Sering sakit yang berulang? Atau terus menerus terlilit dalam masalah yang sama? Membangun usaha selalu merugi? Hidup di rumah tidak tenang? Hadirilah ibadah pemutusan kutuk keturunan. Lewat doa – doa dan komitmen untuk hidup baru, Tuhan akan memberikan jalan keluar.
JAKARTA – Belakangan ini umat Tuhan sering mendengar beberapa pendeta berbicara tentang pemutusan kutuk keturunan, di antaranya ada nama seorang tokoh Kristen dari kalangan Kharismatik – Pentakosta yang juga seorang petinggi di Jaringan Doa Nasional, Pdt. Tony Mulia.
Pelayanan pemutusan kutuk keturunan mungkin bagi sebagian umat Kristiani masih canggung atau belum lazim karena di Indonesia sendiri memang tidak banyak yang terjun dalam pelayanan ini.
Pdt. Tony Mulia sendiri terjun dalam dunia pelayanan pemutusan kutuk keturunan, tidaklah asalan atau tiba – tiba, tidak. Tapi terlebih dahulu melewati pengalaman yang sulit dilupakannya.
Sejak kecil sampai dewasa, termasuk sudah menjadi gembala jemaat—dan sudah terlibat juga di Jaringan Doa Nasional, Pdt. Tony Mulia, menderita penyakit yang langka. Dimana wajahnya sering bengkak – bengkak.
Demi mendapatkan kesembuhan, Pdt. Tony Mulia pergi keberbagai dokter ahli baik di dalam dan luar negeri, tetap saja penyakit itu datang dan pergi. Sebagai seorang pendeta dan gembala jemaat, bahkan seorang pendoa, tentu sudah berdoa untuk supaya memperoleh kesembuhan, tetap saja penyakit tersebut datang dan pergi. Bahkan ia sudah meminta didoakan kepada pendeta – pendeta yang terkenal di Indonesia dan luar negeri, tetap saja penyakitnya kalau mau “datang”, ya datang, dan kalau mau “pergi” ya pergi.
Satu saat di tahun 2016, Pdt. Tony Mulia mendapatkan buku dari Rev. Morris Cerullo, berjudul “Breaking & Reversing Generational Curses”, yang membahas masalah kutuk keturunan. Buku ini telah diterjemahkan oleh Pdt. Tony Mulia, dengan pemahamannya, dan diberi judul dalam Bahasa Indonesia, “Memutuskan dan Membalikkan Kutuk – Kutuk Keturunan”—bagaimana memulai kembali dengan keadaan suci.
Lewat buku itu Pdt. Tony Mulia, termotivasi melakukan deklarasi pemutusan kutuk keturunan dalam dirinya demi mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Puji Tuhan, ia sembuh dari penyakit yang telah “mengintimidasnya” berpuluh – puluh tahun.
Pengalaman yang dialami Pdt. Tony Mulia—sembuh dari penyakit bengkak – bengkak pada tahun 2016 membuatnya memutuskan untuk terjun dalam pelayanan pemutusan kutuk di awal tahun 2017. “Dasar saya masuk dalam pelayanan pemutusan kutuk, bukanlah asalan tetapi saya mengalami penyakit langka, dimana wajah saya bengkak – bengkak sejak kecil sampai sudah menjadi seorang gembala,”.
Pemutusan kutuk generasi ditegaskan Pdt. Tony Mulia bahwa dapat dilakukan setiap umat dengan sendirinya. “Asalkan mengerti prinsip – prinsipnya. Juga memang ada orang yang Tuhan kasih kemampuan untuk itu. Saya mesti tegaskan tidak semua orang masih terikat dengan kutuk keturunan—ada banyak pendeta yang sudah terputus dengan kutuk keturunan. Tapi yang merasa masih terikat dengan kutuk, segera diberesin,”
Dalam pelayanan pemutusan kutuk sejak tahun 2017, Pdt. Tony Mulia mengungkapkan sudah banyak umat Tuhan, bahkan hamba Tuhan termasuk hamba – hamba Tuhan terkenal di Indonesia yang didoakan untuk pemutusan kutuk keturnan. Di antaranya ada nama Johanes Herman Gondowijoyo dan Mark McClendon.
Pelayanan pemutusan kutuk yang digelar Pdt. Tony Mulia, pernah dihadiri sampai ribuan orang. Tapi menurutnya yang efektif itu bila dihadiri hanya 100 – 200 orang. Pasalnya, dengan sedikit orang maka waktu yang terbatas dapat digunakan untuk tanya jawab.
Perihal adanya tanya jawab dalam pelayanan pemutusan kutuk keturunan bagi Pdt. Tony Mulia sangat penting. Pasalnya, lewat tanya jawab itu akan diketahui kutuk keturunan yang dialami atau dirasakan dari umat Tuhan yang hadir, sehingga saat ia mendoakan tepat sasaran.
Pemutusan kutuk keturunan Pdt. Tony Mulia, menjelaskan tidak berdiri sendiri tapi setelah umat Tuhan mendeklarasikan pemutusan kutuk keturunan maka harus dibarengi dengan komitmen untuk menjaga agar tidak melakukan perbuatan kutuk keturunan selanjutnya, yang dapat dialami oleh generasi selanjutnya.
“Kita marahin istri atau anak, kita katakan sebel sama istri atau anak, itu kutuk. Contoh kita ngomong brengsek, mampus, dasar kamu (kepada istri atau anak), itu kutuk—setiap perkataan itu ada kuasa. Kebanyakan kita mendeklarasikan pemutusan kutuk ke atas tetapi kita membuat kutuk baru yang dapat diterima anak – cucu. Jadi pemutusan kutuk itu memang ke atas ( orangtua – kakek – nenek ) tapi juga kepada generasi kita harus kita jaga jangan kita melahirkan kutuk selanjutnya”
Pdt. Tony Mulia mengatakan umat Tuhan dapat mengikuti pelayanan pemutusan kutuk berulang – ulang. Alasannya, karena banyak orang melakukan pemutusan kutuk keturunan ke atas tetapi ke generasi selanjutnya dibuat lagi.
“Misalnya rekonsiliasi ayah dan anak, suami dan istri. Setelah balik ke rumah mereka berantem lagi, ya harus diputuskan lagi. Jadi sampai ada komitmen yang kuat dan tidak melakukan lagi hal – hal yang Tuhan tidak suka. Jadi penting banget kita putus ke atas dan kebawah jangan kita buat, kasih itu kata firman Tuhan, menutupi segala dosa,”
Bagi yang mau (berniat) untuk ikut (hadir) dalam pelayanan pemutusan kutuk keturunan yang dilangsungkan Pdt. Tony Mulia, diingatkannya bahwa orang tersebut akan mengalami banyak gangguan—hambatan. Setan pasti tidak mau seseorang mendeklarasikan diri untuk memutuskan kutuk keturunan. Intinya akan ada halangan sehingga membatalkan untuk ikut pelayanan pemutusan kutuk keturunan.
“Pokoknya akan banyak hambatan, yang akhirnya batal, ini banyak terjadi. Ada yang dari Bandung, Bogor, Karawang, Tangerang sudah janji, sudah mendaftar tapi di hari H tiba – tiba membatalkan dengan berbagai alasan—itu cara iblis yang tidak mau melepaskan seseorang dari kutuk keturunan,”
Bagi yang ingin ikut pelayanan pemutusan kutuk keturunan, tabloidmitra.com mendapatkan jadwal pelaksanaannya di Sabtu (12 Agustus 2023), Jam 9 : 30 sampai jam 12.00 Wib, di Gereja House of Worship Kelapa Gading.