Jakarta – Pegelaran Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gereja Kristen Setia (GKSI), Jumat – Minggu (18 – 20 November 2022) di Kantor Pusat GKSI, Jl. Kerja Bakti, berjalan lancar dan sukses. Di balik kesuksesan Rakernas tersebut, tidak lepas dari peran pasangan hamba Tuhan GKSI, yang duduk sebagai Ketua Majelis Tinggi GKSI, Willem Frans Ansanay dan istrinya Juliana M Ansanay – Siregar
Sebagai informasi, kehadiran dari hamba – hamba Tuhan (Pendeta) GKSI untuk mengikuti Rakernas berkat dari uluran tangan pasangan keluarga ini, Willem Frans Ansanay dan Juliana M Ansanay – Siregar.
“Saya senang melihat hamba – hamba Tuhan yang datang dari daerah – daerah sejak sebelum tanggal 18 dan dapat menikmati suasana Jakarta. Dan saya berharap mereka tidak ingin segera pulang selesai Rakernas dan HUT ke 34,”kata Frans Ansanay.
“Saya ingin membahagiakan mereka, itu sebabnya Rakernas kita gelar di Kantor Pusat, Jl. Kerja Bakti, dan HUT ke 34 kita, Senin (21 Noveber 2022) digelar di Restoran Bandar Jakarta, di Ancol. Selesai ibadah HUT, biarlah mereka (hamba Tuhan) bisa menikmati tempat wisata Ancol. Setelah itu akan melihat – lihat ke Monas dan ke Kota Tua Jakarta. Intinya saya mau mereka menikmati saat berada di Jakarta, dan tentu begitupun saat mereka berada dalam pelayanan di daerah masing – masing,”
Selain karena memang sudah menjadi talentanya Frans untuk memberkati, juga karena Frans mengerti hamba – hamba Tuhan yang dibuatnya “senang” adalah para laskar Kristus yang selama ini berada di Garda terdepan untuk membesarkan nama Tuhan, dan pekerjaan Tuhan yang dipercayakan kepada GKSI. “Memang tipikal saya senang melihat orang senang—saya ingin menyenangkan orang,”tegasnya.
Tidak berhenti di situ yang diperbuat oleh keluarga Frans Ansanay kepada hamba – hamba Tuhan GKSI, tetapi juga diberikan Toga dan Stola. “Pemberian ini kami diberikan terlebih dahulu ke Sinode dan atas nama Sinode berikan kepada pendeta – pendeta,”tuturnya.
Apa yang dilakukan oleh Frans Ansanay, mendapatkan ucapan terima kasih dari hamba – hamba Tuhan GKSI, dan makin meyakinkan mereka bahwa semua “tuduhan” dari kelompok yang belum bergabung bahwa Frans ingin mengambil asset hanyalah fitnah belaka.
Untuk itu Frans Ansanay meminta kepada hamba – hamba Tuhan GKSI tidak lagi memperdulikan hal – hal seperti itu, tetapi pedulilah kepada hal – hal yang Tuhan inginkan, yaitu melayani Tuhan. “Mari semua fitnah, kutuk yang diarahkan kepada GKSI diserahkan kepada Tuhan dan Tuhan sebagai kepala Gereja yang akan memberikan penghiburan dan kekuatan. Kepala Gereja kita Tuhan, bukan manusia, mari kita serahkan kepada kepala Gereja,”tegasnya.
HUT GKSI 34 Dirayakan Penuh Sukacita
Puncak Rakernas GKSI ditutup dengan ibadah HUT ke 34 yang diselenggarakan di Ancol, membuat para pendeta GKSI yang hadir begitu bersukacita dan gembira. Apalagi perayaan HUT hanya dilangsungkan 1,5 jam dan setelah itu pendeta – pendeta mulai ber swafoto atau selfie diberbagai tempat yang ada di kawasan Ancol.
Agenda acara HUT ke 34 yang berlangsung, puji – pujian dan doa pembukaan, ada pendeta – pendeta yang mengekspersikan kegembiraan dengan menyumbang puji – pujian. Setelah itu doa Firman Tuhan, dan firman Tuhan dibawakan oleh pendeta jemaat dari Kalimantan Tengah, Pdt. Lasarus Faot, M.Th, yang “diambil” dari Matius 17 : 18 – 23.
