Tidak ada satu manusia yang menginginkan hidupnya terpuruk. Tapi kadang hal itu datang dan tidak dapat dihindari. Bila hal itu datang, kata Andy Iswanto Salim, segeralah datang di kaki Tuhan, dengan hati yang hancur, penuh penyerahan. Saat itu juga Tuhan akan menerima dan membela serta memberikan jalan keluar.
Andy Iswanto Salim yang akrab disapa Andy Salim, tidak asal berkata, tetapi telah dialaminya. Untuk itu Andy Salim berbagi kesaksiannya, diharapkan dapat memberikan kekuatan kepada pembaca bila mengalami keterpurukan.
Sebelum Andy Salim menyaksikan bagaimana Tuhan tampil memberikan pertolongan kepadanya saat mengalami keterpurukan, ia terlebih dahulu menceriterakan latarbelakangnya.
Melihat dari namanya, tentu banyak akan menebak Andy Salim pastilah orang Makassar. Tebakan pembaca pasti salah. Pasalnya Andy Salim, kelahiran 6 September 1967 di Palembang.
Andy Salim yang lahir di tengah-tengah keluarga mapan, dengan latarbelakang pedagang, membuatnya memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan terbaik sejak pendidikan dasar.
Sejak duduk di bangku SMA, Andy Salim, sudah mengutarakan keinginannya kepada orangtuanya, dimana lulus SMA Tahun 1986, akan melanjutkan pendidikan di luar negeri, tepatnya di negerinya Paman Sam alias USA.
Keinginan Andy Salim itu, setelah lulus SMA tidak diizinkan oleh orang tuanya. Pasalnya, kedua orang tuanya tidak ingin jauh-jauh darinya dan saat itu ekonomi orangtuanya lagi dalam pergumulan. Tetapi bagi Andy Salim, keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di negara dolar itu sudah begitu kuat dan bulat.
Hasilnya, Andy Salim kecewa kepada orang tuanya. Bentuk pelampiasan kekecewaanya, ia langsung meninggalkan Palembang dengan menyetir mobilnya ke Jakarta, di Jakarta bukan untuk bermain tetapi untuk melanjutkan pendidikan.
Sayang, kampus yang menjadi tujuannya, pendaftarannya sudah tutup. Andy Salim yang di kepalanya hanya ada satu tujuan ke Jakarta, untuk melanjutkan Pendidikan (kuliah) tidak putus asa. Sebaliknya, Andy Salim makin giat mencari kampus untuk tempat kulianya.
Saat itu tidak disangka, Andy Salim melihat iklan penerimaan mahasiswa baru di Universitas Kristen Indonesia (UKI) gelombang terakhir. Segera ia mendaftar dan masuk menjadi salah satu mahasiswa UKI.
“Saya ingin masuk fakultas hukum tapi orang tua menginginkan masuk fakultas Ekonom. Sejak itulah saya terdaftar menjadi mahasiswa fakultas ekonomi UKI,” katanya, dengan menyelesaikan masa kuliahnya di tahun 1990 sebelum diwisuda tahun 1992 ia sudah mengambil sekolah lagi yang namanya sekolah pedagang perantara efek.
Andy Salim, mengaku mendapatkan nilai-nilai terbaik, dari dosen-dosen yang memiliki kredibilitas tinggi, diantaranya Mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), I Putu Gede Ary Suta, Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan V (1988-1993), Prof. Drs. Johannes Baptista Sumarlin, M.A., Ph.D. Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat di Kabinet Pembangunan III, Cosmas Batubara, pernah menjadi Komisaris Utama PT Bursa Efek dan Menteri Kehutanan RI pada Kabinet Persatuan Nasional, 2001, Drs. H. Marzuki Usman, M.A,.
Pada tahun 1990, Andy Salim langsung menggeluti pekerjaan di Bursa Efek Indonesia. Merasa sudah cukup, pada tahun 1995 ia keluar dan memanfaatkan rukonya yang ada di Bekasi Barat dengan membuka usaha sendiri yang jauh dari pekerjaannya di bursa efek.
