BANTEN – Full Gospel Business Men’s Fellowship International, (FGBMFI) Banten, menggelar ibadah perayaan Natal di Ball Room Menara Top Food, Alam Sutera, Rabu (18 Des ) 2024, Pukul 18.00 Wib, dengan mengusung tema “Kaya Menjadi Miskin”
Pada perayaan Natal ini ada dua pembawa acara. Dan memang Christmas Celebtarion ini didisain tidak seperti ibadah biasanya, melainkan “gaya” dari FGBMFI—santai tetapi penuh isi dan makna serta ada banyak hal baru yang dapat dipetik
Presiden Nasional FGBMFI, Dalie Sutanto dalam sambutannya, bersyukur kepada Tuhan atas terlaksananya Christmas Celebration FGBMFI, Banten, dengan tema ‘Kaya Menjadi Miskin’. “Ini acara dan temanya luar biasa. Natal adalah moment istimewa, bukan sebatas perayaan kelahiran sang Juruselamat, tetapi juga sebagai pengikat sekaligus pengingat akan kasih Tuhan yang begitu besar bagi dunia ini—seperti tertulis dalam Yohanes 3 : 16,”
Dalie Sutanto menuturkan, Natal mengajarkan banyak hal. Pertama, kasih, dalam menjalani kehidupan dan pekerjaan. “Mari kita saling mengasihi seperti Tuhan mengasihi kita,”. Kedua, Natal juga mengingatkan bahwa manusia punya pengharapan. “Kita percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah, termasuk dalam bisnis, keluarga dan pelayanan kita,”. Ketiga, Natal mengingatkan bahwa manusia mendapatkan damai sejahtera di tengah dunia yang penuh tantangan. “Biarlah damai sejahtera Kristus memenuhi hati kita. Melalui Natal ini maka kita perkuat kembali panggilan kita sebagai peran di dunia bisnis dan menjadi saksi nyata bagi kerajaanNya,”.
“Kiranya apa yang kita doakan pada malam hari ini menjadi berkat, menumbuhkan iman, dan memuliakan nama Tuhan. Selamat Hari Natal 2024, dan memasuki tahun baru 2025,” katanya.
Pembawa acara menyampaikan adanya kesaksian dari Bapak Len Wijaya dan Ibu Farida. Diawal kesaksian, Len Wijaya mengajak semua yang hadir untuk bersukacita karena lahirnya Yesus kristus sebagai pembawa keselamatan untuk seluruh umat manusia. “Apakah cukup menerima sukacita hanya dengan bersukaria saja di hari ini? Tidak, melainkan setiap hari harus bersukacita,”terangnya.
Pada kesempatan itu, sebelum Len Wijaya memberikan mic kepada istrinya, ia mengajak semua yang hadir untuk mengerjakan tugas yang ada di Matius 28 (Amanat Agung), “Jadikanlah Seluruh Bangsa MuridKu,…..”
Farida, bersaksi apa yang dialami, khususnya soal penyakit yang menimpanya. Waktu didiagnosa sakit sampai menjadilani pengobatan, diakuinya tidak ada keluhan keluar dari mulutnya dan dari dalam dihatinya.
“Sungguh tidak ada kemarahan atau kekecewaan, atau pertanyaan, kenapa saya harus kenak penyakit yang begitu mengerikan. Kenapa? Karena saya tahu kalau Tuhan mau sembuhkan pasti sembuh, saya hanya berkata biar kehendakMu yang jadi. Sebab saya ingat, seringkali Tuhan ijinkan sesuatu terjadi dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan,”bukanya dalam kesaksian yang dihadiri lebih dari 500 orang.
Menjalani sakit, Farida makin merasakan ada banyak orang mengasihinya, lebih khusus suami dan anak – anakya. “Pada saat saya sakit, saya melihat anak – anak saya begitu memperhatikan saya, berkorban meninggalkan pekerjaan, dan secara bergantian menjenguk saya. Kalau ada diantara yang hadir merasa, mungkin anak sudah mulai kurang sayang, atau merasa anak mulai meninggalkan engkau—karena mereka hidup mandiri, hari ini saya mau kasih tahu bahwa sebenarnya anakmu mengasihi engkau para orangtua. Jadi kalau kita pulang dari tempat ini, peluk anakmu dan katakan ‘mam love you,’” pintanya.
Farida menaruh harap di momentum Natal, semua yang hadir untuk memberikan kasih sayang kepada anak – anak saat ketemu di rumah. “Mereka sebenarnya mengasihi kita sungguh – sungguh sebagai orangtua. Mungkin juga ada suami yang kita rasa sudah tidak sayang karena sibuk melayani atau berbisnis, begitupun sebaliknya. Saya mau kasih tahu, waktu saya sehat, saya lihat suami begitu sibuk, apalagi waktu menjadi presiden chapter. Pada waktu aku sakit, ternyata hati seorang suami sungguh – sungguh mengasihiku,”
“Selesai acara ini peluklah suamimu. Katakan, ‘aku sayang sama kamu’. Banyak hal bisa kita bereskan hanya dengan pelukan. Saya ingatkan kepada para istri, banyak bicara banyak menimbulkan masalah, lebih baik peluk saja—dengan peluk biasanya masalah selesai,”
Setelah selesai kesaksian, tiba saatnya firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Esra Soru dari Nusa Tenggara Timur, yang juga seorang ahli teologia dan mampu berdiskusi dengan tokoh – tokoh lintas agama.
Pdt. Esra Soru, menyampaikan firman Tuhan sesuai dengan tema yang diberikan oleh panitia, “Kaya Menjadi Miskin” dan bertolak dari II Korintus 8 : 1 – 9.
Christmas Celebration dari FGBMFI ditutup dengan adanya pemberian kadouw Natal.