Pendeta berasal dari Kalimantan ini dalam penjelasan Firman Tuhan, meminjam perkataan seorang pendeta ternama di Indonesia. “Orang sulit untuk mendengar perkataan Tuhan tetapi orang tersebut senang untuk Tuhan mendengarnya,”. Apa yang disampaikan pendeta itu diamininya karena saat ini banyak orang ke gereja bukan mendengarkan firman Tuhan, tetapi hanya untuk melakukan rutinitas.
Untuk itu, Pdt. Lasarus Faot, M.Th, mengajak dan mengingatkan sebagai pendeta jangan hanya mau didengar oleh Tuhan, tetapi sangat penting dan perlu pendeta untuk mendengarkan Tuhan.
Katanya hari ini merupakan hari bersejarah bagi GKSI, dimana sebagai pendeta – pendeta GKSI dapat merayakan HUT ke 34 di Ancol tempat yang menjadi idaman banyak orang yang belum pernah ke Ancol. “Kita harus percaya ini semua karena campurtangan Tuhan. Dan Tuhan yang menjaga serta memelihara GKSI sampai hari ini. Ada yang berkata GKSI ini hanya 3 – 4 tahun sudah tidak ada lagi. Tapi buktinya, hari ini masih ada dan merayakan HUT ke 34, menjadi bukti Tuhan masih menyertai GKSI, Tuhan memimpin Gereja-Nya karena kita setia melayani,”terangnya.
Usai firman Tuhan, ada sambutan – sambutan, dimulai dari Ketua Sinode, Pdt. Iwan Tangka. “Kita bersyukur setelah mengikuti Rakernas, dapat merayakan syukur HUT ke 34. Kita sudah dikuatkan oleh Firman Tuhan, biarlah kita terus bekerjasama dan kita menabur di tanah yang subur agar supaya akarnya baik dan GKSI makin maju. Kita berharap Rakernas tahun depan, seperti komitmen kita bersama untuk berbuah disetiap provinsi. Juga dalam rencana akan ada 10 Provinsi lagi yang akan gabung ke GKSI. Tapi biarlah semua itu untuk kemuliaan bagi Tuhan,”kata Pdt. Iwan Tangka sambil “melempar optimis” di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Pos – pos pelayanan yang bertumbuh segera akan menjadi sebuah jemaat mandiri.
“Selamat Hari Ulang Tahun, dan kita akan maju – maju maju pantang menyerah,”tutup Pdt. Iwan Tangka dalam sambutannya.
Setelah itu Majelis Tinggi, Willem Frans Ansanay memberikan sambutan. “Puji Tuhan, sejak 34 tahun lalu, saat kami dirikan GKSI (di sini ada Pdt. Paul sebagai salah satu pendiri), sampai hari ini pantang mundur untuk memajukan GKSI. Untuk itu, saya mengajak kita semua pendeta GKSI bersama – sama memajukan GKSI. Dan bila ada tantangan, mari kita berdoa agar diberikan kekuatan oleh Tuhan untuk melewati semua tantangan tersebut,”tutupnya.
Saat sedang makan bersama, tampak istri Willem Frans Ansanay, mendatangi meja – meja para pendeta dan bertegur sapa dengan rasa hormat dan berbincang – bincang sebagai bentuk dirinya sangat berterima kasih kehadiran dan sebagai bentuk keramahannya menjadi tuan rumah.
Melihat Willem Frans Ansanay dan istri, membuat banyak peserta senang karena pasangan suami istri ini setia melayani Tuhan dan mau memperhatikan hamba – hamba Tuhan yang datang dari berbagai pelosok Indonesia.
Pada kesempatan itu, ditanya dimana kelompok yang tidak suka dengan GKSI, Pdt. Iwan Tangka juga menggelar HUT GKSI, Frans Ansanay dengan Santa berkata Anjing menggonggong kafilah berlalu. “Kami sudah menganggap mereka sudah tidak ada sejak Sidang Istimewa Nov 2011. Kami hanya taat pada ajakan rekonsiliasi dari PGI dan ibu Audita dirjen Bimas Kristen saat itu. Ajakan itu juga sudah ditolak dengan mengatakan memilih pisah dari kami sehingga kami setuju bila kelompok itu ingin membentuk Sinode baru dengan Ketum yang mantan Ketum sinode yaitu pada 5 Januari 2018 saat PGI menginisiasi pertemuan kedua pihak di Jln Salemba 10 Jakarta di kantor PGI. Artinya kalau memilih pisah berarti mereka telah siap membentuk Sinode baru dan kalau masih memakai nama GKSI berarti bisa mengikuti saran PGI bahwa bersedia rekonsiliasi,”jawabnya.