Usaha yang digelutinya berdagang buah-buahan dan snack. Memiliki latarbelakang keluarga pedagang, dan dengan semangat serta kerja keras, usahanya itu berkembang dengan pesat. Tapi semua usaha dan kerja kerasnya lenyap seketika ketika terjadi kerusuhan 1998. Saat itu tokonya salah satu yang menjadi korban penjarahan.
Peristiwa 1998 sulit sekali hilang dari ingatannya. Pasalnya, saat itu Andy Salim, bangkrut, dan meninggalkan hutang di bank miliaran rupiah. “Seperti kesamber petir di siang hari bolong. Saat itu yang tertinggal adalah hutang milyaran rupiah. Saya dihadapkan dua pilihan, pulang ke kampung halaman di Palembang dengan mengabaikan semua hutang-hutang. Atau bernegosiasi dengan pihak bank dan importir untuk minta waktu pelunasan hutang,” ceritanya.
Pertolongan Tuhan Tepat Pada Waktunya
Pilihan Andy Salim bernegosiasi dengan bank dan importir, menjadi pilihan tepat dan bertanggungjawab. Di situ Tuhan menjamahnya, suara Tuhan didengarnya, dimana Tuhan membutuhkan hati dan hidupnya, bukan kekayaan. “Tuhan tidak butuh Uangmu, Tuhan butuh hatimu,” kata Andy Salim.
Suara yang didengarnya itu membuatnya memberikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Beberapa bulan kemudian, tepatnya Oktober tahun 1998 Andy Salim mengikuti ibadah tengah minggu di salah satu gereja yang diadakan di Jakarta Design Center,Jakarta.
Sejak itu, Andy Salim ditemani Anton Abednego, menjadi aktif mengikuti kegiatan beribadah. Perlahan tapi pasti, rohani Andy Salim bertumbuh. Bahkan tidak ada keraguan dalam menyerahkan hati seutuhnya untuk melayani Tuhan.
Puji Tuhan, tanpa diduga Andy Salim semua pergumulannya mulai Tuhan berikan jalan keluar. Hutang-hutangnya bisa dilunasi, bahkan ia bisa bangkit menggerakkan bisnisnya kembali seperti sedia kala.
Tidak lama dari itu, tepatnya pada tahun 2010, Andy Salim mendapatkan ujian dari Tuhan. Singkat cerita, asset-asetnya tiba-tiba hilang,malah mendapatkan tuduhan menggelapkan sertifikat. Secara manusia ia tidak dapat menerimanya. Apalagi semua asetnya itu dibelinya dengan uang hasil kerja kerasnya.
Usahanya untuk mempertahankan miliknya, tidak berhasil. Bahkan lebih dari itu, Andy Salim, menelan pil pahit dengan diputuskan secara hukum bersalah dan dimasukkan ke dalam kurungan jeruji besi selama beberapa bulan.
Saat itu Andy Salim mengaku dizolimi dan tidak lagi percaya kepada penegak hukum. Tetapi modal kesetiaanya melayani Tuhan, membuatnya mampu mengampuni dan menyerahkan semuanya di kaki Tuhan.
Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat, selalu datang pada waktu yang tepat. Setelah melewati rangkaian sidang banding, Tuhan memberikan kemenangan kepadanya, semua asset kembali ke tangannya.
Kemenangannya itu, kata Andy Salim sebagai bukti Tuhan mengujinya, apakah tetap setia melayani Tuhan dan memiliki pengampunan serta menyerahkan semua persoalannya kepada Tuhan.
Andy Salim memiliki ayat mas yang terdapat dalam Yeremia 17-5-7. Lewat ayat itu, ia mengajak, supaya pembaca terus mengandalkan Tuhan, dan terus menjadi teladan di lingkungan pekerjaan, termasuk di dunia pelayanan, begitupun pelayanan dimimbar.
Melihat ajakan dari Andy Salim, bagaikan ia seorang pendeta. Ups, benar gak ya? ”Saya ini Pdt. singkatan dari Pengusaha Dalam Tuhan,” canda suami dari Yulia Idulfitri dan ayah dari Jeresa, Jeremy dan Jesica. (Jay)