintas denominasi Gereja yang ada di sekitar GPdI Gratia dan perwakilan – perwakilan pimpinan Gereja di lingkungan GPdI, dari Majelis Pusat – Majelis Daerah serta Majelis Wilayah.
Panitia menerapkan protokol Kesehatan (Prokes) ketat kepada setiap undangan yang akan mengikuti perayaan, sejak di pintu lobby telah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh dan diminta cuci tangan serta dihimbau untuk tidak melepas masker selama berada di dalam ruangan.
Bahkan disetiap sudut ruangan, baik dari lobby sampai ruangan perayaan sudah ditempelkan kertas pengumuman yang berbunyi “Mohon tidak melepas (membuka) masker selama berada di dalam ruangan,”.
Istri-istri Hamba Tuhan yang hadir mendampingi suami sebagai undangan dalam HUT GPdI Gratia
Memasuki ruangan perayaan, para tamu diminta untuk mengisi daftar hadir sesuai nama undangan. Bila tidak ada nama, maka tamu diminta untuk menunggu. Alasannya kuota kursi yang disediakan mengikuti peraturan Satgas Covid-19.
Panitia sejak awal ibadah menaikan puji-pujian bagi Tuhan dari lagu-lagu tempoe duly GPdI. Seperti lagu, “Api Pentakosta ku Punya…”.
Tiba saatnya firman Tuhan, disampaikan yang mewakili Ketua Majelis Daerah GPdI Jawa Barat, Pdt. Ferdinand Rompas, yaitu Pdt. Eddy Tampi, dengan khas bicara dan logatnya, membahas tentang ucapan syukur dan keterlibatan Tuhan menolong dalam setiap langkah umat yang percaya termasuk, GPdI Gratia bisa mencapai HUT ke 22 dan Pdt. DR. Subagio Sulistyo diberikan Tuhan usia ke 62.
Setelah firman Tuhan, panitia penampilan pujian dari setiap komsel yang ada di GPdI Gratia, yang sudah direkam terlebih dahulu dan ditayang di depan para undangan yang hadir.
Diakhir acara perayaan HUT GPdI Gratia, Pdt. DR. Subagio Sulistyo, meluncurkan buku dengan judul “ANAK TAOPEKONG MENJADI ANAK TUHAN”, dengan meminta dengan hormat, perwakilan organisasi yang diundang untuk ke depan menerima buku dari Pdt. DR. Subagio Sulistyo.
Bentuk buku yang “diluncurkan” saat perayaan HUT GPdI Gratia dan HUT Pdt. DR. Subagio Sulistyo
Setiap buku yang diberikan kepada perwakilan organisasi yang diundang, sudah diberikan nama penerima dan juga ditandatangi Pdt. DR. Subagio Sulistyo.
“Terima kasih atas kehadiran semuanya, Tuhan Yesus memberkati,”kata Pdt. DR. Subagio Sulistyo, sambil mengucapkan rasa senangnya, tetapi dibaliknya ada yang kurang, karena di perayaan tahun 2021 ini tidak ada sosok istrinya mendampinginya. Istri Pdt. DR. Subagio Sulistyo telah dipanggil Tuhan, 7 Oktober 2020.
“Setelah acara ini, saya mengundang para tamu untuk naik ke lantai 2 untuk makan bersama. Untuk jemaat, sudah disiapkan panitia makanan kotak, dan dapat dibawa pulang,”kata Pdt. DR. Subagio Sulistyo. Berakhirlah perayaan dengan doa berkat oleh perwakilan dari Majelis Pusat GPdI, bidang Pertimbangan Rohani, Pdt. Prof. DR. Kharel Silitonga.
Perayaan HUT GPdI Gratia ini perlu menjadi contoh bagi yang ingin menggelar acara di tengah situasi dan kondisi masih pandemi Covid-19. Untuk mengindari terjadinya penularan Covid-19, panitia memberikan piring dan sendok kepada para undangan masing – masing dengan sudah disterilkan terlebih dahulu.
Kemudian undangan yang mendatangi setiap menu makanan, sudah ada petugas (panitia) masing – masing menu yang siap memberikan sesuai keinginan. Dengan begitu, sendok menu makanan terhindar dari sentuhan banyak orang. Salam sehat.